LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Pengalaman Pertamaku Menikmati Dieng Culture Festival

| 32 Comments

Cinderamata bagi tamu DCF 9 Th 2018

Lalang Ungu.  Hai…apa kabar, teman? Setelah vakum nulis berhari-hari, kali ini aku akan bercerita tentang pengalaman pertamaku menikmati Dieng Culture Festival. Oya, sudah tahu kan ya, apa itu Dieng Culture Festival? Untuk yang belum tahu, ayo mari merapat ke sini, kuberitahu… ☺

Apa itu Dieng Culture Festival?

Dieng Culture Festival (DCF) atau Festival Budaya Dieng adalah sebuah upaya pengembangan pariwisata di kawasan dataran tinggi Dieng yang diselenggarakan oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa Desa Dieng Kulon bekerjasama dengan Pemerintah Kab Banjarnegara dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Tahun 2018 ini adalah penyelenggaraan ke-9 DCF yang bertaglinedari masyarakat untuk masyarakat” ini.

Diseleggarakan oleh kelompok masyarakat? Nggak salah nulis nih?

Iya betuuul…sama sekali nggak salah nulis ataupun baca kok. Memang acara super keren ini diprakarsai dan diselenggarakan oleh kelonpok masyarakat, bukan EO yang komersial, namun hasil akhirnya nggak kalah keren dengan EO-EO profesional itu lho!! Itu pulalah yang makin membuatku semangat untuk nonton acara ini.

DCF ke-9 tahun ini berlangsung dari tanggal 3-5 Agustus 2018. Sejak beberapa minggu sebelumnya aku sudah mencari-cari informasi tentang acara ini. Mencari teman yang bisa berangkat bersama juga, dan ketika gagal berangkat dengan teman-teman yang sudah kukenal, di hari-hari terakir akupun mantab mendaftar Open Trip DCF dari Nonametravel -sebuah agen travel yang kebetulan direkomendasikan seorang teman- dan mengajukan cuti. Alhamdulillah masih dapat seat di Noname dan pengajuan cuti diterima! Maka, tanggal 3 Agustus 2018 jam 5.30 akupun jadi meluncur ke Dieng bersama 13 peserta trip DCF lain dari Jakarta, Tangerang dan Bogor… Keseruan pun dimulai..eng..ing..eng… 😃

Apa saja sih acara di DCF 9?

Buanyaaaak… Yang gencar dipublikasikan sebelumnya antara lain Jazzatasawan, Pemotongan Rambut Gimbal dan Festival Lampion. Ternyata dari leaflet yang diberikan oleh panitia DCF, acaranya padat sekali! Nih..lihat saja kutipan Rundown acaranya ya…

Rundown DCF 9 Th 2018

Dari keseluruhan paket acara DCF 9 itu, memang tak semua bisa kuikuti. Karena keterbatasan waktu dan kondisi fisikku, hanya acara Jazzatasawan, Festival Domba Batur, Senandung Negeri di Atas Awan, Festival Lampion dan Pemotongan Rambut Gimbal yang dapat kutonton. Selebihnya mengikuti paket acara dari tour kami di luar acara DCF yaitu eksplor Dieng : Batu Pandang Ratapan Angin, Dieng Plateau Theatre, Kompleks Candi Arjuna, Telaga Warna dan Kawah Sikidang.

Di Festival Domba Batur DCF 9 Th 2018 ( Foto : Koleksi Pribadi & Nonametravel )

Apakah cuaca ekstrim di Dieng tidak mengganggu acara DCF 9?

Suasana pagi di arena DCF 9 ( Foto By : Akbar )

Ya, banyak pesan yang masuk via WA ataupun DM yang menanyakan tentang kondisi kami di suhu yang cukup ekstrim di daerah Dieng seperti yang dilansir banyak media. Tapi Alhamdulillah, kondisi kami baik-baik saja selama 3 hari 2 malam di sana, meskipun tentu saja kami sangat merasakan perbedaan suhu yang ekstrim dengan daerah asal kami itu.

Jumat pagi ketika kami sampai di Dieng, cuaca sangat cerah. Matahari bersinar dengan cukup garang, namun angin yang bertiup membawa hawa sejuk cenderung dingin. Dan malamnya, ketika menikmati acara Jazzatasawan terukur suhu sekitar 9°C di awal acara dan terus menurun hingga di pertengahan acara sekitar jam 22.00 kami tak sanggup lagi menahan dingin dan pulang ke homestay. Sayang sebenarnya karena kami baru menikmati sajian dari grup Wedding Jahe dan Kailasa saja, bahkan Gugun Blues Shelter yang jadi bintang malam itu belum tampil, tapi apa daya karena kondisi tubuh kami tak sanggup lagi menahan dingin meskipun badan sudah terbalut baju hangat, topi penahan angin, dan kaus tangan tak ketinggalan!

Suhu Dieng Kulon pada 4 Agustus 2018 jam 06.14

Sabtu pagi sempat cek aplikasi di HP, suhu di lokasi homestay kami 7°C, tapi siangnya matahari kembali cerah ceria sehingga angin dingin tak menghalangi jalan-jalan kami siang itu. Nah, malamnya saat akan menikmati Senandung Negeri di Atas Awan dan Festival Lampion, kami sudah lebih siap : pakaian dobel, kaos kaki lebih tebal dan sarung tangan tentu tak ketinggalan. Walhasil, kami berhasil melewati malam bersuhu 8°C itu, hingga usai festival Lampion yang ditutup dengan meriahnya kembang api di pergantian hari menuju tanggal 5 Agustus itu. Alhamdulillah… 😃

Salah satu penampil di acara Jazzatasawan

Ramainya penikmat Jazzatasawan DCF 9 Th 2018

Acara apa yang paling seru di DCF9?

Waaah…bagiku semua acaranya kereeeen dan seruuu… Tapi buatku yang paling berkesan adalah Senandung Negeri di Atas Awan dan Festival Lampion. Kalau di acara-acara lainnya kami hanya sebagai penonton, di acara malam terakhir DCF ini semua penonton merasa menjadi partisipan aktif. Letto, Hiroaki Kato dan para pemusik lain yang tampil berhasil membuat kami turut bersenandung di setiap lagunya..dan pada puncak acara, masing-masing kami menerbangkan lampion-lampion sambil melangitkan semua asa! Duuuh…romantis abiiisss…

Kemeriahan di Festival Lampion

Pemotongan Rambut Gimbal

Kompleks Candi Arjuna, lokasi ritual Potong Rambut Gimbal DCF 9

Nah, acara ini tak boleh terlewat karena hanya ada di Dieng, bukan? Anak bajang adalah sebutan bagi anak-anak berambut gimbal yang hanya ada di Dieng. Yang dimaksud dengan rambut gimbal ini adalah rambut yang saling melekat satu sama lain…seperti rambut para artis reggae itu lho…tapi yang ini tidak dibuat dengan sengaja ataupun bukan karena tak pernah keramas lho.. Mereka juga tidak gimbal sejak lahir, biasanya didahului dengan panas tinggi selama 3 hari lalu rambut mereka mulai menggumpal bagian demi bagian…

Asal-usul rambut gimbal pada anak-anak tertentu di Dieng ini memang masih diperdebatkan. Ada versi yang menyatakan bahwa rambut gimbal ini akibat ibu-ibu hamil di Dieng banyak menghirup gas belerang yang banyak terdapat di daerah ini sehingga mempengaruhi bayi yang dilahirkannya. Namun ada versi lain yang kental dengan nuansa mistis yaitu bahwa anak-anak istimewa ini adalah titisan dari Kyai Kolodete dan Nyai Ronce Koloprenye (leluhur masyarakat Dieng) dan anak-anak bajang ini suci dan istimewa, sehingga harus dituruti keinginannya sebelum rambut gimbalnya dapat dipotong. Keinginan kanak-kanak ini memang bermacam-macam, dan rata-rata khas anak.

Tahun ini ada 12 anak bajang yang dipotong rambutnya dalam rangkaian acara DCF, kebetulan kesemuanya adalah anak perempuan, namun tidak semuanya berasal dari sekitar Dieng, ada juga yang dari Cikampek lho.. Permintaan anak-anak ini beragam, ada yang meminta es krim rasa coklat, sepeda (warna pink), kambing, ikan lele hidup, bahkan ada yang meminta Tab bergambar apel untuk mainan…haha..

Salah satu dari 12 Anak Bajang yg akan dipotong rambut gimbalnya di DCF 9

Mengikuti acara ini kami jadi tahu sejarah budaya pemotongan rambut gimbal ini, ritual-ritual yang harus dijalani sebelum dilakukan pemotongan dll.. Oya, acara pemotongan ini dihadiri oleh Gubernur Jawa Tengah dan juga perwakilan Kementrian Pariwisata, yang keduanya mendapat kehormatan memotong rambut dua diantara anak-anak bajang ini. Anak-anak istimewa yang beruntung, bukan? 😃

Prosesi pemotongan rambut gimbal anak bajang di DCF 9

Jadi, apa kesan menonton DCF 9 ini?

Acara yang keren dan seru! Ya, itulah kesanku setelah secara langsung menonton acara ini. The Beauty of Culture tepat sekali menjadi tema DCF 9 ini. Kami menikmati ragam budaya yang ada. Saking serunya, aku jadi ingin menonton lagi di penyelenggaraan yang akan datang. Seperti kusampaikan di awal, tidak semua acara dapat diikuti, sehingga aku masih menyimpan rasa penasaran dengan acara-acara yang tidak kusaksikan langsung kemarin, selain juga ingin merasakan lagi romantisme menikmati musik dan lampion di malam yang dingiiiin… 😍

Tips menikmati DCF a la Mechta

Untuk yang ingin datang juga di DCF berikutnya, kusarankan untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Fisik terutama, karena untuk menikmati acara ini dari venue ke venue lebih asyik jalan kaki…belum lagi macetnya jalan raya dengan kendaraan pengunjung juga menyebabkan kita harus jalan kaki  PP dari homestay ke lokasi acara. Mengeksplor wisata Dieng juga memerlukan kaki-kaki yang sehat dan kuat, hehe… Jangan lupa, gunakan alas kaki yang paling nyaman untuk aktivitas di DCF ini..

Selain itu, persiapkan diri menghadapi cuaca ekstrim. Jaket tebal, kaus tangan, kaus kaki, topi yang menutup telinga agar hangat, itu perlengkapan penting yang tidak boleh ketinggalan. Kalau perlu, tak usah malu untuk gunakan pakaian rangkap! Haha.. Jangan lupa obat-obatan pribadi, karena kita yang paling tahu mengenai kondisi fisik dan kebutuhan kita. Siapkan pula alas duduk yang ringkas karena menikmati musik akan lebih nyaman dengan duduk..sedangkan acara dilakukan di lapangan terbuka tanpa kursi tentunya.. Yang juga penting adalah…jangan nyampah!

Oya, cermati betul rundown acara, pilih acara yang akan kita ikuti (karena tidak mungkin mengikuti semua acara) dan pastikan kita siap untuk mengikuti acara tersebut. Jangan sepertiku yang terpaksa terlewat beberapa acara keren karena kelelahan saat mengikuti acara sebelumnya..hehe…

Nah, itulah pengalaman pertamaku menikmati Dieng Culture Festival, yang sangat berkesan dan seru. Terima kasih untuk segenap crew Nonametravel yang telah memfasilitasi kami dengan baik, juga terima kasih pada teman-teman perjalanan kali ini yang meskipun baru bertemu namun kita berpisah sebagai saudara… Sampai jumpa di DCF berikutnya yaaa… 😘😘😘

Sampai jumpa lagi, teman-teman…  ( Foto : Nonametravel)

Baca juga : Memacu adrenalin di Batu Pandang Ratapan Angin

32 Comments

  1. Pingback: Memacu Adrenalin di Batu Pandang Ratapan Angin |

Leave a Reply to Nia Cancel reply

Required fields are marked *.