LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Menelusuri jejak sejarah ARJATI di Kota Pekalongan

| 27 Comments

Setiap kali melewati kawasan Jetayu yang merupakan kawasan kota lama Kota Pekalongan, aku suka memandangi gedung-gedung kuno yang masih tampak megah yang ada di sana.

Sudah cukup lama tersirat keinginan untuk mengetahui sejarah panjang gedung-gedung tersebut, namun meluangkan waktu untuk itu merupakan suatu permasalahan tersendiri bagiku. Di samping itu, apa asyiknya menikmati gedung-gedung itu tanpa ada yang membantu menjelaskan sejarahnya? Maka keinginan itupun terpendam beberapa lama.

Lalu tangan Tuhan bekerja. Kesempatan untuk menyusuri jejak sejarah Kota Pekalongan bersama dengan narasumber yang kompeten pun tiba, melalui kerjasama Pemkot Pekalongan dan sejumlah komunitas, diantaranya adalah komunitas Blogger Pekalongan. Ah… ini salah satu berkah bergabung di Komunitas kesayangan ini… Alhamdulillah…

Ya, kesempatan itu adalah turut berpartisipasi dalam ARJATI Heritage Walk 111 yang menjadi salah satu kegiatan dalam rangka memperingati Hari Jadi ke 111 Kota Pekalongan di Bulan April tahun 2017 ini.

Apa itu ARJATI Heritage Walk 111?

ARJATI itu sendiri adalah singkatan dari ARab-JAwa-TIonghoa, 3 suku / etnis yang dominan ada dan mempengaruhi budaya Kota Pekalongan.

Adapun ARJATI Heritage Walk 111 adalah kegiatan jelajah bagian kota lama yang bertujuan untuk memperkenalkan warisan sejarah dan budaya Kota Pekalongan yang banyak dipengaruhi oleh unsur 3 etnis kepada masyarakat pada umumnya dan generasi muda khususnya.

Acara yang berlangsung pada tanggal 2 April 2017 lalu itu diikuti oleh perwakilan pelajar SMA/SMK/MA se Kota Pekalongan, mahasiswa KKN Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta dan perwakilan komunitas, dengan route : Kantor Dinparbudpora – Gedung Pertani – GOR Jetayu – Gedung Batik TV – Pabrik Limun Oriental – Benteng Pekalongan – Kampung Arab – Kampung Pecinan – Jembatan Lodji lama – Tugu Mylpall – Kantor Pos – Museum Batik.

Pagi itu, sekitar pukul 6 pagi peserta sudah mulai berdatangan ke halaman Kantor Dinparbudpora Pekalongan. Setelah mendaftar, peserta kemudian dibagi dalam 2 kelompok besar yang masing-masing didampingi narasumber dari Pekalongan Heritage Community, Arkeolog, Fest Pekalongan, Jendela Pekalongan, Blogger Pekalongan dan Akademi Berbagi.

Pendaftaran peserta AHW 111

Peserta dibagi menjadi 2 kelompok besar

Setelah pembagian kelompok dan mendapat pengarahan dari panitia, peserta dilepas oleh Kepala Dinparbudpora Kota Pekalongan Drs Tjoek Koeshindarto, dan jelajah kota lama pun dimulai…

Pelepasan peserta oleh Ka Dinparbudpora Kota Pekalongan

Yuuk…jalan-jalan kitaaa….

Para peserta serius mendengarkan penjelasan narsum nya

Nah inilah rangkuman hasil jalan-jalan kemarin :

Gedung Pertani

Gedung PT Pertani Pekalongan

Gedung yang saat ini masih digunakan sebagai kantor PT PERTANI ini dulunya adalah bank pertama yang didirikan di Pekalongan pada masa Hindia Belanda, yang dibangun sekitar pertengahan abad 19.

Nederland Hundles Bank yang didirikan untuk memfasilitasi pengelolaan keuangan hasil penjualan gula dan hasil bumi ini beroperasi sampai sekitar tahun 1941 sebelum kedatangan Jepang, kemudian beralih-alih kepemilikan dan sejak tahun 1970an menjadi kantor BUMN PT Pertani hingga saat ini.

Sosietet / GOR Jetayu

Gedung GOR Jetayu

Bersebelahan dengan Gedung Pertani adalah bangunan yang di masa kolonial digunakan sebagai gedung kesenian. Gedung megah yang dibangun di abad 19 ini pun mempunyai sejarah yang cukup panjang.

Pernah digunakan sebagai kantor /tempat berkumpulnya kaum Yahudi Freemansonry lalu kemudian berubah nama menjadi ‘Delectatio’ dan digunakan sebagai tempat pesta / hiburan bagi orang-orang indo eropa di Pekalongan dan sekitarnya.

Sejak kemerdekaan, berganti nama menjadi Sosietet dan gedung ini digunakan untuk pertemuan atau pertunjukan. Beberapa catatan seni budaya tertoreh di sini, antara lain awal karir seni seorang Hoegeng Iman Santoso yang kemudian terkenal dengan grup Hawaian Senior-nya, juga pernah menjadi tempat pentas grup teater modern Miss Ribut Orion.

Renovasi-renovasi telah dilaksanakan lalu ditetapkan menjadi Gedung Olah Raga dan pusat kesenian sejak tahun 2003 sampai dengan saat ini, dan di bagian belakang gedung dijadikan Pusat Inovasi Budaya Batik (PIBB).

Gedung  Djawatan Pendidikan / TV Batik

Gedung Batik TV

Gedung di sebelah kiri GOR Jetayu yang sejak 2012 hingga saat ini digunakan sebagai kantor & studio TV Batik, juga merupakan peninggalan sejarah yang awalnya digunakan sebagai kantor yayasan pendidikan setingkat SMP ( MULO ) di masa kolonial, kantor Djawatan Pendidikan di masa kemerdekaan, kantor Dinas Pekerjaan Umum, kantor Pariwisata dan juga Bappeda.

Pabrik Limun Oriental

Dari gedung TV Batik, peserta diarahkan memasuki Jl Rajawali, yang terletak di antara Gedung TV Batik dan Museum Batik.

Sekitar 50 meter dari ujung jalan, tepatnya di Jl Rajawali no 15 peserta sampai di depan pabrik Limun Oriental Cap Nyonya, sebuah pabrik minuman bersoda yang sudah ada sejak jaman penjajahan.

Pabrik limun Oriental

Perusahaan minuman limun ini didirikan oleh keluarga Nyoo Giok Lien yang sebelumnya berdomisili di Kedungwuni Kab Pekalongan dan kemudian pindah ke Kampung Bugisan, lokasi yang sekarang.

Rumah Kelg Nyo Giok Lien, pemilik Pabrik Limun Oriental

Limun Oriental ini dibuat merknya pada sekitar tahun 1923 dan pengelolaannya saat ini sudah sampai di generasi ketiga. Di sini, selain dapat membeli dan menikmati limun dalam suasana vintage, pengunjung juga dapat menyaksikan langsung pembuatan minuman bersoda dalam kemasan botol kaca ini.

Benteng Pekalongan

Salah satu peninggalan VOC di Kota Pekalongan adalah Fort Peccalongan atau Benteng Pekalongan yang berlokasi di tepian Kali Loji. Bangunan yang dulunya berluas sekitar 5.170 m2 ini dibangun sebagai bagian dari pertahanan VOC di wilayah pesisir Pekalongan didirikan sekitar tahun 1754

Sisa benteng masih terlihat kokoh berdiri, tepat di seberang Pabrik Limun Oriental di Kampung Bugisan, di kompleks Rumah Tahanan Kota Pekalongan.

Sisa Benteng Pekalongan di Kampung Bugisan

Dari Kampung Bugisan, peserta diarahkan menuju destinasi selanjutnya yaitu Kampung Arab ( Sugihwaras ), Kampung Pecinan & Klenteng Po An Thian, Brug Lodge, MylPall dan Museum Batik.

Untuk cerita jalan-jalan di kampung arab hingga Museum Batik, akan kutuliskan pada post selanjutnya yaaa…. Oya, sebelum menutup tulisan ini, perwakilan komunitas Blogger Pekalongan mejeng dulu aaah…

Blogger Pekalongan… Ajiiib…Sakporeee…. (Foto by: Bella Jade)

Sampai jumpa di post berikutnya ya, yuuk..mareee…

27 Comments

  1. Pingback: Kisahku Dua Tahun Melangkah Maju Bersama Blogger Pekalongan |

Leave a Reply to Tuan Wijaya Cancel reply

Required fields are marked *.