“Iiih… nggak serapi punya mamah! Susah amat ya..”
“Iya Kak, susyah… “
“Hehe… ikut-ikutan saja ah, Adek ni…”
“Iya…ikutan aja…”
Dan mereka berdua tergelak.
“Ambilkan kakak tisu, Dek… Kita hapus dulu yang ini “
Adek berlari keluar kamar, lalu kembali dengan segulung tisu dan menyerahkan ke si kakak.
“Ah, Adek memang pinter… Nanti, kakak bilang ke Mamah kalau Adek makin pinter. Mau?”
Si adek mengangguk dan tersenyum bangga. “Main stempel lagi, Kak!”, serunya kemudian.
Si kakak masih sibuk mengelap dengan tisu. Lalu mengamati hasilnya, dan mengangguk dengan bangga.
“Naa… sudah bersih. Kakak coba lagi, ya?”
Si adek kembali mengangguk dengan semangat dan memperhatikan tingkah kakaknya.
“Kakaaak… Adeeek… Kalian di manaaa?”
Si Kakak baru saja mengatupkan bibirnya di pinggir cangkir melamin putih yang kosong itu, ketika tiba-tiba terdengar suara ibu mereka dari arah belakang rumah. Lalu langkahnya terdengar mendekati kamar itu.
“Aduuh… Cepat amat si mamah selesai jemur bajunya pagi ini..” gerutu si kakak.
Buru-buru si kakak meletakkan cangkir itu pada tatakannya di atas meja rias, lalu menutup mulut dengan kedua tangannya. Dan tentu saja adiknya segera menirukan tingkah kakaknya. Keduanya berdiri tegang menghadap pintu kamar yang terbuka.
“Lho…, pada ngapain sih di kamar mamah?” si ibu masuk sambil mengerutkan keningnya.
Lalu dilihatnya cangkir putih bernoda lipstik pink itu dan kedua anaknya yang menutup mulut dengan tangan.
“Kakaak, berapa lipstik mama yang kau habiskan kali ini?” tanyanya manis. Terlalu manis sebetulnya.
Si kakak menggeleng keras diikuti adiknya, lalu akhirnya iapun membuka tangan yang menutupi mulutnya.
“Nggak habis, Mamaaa…. Nih lihat, Kakak cuma pakai sedikiiiit,” jawabnya dengan sisa-sisa warna merah muda yang masih terlihat di bibir mungilnya.
“Iya…cuma dikiiit,” adiknya tak mau kalah, membela sang kakak dengan gaya lucunya.
Kali ini ibu mereka yang tergelak.
“Jadi…. siapa juara menyetempel minggu ini?” tanya si ibu kemudian.
“Masih mamaaa…!” jawab keduanya serentak sambil menghambur ke pelukan ibunya.
Mereka berpelukan sambil tergelak bersama. Tak peduli pada sisa lipstik di bibir si kakak yang mengotori daster ibunya maupun beberapa lipstik patah yang tergeletak pasrah di meja rias…
Bahagia itu sederhana! 🙂
Note : 330 kata
April 23, 2013 at 22:11
Bahagia itu sederhana, walau belepotan lipstik. Jadi ingat saat jagoan cilik menggambar di kaca rias dengan lipstik dan mematahkannya. Salam bahagia Jeng, keren fiksinya.
April 24, 2013 at 15:51
Maturnuwun, Ibu… salam bahagia kagem ibu sakkulawarga 🙂
April 24, 2013 at 06:27
Bener banget Mba Mechta. Bahagia itu sederhana sekali.
April 24, 2013 at 15:52
Tapi kenapa tak semua mampu menemukannya ya? hehe…
April 24, 2013 at 12:43
stempelnya merah menyala ya mbak 🙂
April 24, 2013 at 15:52
stempel pinky mbak Ely 🙂
May 7, 2013 at 19:14
wah .. salah aku 😛
haha… nggak juga siih.. main stempel pake lipstick yg merah menyala pasti lebih seru ya.. 😉
April 24, 2013 at 14:39
Ibu yang baik dan sabar ya
April 24, 2013 at 15:53
Semoga tak hanya ada di fiksi ya.. hehe…
April 24, 2013 at 15:05
bahagia itu sederhana.. pass sekali..
April 24, 2013 at 15:54
kadangkala terlalu sederhana hingga terlewat tanpa disadari.. hehe…
trims sudah mampir disini.. 🙂
April 24, 2013 at 16:24
sukaaaaaaaaa sama ceritanya.. keliatan banget kebahagian mereka 🙂
April 24, 2013 at 17:56
Terima kasih apresiasinya, Chi…. Oya, selamat utk finalis Srikandi Blogger ya 🙂
April 24, 2013 at 16:53
ah terasa sekali bahagianya …
nice story mbak …
April 24, 2013 at 17:56
terima kasih apresiasinya, mas… 🙂
April 24, 2013 at 19:33
Ga harus twist yg cetar membahana badai, bahkan yang halus seperti ini saja sudah indah 🙂
April 24, 2013 at 20:06
terima kasih apresiasinya, Sulung 🙂
April 25, 2013 at 10:12
iyaa…bahagia itu memang sederhana ya auntie, kebayang deh gimana gemesnya liat lipstik udah patah2, waktu kecil suka gitu soalnya *ups* hihihihihi
April 25, 2013 at 13:17
hehe… kaya’nya rata2 kita pernah mainin lipstik bunda ya Rin 🙂
oya.. selamat ya nominasi Srikandi seharinya.. 😀
April 25, 2013 at 10:44
biasanya kalau ibunya galak langsung ambil sapu lidi terus gebukin anaknya wkwkw
April 25, 2013 at 13:18
waa… KDRT doong… sereem…
May 2, 2013 at 08:06
yang saya liat begitu 😀
April 25, 2013 at 13:16
mudah2an gak cuma di fiksi ya..hehe..
oya..trims sdh mampir 🙂
April 26, 2013 at 09:37
duh… bahagianya…
berpelukan bersama….
April 26, 2013 at 21:32
iya Pak… bahagia itu sederhana 🙂
Pingback: [Flashfiction] Lipstik Merah di Cangkir Putih | AttarAndHisMind