LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Sebuah puisi tentang Kali

| 5 Comments

KALI ASEM BINATOER

Di kala jiwa anak

mengendap merayap

menggapai cita kelak dewasa

Kali Asem Binatoer

adalah teman bercanda ria

teman berenang bersama udang

teman menyelam bersama ketam

Tiada sampah tiada limbah

air mengalir menyapa sawah

agar padi menguning menjadi berkah

Kali Asem Binatoer

walau katanya kau punya makna asam yang hina dina

tapi duka tak pernah kau rasa

bersama sampan dan ikan sebagai teman setia

Kali Asem Binatoer

kini engkau telah tertipu oleh manusia-manusia dungu

yang membuang sampah, membuang limbah

tapi mereka katakan membawa berkah

Kali Asem Binatoer

kini airmu yang mengalir menyusuri depan istana raja

telah berubah warna

bersama racun yang kelak bisa membawa bencana…

( Muchsin – Tepi Asem Binatoer, 26-2-2015 )

***

Puisi di atas ditulis oleh seorang bapak yang sudah cukup sepuh –salah seorang relawan pembangunan masyarakat yang berdomisili di Kelurahan Podosugih Kec Pekalongan Barat- sebagai salah satu bentuk keprihatinan beliau akan kondisi sebuah sungai tempat bermainnya di masa kecil.

Sungai itu bernama Kali Asem Binatur, salah satu dari 5 DAS yang mengalir melewati beberapa kelurahan di Kota Pekalongan terutama di Kecamatan Pekalongan Selatan dan Pekalongan Barat, dan alirannya melewati depan Kantor Pemkot Pekalongan.

Inilah Pak Muchsin, yang menulis dan membacakan puisi itu

Inilah Pak Muchsin, yang menulis puisi sebagai wujud keprihatinannya

Setelah membacakan puisi tersebut, Pak Muchsin -demikian nama bapak yang menulis dan membacakan puisi tersebut- menceritakan bahwa saat beliau kanak-kanak kondisi sungai itu sangat berbeda dengan saat ini.  Kala itu, airnya jernih dan mengalir deras, sangat nyaman sebagai tempat ia berenang bersama teman-temannya atau memancing ikan-ikan yang hidup di sungai itu.

Tapi itu dulu … Kini, tak ada lagi orang tua yang akan mengizinkan anak-anak berenang di sungai itu.  Air sungai tak hanya buthek, namun juga telah tercemar limbah dari kegiatan industri printing, batik, tekstil,  yang tak mempunyai IPAL dan ada di hampir sepanjang aliran sungai itu.  Warna air seringnya berwarna kecoklatan, kadang-kadang bahkan biru kehitaman. Selain itu, masih ada juga masyarakat yang membuang sampah langsung ke sungai! 🙁

Binatur

Tak ada lagi air nan jernih itu… 🙁

Sebenarnya bukan tak ada usaha untuk mengatasi persoalan itu.  Pemkot bersama masyarakat telah membangun dan memfungsikan beberapa IPAL untuk industri-industri kecil yang berpotensi mengalirkan limbah ke sungai ini, penataan lingkungan pemukiman pinggir sungai telah dilakukan dan juga terus diupayakan peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai. Pak Muchsin adalah salah satu diantara relawan-relawan yang menggerakkan masyarakat menjaga kebersihan lingkungan dan sungai ini.

BRW

Penataan lingkungan pemukiman pinggir sungai telah dilakukan …

Namun usaha ini masih harus terus berlanjut, tidak hanya menjadi tugas pemerintah saja namun partisipasi masyarakat dalam upaya ini sangatlah menunjang keberhasilan usaha ini kelak.

Akankah mungkin kondisi sungai kembali seperti dahulu?

Bukan hal yang mudah pastinya … namun juga bukan hal yang mustahil, bila kita semua berperan aktif mengusahakannya! Insya Allah …

5 Comments

Leave a Reply

Required fields are marked *.