LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Membingkai kenangan

| 21 Comments

Bulan Nopember adalah bulan ulang tahun di keluarga kami. Ultah kakak, adik dan 3 keponakanku, tepatnya di tanggal 12, 18 (2 orang), 25 dan 28. Ohya, semua laki-laki, bingung mau nyariin kadonya, akhirnya mentahan sajaa…hehe..

Nah,di tanggal 18 kemarin, kulihat ada notif di FBku, ada kiriman yang terkait namaku. Ternyata dari ponakan yang lagi ultah di tanggal itu, ngirim ucapan dan doa buat adikku yang ultah di tanggal yang sama. Uniknya, dia menyertakan sebuah foto kenangan yang sudah menguning namun tak kehilangan artinya bagi kami berdua. Inilah foto itu :

cethit-ithot

Foto pertama Cethit & Ithot

Seperti telah kukatakan tadi, foto itu telah menguning dimakan usia yang telah lebih dari 4 dasawarsa. Sebuah foto yang sangat biasa-biasa saja, bagi orang lain. Namun bagiku foto itu sangat berarti : foto pertamaku dengan adikku satu-satunya. Ada sepotong sejarah dalam selembar foto usang itu : aku sudah menjadi seorang kakak! 😀 Terima kasih, bapak-ibu yang telah membingkai momen itu!

Ya, sungguh aku berterima kasih pada orang-tua kami yang selalu rajin membingkai kenangan demi kenangan di keluarga kami, mengumpulkan satu demi satu harta karun bagi kami… Harta karun yang selalu mampu membuat mata berkaca-kaca mengenang momen pengambilan gambar-gambar itu…

Beliau berdua selalu rajin memotret momen-momen penting keluarga kami, meskipun menggunakan kamera seadanya waktu itu. Kamera berbentuk kotak sederhana namun telah berjasa membingkai kenangan kami.

Tidak hanya itu, beliau berdua juga merekam setiap perayaan ulang tahun, di mana masing-masing anggota keluarga memberi kado kepada yang berulang tahun berupa sebuah lagu. Tentu saja bukan merekam dengan kamera video karena di masa kecil kami belum terjangkau harganya..eh..aku juga nggak yakin, saat itu sudah ada video / belum ya? hehe…

Rekamannya hanya dengan tape recorder sederhana, namun kami semua bersemangat untuk menyumbangkan suara kami masing-masing meskipun ada yang masih cadel atau ada yang lagu jagoannya itu2 saja..hehe… Ohya tidak harus menyanyi, namun boleh diganti dengan memainkan harmonika -satu-satunya alat musik yang kami punya waktu itu, hehe- seringnya Bapak dan kakak kedua yang memilih untuk main harmonika sebagai kado.

Sayangnya, setelah kami beranjak dewasa, kebiasaan menyanyi tiap kali ada yang ulang tahun itu berhenti dengan sendirinya. Entah siapa yang mengawali menolak menyanyi karena sudah mulai malu…dan menggantikan kado lagu dengan barang-barang. Lalu akhirnya tak ada lagi kaset berisi rekaman terbaru.. 🙁 Dan sedihnya, saat ini tak satupun kaset kenangan itu yang masih bisa didengar, semua rusak termakan waktu, karena kami lalai dalam memelihara bingkai kenangan itu, hiks..

Untungnya, kebiasaan foto-foto masih berlanjut, bahkan makin mudah saat ini karena tidak harus dengan kamera khusus, sebagian besar HP sudah mengakomodir hobi foto-foto, bukan?

Saat ini, tiap kali memandang lagi foto-foto kenangan masa kecil, terbersit haru, bahagia, dan rasa syukur tak terhingga. Semoga di masa datang, generasi berikut dari keluarga kami juga bisa mendapatkan rasa yang sama ketika melihat-lihat kembali bingkaian kenangan saat ini.

Itu ceritaku tentang upaya membingkai kenangan yang telah dilakukan orang-tua kami, bagaimana dengan keluargamu, kawan? Ada juga pengalaman serupa? Mangga share di komen yaa…

21 Comments

Leave a Reply to Wahyu Widyaningrum Cancel reply

Required fields are marked *.