LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Kontradiksi….

| 5 Comments

Sore tadi, setelah gonta ganti chanel TV, ada sebuah acara di salah satu TV swasta yang sempat membuatku betah untuk menonton dari tengah hingga akhir acara itu.  Aku lupa apa nama acaranya, yang jelas episode saat itu menceritakan tentang kehidupan seorang anak pinggiran yang karena keterbatasan ekonomi keluarganya, harus  membantu orangtuanya mencari uang namun tetap berusaha menjalani sekolahnya – SD- dengan semangat.

Sementara itu, siang tadi aku baru mengikuti sebuah acara tatap muka unsur Pemkot dengan warga di salah satu kelurahan, dan salah satu masalah yang terinventarisasi di sana adalah masih  adanya beberapa anak putus sekolah, namun alasannya bukan karena masalah ekonomi.

Berbagai upaya ditempuh agar anak-anak putus sekolah ini dapat kembali mendapatkan pendidikan, baik itu melalui jalur sekolah formal maupun non formal.   Penyuluhan kepada masyarakat setempat juga terus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya pendidikan dasar bagi generasi muda itu.

Selain itu, beberapa waktu terakhir ini mbak penjual di kantin kantor ditemani oleh salah seorang keponakannya, seorang remaja manis nan modis…. yang ternyata DO dari sekolahnya.  Ketika sempat kutanya kenapa tidak meneruskan sekolah lagi, ternyata dia  tidak naik ke kelas II SMP dan karena malu mengulang akhirnya tak mau sekolah lagi.

Haah… sayang sekali…  Hari gini kok ya  masih ada yang memilih tak sekolah dengan alasan yang sepele begitu…   Padahal orang tuanya masih relatif  mampu menyekolahkannya…  Dia memilih menghabiskan siang dengan menemani budenya jualan di kantin, sesekali melayani pembeli, sesekali sibuk dengan HPnya, daripada belajar di sekolah bersama dengan teman-teman sebayanya…

Sungguh sayang sekali… 🙁

5 Comments

  1. Sulitnya membangun kesadaran bahwa setiap kesempatan adalah anugerah sekaligus amanah yang perlu dipertanggungjawabkan ya Jeng.
    Semoga nanda yang dalam berbagai kesulitan tetap berjuang tuk sekolah mendapat kelancaran, sesungguhnya dia telah lulus minimal memperolehsks dari kemenangannya atas kemenyerahan.
    Salam

    semoga kita semua setidaknya terus berusaha agar menang atas kemenyerahan itu ya bu… 🙂

  2. Dia belum bisa membayangkan, suatu saat nanti, mengisi form tertentu tentang pendidikan terakhirnya Mbak Mechta. Kalau dia bisa membayangkan, dengan jelas, bahwa form itu akan dilihat, salah satu indikator menilai dirinya yang dilakukan orang lain, dia pasti mau deh sekolah lagi. Malu di sekolah semula ya bisa cari sekolah di tempat lain..:)

    iya mbak… kami sedang ikut membujuk gadis itu, mengingatkan tentang masa depannya yg masih panjang dan jangan sampai dia menyesal nantinya… mudah2an ada hasilnya…

  3. sudah terhipnotis dengan hp ya mbak, sayang sekali pdahal banyak anak yang mau sekolah tapi kesulitan biaya

    betul memang sungguh sayang… itulah makanya kami ikut2an cerewet mengingatkan dia agar tak hanya terlena keasyikan nganggurnya sampai melupakan masa depan…

  4. sepertinya memang banyak yg begitu ya auntie. DUlu di kampus ada anak muda yg bantuin si penjual nasi kucing, aku tanya dia “kepengen kuliah ga?” trus dia bilang “kemarin baru smp kelas 2 SMU mba, ga diterusin ah pgn kerja biar punya uang sendiri” 🙁

    mudah2an mereka dapat solusi yg tepat ya Rin… eh ada lho klas 3 smp sdh mau ujian kok keluar buat kerja dengan alasan nyari duit buat beli MOTOR.. hadeeh… 🙁

  5. Sedihnyaaa Mba Mechta yaaa.. Padahal banyak anak yang mau berjuang mati-matian sekolah.
    Padahal pendidikan (bukan sekolahnya sih) yang bisa jadi kunci memutus mata rantai kemiskinan.
    Sedih bacanya Mba Mechta…

    kadangkala membangkitkan semangat jauh lebih susah dibanding memberikan fasilitas saja ya Dan…

Leave a Reply to Lidya Cancel reply

Required fields are marked *.