Lalang Ungu. Menguak pesona Batik Peranakan wujud akulturasi budaya melalui Bincang Budaya kuikuti pada hari ini, Jumat 19 Oktober 2018,ย dalam rangka Hari Batik Nasional di Kota Pekalongan yang diselenggarakan Pemkot Pekalongan bekerjasama dengan Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo Republik Indonesia.
Tentang Bincang Budaya
Sebelum bercerita panjang lebar tentang batik peranakan, lebih dahulu kusampaikan bahwa acara Bincang Budaya ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional di Kota Pekalongan. Ya, meskipun Hari Batik Nasional telah ditetapkan oleh pemerintah tiap tanggal 2 Oktober, namun di Kota Pekalongan rutin dilakukan rangkaian acara peringatan sepanjang bulan Oktober ini. Maklum lah ya.. Pekalongan kan terkenal sebagai Kota Batik, bahkan sejak tahun 2014 lalu, UNESCO telah memberikan pengakuan Kota Pekalongan sebagai salah satu bagian dari Jaringan Kota Kreatif , terutama di Bidang Seni & Kerajinan Rakyat, di mana BATIK merupakan salah satu bagian penting dalam bidang seni dan kerajinan rakyat Kota Pekalongan. Oleh karena itu, setiap tahun diselenggarakan acara-acara keren untuk mendukung pelestarian batik dan juga meningkatkan promosi batik agar dapat mensejahterakan semua lapisan masyarakat yang terlibat, tidak hanya para juragan batik namun hingga ke pekerja lepas atau buruh-buruh batiknya.
Kemasan acara beragam, mulai dari Pameran Pekan Batik Nusantara, Batik bussines meeting, Lomba disain seragam batik, karnaval batik, dll.ย Diharapkan selain mengundang wisatawan ke Kota Batik selama acara Pekan Batik Nusantara berlangsung (yang pada akhirnya diharapkan meningkatkan penghasilan semua laposan penggiat batik) namun juga diadakan acara-acara yang sifatnya edukatif untuk meningkatkan pengetahuan dan kecintaan masyarakat terhadap batik. Bincang Budaya Pesona Batik Peranakan Wujud Akulturasi Budaya yang kuikuti hari ini adalah salah satu acara edukatif tersebut.

Pembukaan Bincang Budaya oleh Ibu R Niken Widiastuti, Dirjen IKP Kemenkominfo
Acara Bincang Budaya ini dibuka dengan pemukulan gong oleh Ibu R Niken Widiastuti (Dirjen IKP Kemenkominfo) dengan disaksikan oleh Bapak Walikota Pekalongan dan para narasumber. Dalam sambutannya, baik Ibu Dirjen maupun Bapak Walikota menekankan pentingnya seluruh lapisan masyarakat (termasuk kaum muda milenial) untuk tidak hanya mengenal dan mencintai Batik namun juga terlibat langsung dalam upaya pelestarian nilai-nilai luhur yang terkandung dalam batik, antara lain dengan menyebarluaskannya melalui akun-akun sosial media yang dimiliki. Itulah salah stu tujuan diselenggarakannya Bincang Budaya ini, sebagai bahan untuk menambah pengetahuan tentang batik untuk dapat disebarluaskan ke masyarakat, dan peserta juga dibekali dengan ketrampilan menulis kreatif yang disampaikan oleh Mak Mira Sahid, founder KEB . Aduuuh…senangnya bisa menyerap ilmu dari Mak Mira dan bertemu langsung dengan beliau yang low profile ini. Maaak….aku padamuuuuu…. *muaach…

Bersama Mak Mira Sahid -Founder KEB- usai Bincang Budaya di Pekalongan
Inti dari paparan Mak Mira adalah bahwa kunci menulis kreatif adalah Judul yang menarik, lengkap badan tulisannya, terdiri dari intro / pendahuluan, detil pembahasan dan ada kesimpulan dari penulisan tersebut. Kita juga mesti bijak bersosial media. THINK before write. THINK di sini artinya, sebelum menulis kita harus memikirkan apakah tulisan kita TRUE (benar / bukan HOAX), HURTFUL (berpotensi menyakitkan / tidak), Illegal ( apakah ada unsur ilegal dalam tulisan kita), Necesary (apakah dibutuhkan / tidak) dan KIND (apakah sudah disampaikan dengan santun / belum).
Tentang Batik Peranakan
Istilah ‘peranakan’ biasa kita gunakan untuk menyebut anak-keturunan dari etnis asing yang menikah dengan warga setempat. Seringnya istilah peranakan ini digunakan pada keturunan Tionghoa, sedangkan kalau dari etnis Eropa keturunannya biasa kita sebut ‘indo’.
Nah, akulturasi budaya akibat perkawinan antara etnis asing dengan warga lokal ini sangat berpengaruh terhadap adat / budaya yang ada, termasuk di antaranya dalam perkembangan Batik, di Indonesia pada umumnya maupun di Pekalongan khususnya. Para perantau ini umumnya berdagang, termasuk memperdagangkan batik hasil karya penduduk lokal, dan pada perkembangannya sebagian dari perantau asal Tionghoa yang datang ke P Jawa sekitar abad XII-XIII itu memulai usaha batik mereka sendiri.
Oey Soe Tjoen, Kwee Nettie, Liem Po Hien,The Tie Siet, Phoa Tjong Ling dan Oey Kim Boen adalah nama-nama peranakan Tionghoa yang kemudian dikenal luas dalam perkembangan Batik Peranakan, utamanya di Pekalongan. Kedungwuni adalah daerah di Pekalongan yang terkenal sebagai pusat batik Tionghoa peranakan, dan rumah Batik Liem Ping We yang berlokasi di Jl Raya Kedungwuni masih aktif hingga saat ini, dikelola oleh Ibu Liem Po Hien yang merupakan generasi ke-4 keluarga Oey Kiem Boen.

Batik peranakan motif Buketan & Burung Merak Tanahan Ukel Lunglungan, koleksi Museum Batik
Motif-motif Batik Peranakan sangat dipengaruhi oleh akulturasi budaya tersebut. Pembauran cita-rasa khas lokal dengan budaya pendatang itu melahirkan motif-motif baru yang unik maupun warna-warni yang berbeda. Masing-masing kental dengan makna budaya, antara lain : motif Burung Merak melambangkan kecantikan, kelembutan, keanggunan dan wibawa wanita, motif Bunga Seruni melambangkan keanggunan dan kesejahteraan di usia senja, motif Burung Hong yang merupakan Ratu Segala Burung melambangkan keanggunan, kelembutan dan sifat YIN. Sedangkan motif Ikan melambangkan kemakmuran berlimpah.

Batik peranakan Djawa Hokokai koleksi Museum Batik Pekalongan
Motif Hokokai adalah salah satu motif Batik Peranakan yang terkenal. Motif ini didominasi flora-fauna dan kupu-kupu. Batik dengan ciri motif pagi-sore serta ‘tanahan’ yang sangat rapat ini berkembang pada masa pendudukan Jepang.
Konon pada masa penjajahan Jepang terjadi kelangkaan bahan batik dan juga krisis pekerjaan. Untuk menghindari pengangguran maka selembar kain putih dibatik dengan motif serumit mungkin, dengan pencelupan warna berulang kali sehingga proses pembatikan iniย memakan waktu yang lama. Sekitar 8-12 bulan untuk selembar batik motif Hokokai berkonsep pagi-sore. Batik yang indah, halus pengerjaannya dan tentunya harganya pun lebih dibanding motif batik biasa.
Ohya, yang dimaksud batik ‘pagi-sore‘ ini adalah dalam 1 kain batik terdapat 2 macam tone warna dengan corak yang terpisah. Gelap-terang. Bagian kain bercorak terang dapat dipakai hari, sementara corak gelap dapat dipakai malam hari. Sungguh suatu kreatifitas yang tercipta karena keterpaksaan keadaan..
Corak / motif batik juga dapat menjadi perlambang suatu keadaan. Motif Merak Ngigel misalnya. Motif Batik Keturunan yang terdiri dari gambar burung Merak sedang menari ini, konon merupakan perlambang rakyat Pekalongan dalam masa kekuasaan Kerajaan Mataram yang menentang diskriminasi / pelarangan pemakaian motif batik tertentu. Merak Ngigel melambangkan sifat masyarakat Pekalongan yang mandiri dan tidak mau ditindas.

Motif Batik Merak Ngigel koleksi Museum Batik Pekalongan
Motif batik keturunan ini dibuat untuk berbagai jenis penggunaan batik. Sebagai kain panjang / Jarit, kain sarung, selendang bahkan juga kain Tok wi. Tok wi ini adalah kain penutup altar persembahyangan etnis / keturunan Tionghoa. Motif utama Batik Tok wi adalah dewa-dewa, hewan mitologis maupun hewan-hewan yang bermakna filosofis a.l Naga, Burung Hong, Kilin, Kupu-kupu, dll. Di Pekalongan, motif Tok wi ini dihiasi bunga-bunga dan pewarnaan yang cerah khas pesisiran.

Batik Tok wi koleksi Museum Batik Pekalongan
Waah..banyak sekali yang bisa kita gali mengenai batik peranakan ini, teman.. Bincang budaya ini hanya menjadi pembuka bagiku untuk semakin menggali lebih dalam tentang batik peranakan, juga tentang filosofi-filosofi batik pada umumnya.ย Semoga aku dapat mewujudkan harapan dari para penggagas forum Bincang Budaya ini, menggali lebih dalam mengenai batik dan menyebarluaskannya melalui akun medsos yang kumiliki, agar semakin banyak masyarakat yang tahu, mengenal, mencinta dan pada akhirnya terlibat dalam pelestarian batik, warisan tradisonal non benda yang sudah sah menjadi milik Bangsa Indonesia. Yuk, teman..kamu juga bisa menjadi ‘agen pelestarian’ batik ini lho..dengan menggali nilai-nilai luhur batik dan menyebarluaskannya melalui medsosmu. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? ๐
Oya, jangan lupa teman…tanggal 20 Oktober besok adalah pembukaan Pekan Batik Nusantara Tahun 2018 lho.. PBN ini berlangsung sejak tanggal 20-24 Oktober 2018 di Kawasan Jetayu Pekalongan. Selain pameran batik banyak lagi kemeriahan acara Pekan Batik Nasional ini…jangan sampai ketinggalan, teman…
#flashblogging #flashbloggingpekalongan #akubanggapakaibatik #batikpekalongan
October 19, 2018 at 07:48
Top deh …tulisannya langsung jadi…
Aku belum nulis mba. Btw, mba Mira ini aslinya cantik banget ya…manis..
October 19, 2018 at 08:30
Iya mba Rina… Mbak Mira ayuuuu n ramah ya…jadi makin ngefans ke beliau nih…
October 19, 2018 at 07:58
Acaranya seru dan semua pake batik ya. Aku suka batik tapi yang desainnya udah dibuat semi modern gitu
October 19, 2018 at 08:58
Iya mba…baju batik cantik juga dipakai dgn model kekinian juga ya…
October 19, 2018 at 08:07
Cakep banget ya batik Pekalongan..semoga warisan budaya ini terus terjaga..
October 19, 2018 at 08:36
Insya Allah ..semoga demikian ya mba.. sayang sekali bila budaya adiluhung ini sampai punah…
October 19, 2018 at 14:47
satu kain mempunyai corak yang berbeda dengan tone warna yang berbeda pula mbak…bisa dipakai bergantian dalam kesempatan yang berbeda…
October 21, 2018 at 22:26
Nggak bolak-balik mba… Satu muka terbagi 2 pola yg berbeda tone warna. Nah..pakai kain kan diputar ke tubuh tuh..jadi hanya sebagian motif yg terlihat..
Misal pemakaian pertama, sisi kanan yg menempel tubuh, sisi kiri yang akan terlihat di putaran terluar. Pemakaian ke-2 sebaliknya, sisi kiri yg menempel tubuh maka sisi kanan yg akan ada di putaran terluar dan terlihat..
Haha .. agak sudah menjelaskan dengan kata2 ya… Maafkan…
October 20, 2018 at 03:17
Ooh baru ngerti saya tentang batik peranakan. Mungkin sering lihat tapi tidak ngerti kalo yang itu batik peranakan. Lihat di foto-foto di atas baru ngeh.
October 20, 2018 at 10:32
Motifnya unik, dipengaruhi oleh budaya dari negara pengarangnya mba.. bisa Tionghoa / Eropa / India
October 20, 2018 at 03:26
Aku suka nih pake batik yang pagi sore itu.. lebih fleksibel dan seperti punya banyak hehehe
October 20, 2018 at 10:39
Nah iya mba..itu antara lain manfaat batik pagi-sore..hehe..
October 20, 2018 at 03:49
Batik-batik yang cantik dan anggun. Melihat lukisan di batik peranakan mengingatkan bunda ketika di Hanoi juga mereka membuat motik merak dan ular naga pada pakaian kimono atau blus-blusnya.
October 20, 2018 at 10:33
Merak dan Ular Naga pastinya juga mempunyai makna tersendiri di budaya Hanoi ya Bunda..
October 20, 2018 at 04:46
Aku baru tahu kalau ada istilah Batik Peranakan. Tapi memang Indonesia itu luar biasa karena memiliki kekayaan batik yang luar biasa indah.Pekan Batik ini smoga slalu dilakukan dan menarik minat banyak orang ya. Pekalongan memang luar biasa pesona batiknya ๐
October 20, 2018 at 10:34
Iya..harapannya Batik lokal semakin menjadi raja di daerah sendiri..
October 20, 2018 at 05:04
Waw keren banget yah mba, sekali-kali adain di Makassar mba
October 20, 2018 at 10:35
Haha…mungkin saat ada pameran bertaraf nasional di Makasar ada perwakilan Pekalongan juga ya..
October 20, 2018 at 10:24
Batik peranakan punya desain yang sedikit berbeda ya dengan batik yang biasa tapi tetap cakep, apalagi kalau dibuat gaun gitu
October 20, 2018 at 10:36
Iya mba…disain motifnya unik karena ada percampuran budaya yang mempengaruhinya
October 20, 2018 at 15:45
Yah kalau bicara tentang Batik, Pekalongan lantas saja selalu muncul di kepalaku sebagai top of mind Mbak Tanti. Begitu pun kalau ingin belajar tentang jenis-jenis batik, paling tepat tentu belajar di Pekalongan. Seperti batik peranakan, itu kan salah satu gambaran dari beragam budaya yang mempengaruhi batik Pekalongan ya Mbak? Menarik!
October 21, 2018 at 22:28
Betul mba… Ada beragam motif yg terjadi karena pengaruh budaya2 berbeda. ARJATI ( Arab-Jawa-Tionghoa) dan Eropa juga tentunya..hehe..
October 20, 2018 at 16:39
Baru ngerti aku Mbak dengan istilah batik pagi sore. Btw, cakep-cakep banget ya model batik peranakannya…
October 21, 2018 at 22:30
Hanya sebagian kecil saja mba.. Ada pula batik motif dongeng lho..seperti Cinderella atau Red Hood… Dibuat oleh keturunan Eropa..
October 20, 2018 at 19:35
Pekalongan.
Aku ingat banget…ibuku dulu jualan batik dan teman-temannya.
Ya kulakannya di Pekalongan.
Sungguh aku kagum dengan batik Pekalongan.
Beragam jenis, kualitas dan variasi harga ditawarkan di sana.
Patutlah kita mencintai budaya asli Indonesia yang satu ini.
karena keindahannya saat mencipta.
October 21, 2018 at 22:31
Betul mba…ada beragam jenis kualitas dari yg biasa hingga tulis halus dan berdasarkan pesanan khusus..tentunya harganya tergantung kualitas juga ya..
October 20, 2018 at 23:09
Batik peranakannya cantik-cantik mbak…apalagi yang motif hokokai itu. Unik dan berkelas pastinya ya. Saya penggemar batik. Segala macam batik saya suka…
October 21, 2018 at 22:31
Wah, pasti betah nih kalau blusukan di Pekalongan mba…hehe..
October 21, 2018 at 02:56
motif motif dari etnis tionghoa memang sarat dengan motif fauna seperti merak, naga dan ikan. filosofi nya tinggi banget
October 21, 2018 at 22:32
Ya mba..seperti batik tradisional kita yg sarat makna, begitupun motif batik keturunan ini punya makna2 tersendiri..
October 21, 2018 at 15:16
Cantik2 nih batiknya, aku di rumah masih pakai kain untuk seharian di rumah. Kebiasaan orang Kalimantan perempuannya pakai kain tapih untuk di rumah
October 21, 2018 at 22:34
Wah..sama seperti kaum wanita Jawa ya mba..memakai tapih juga.. meskipun sekarang sudah jarang sih..hehe..
October 21, 2018 at 15:42
aku baru tahu ini tentang batuk peranakan ternyata akulturasi budaya asing y mb dan peranakan Tionghoa jd salah satu adanya batik peranakan ini. Ga ngeh juga sih aku liat motif batik kalau aku liat batik dari modelnya doang hahaha
October 21, 2018 at 22:35
Ya mba..saya juga baru tahu setelah di Pekalongan, dan membaca-baca juga tentang aneka batik..
Kapan2 main ke museum batik mba..
October 21, 2018 at 16:27
Masya Allah acara luar biasa plus dihadiri sama Mbak Mira dapat ilmunya juga luar biasa senangnya ya mbak
October 21, 2018 at 22:36
Betul mba…Alhamdulillah sangat senang meskipun waktu terbatas jadi terasa sangat kurang..hehe..
October 21, 2018 at 18:25
Waah, makasih infonya Mba. Baru tau saya kalo ada namanya batik peranakan. Coraknya udah lama tau sih, tapi baru tau kalo itu masuk dalam kategori batik peranakan XD
October 21, 2018 at 22:36
Semoga sedikit menambah pengetahuan tentang batik ya mba…
October 21, 2018 at 22:38
Ya mba Lia..batik peranakan sebutan untuk motif-motif khusus yg tercipta karena akulturasi budaya antara pendatang & setempat…biasanya pembuat disainnya memang orang2 keturunan / indo..hehe..
Yuk, main ke Pekalongan mba…
October 21, 2018 at 23:25
Cantik2 ya batiknya tapi waktu ke Pekalongan, aku gak sempat beli huhuhu….
October 22, 2018 at 00:26
Ayok..mbaa…ke Pekalongan lagiii…
October 22, 2018 at 00:31
Batiknya cantik-cantik, Mba . Saya kalo dengar kata Pekalongan, yang terlintas di pikiran pasti batik soalnya Pekalongan udah identik banget dengan batik
October 24, 2018 at 11:28
Kota Batik di Pekalongan….begitu juga kata Slank y mba..hehe..
October 22, 2018 at 01:41
Batik Pekalongan benar-benar kaya desain dan warna ya.
… sepertinya Pekalongan juga sudah berhasil membranding diri, “ingat Pekalongan, ingat Batik”
So, stay inovating and keep inspiring, Pekalongan!
October 24, 2018 at 11:28
Semoga Pekalongan terus bisa memoertahankan brandingnya itu mba.. Aamiin…
October 22, 2018 at 01:59
Aku naksir batik merak itu, warnanya bagus
Kain batik dijadikan outer ternyata keren banget ya
Aku selalu suka batik daerah Jawa
Bukan berarti yang lain nggak bagus
Tapi IMHO sejarahnya lebih panjang dan coraknya lebih kaya
October 24, 2018 at 11:27
Cakep ya mba…warnanya khas pesisir..cerah ceria..hehe..
October 24, 2018 at 00:55
Iya mbak, Seneng banget bisa ketemu mbak Mira Sahid di Pekalongan kemarin. yeeeee kita punya foto bareng.
October 24, 2018 at 11:26
akhirnyaaaa….haha…
October 25, 2018 at 13:23
Keren ya, untuk mereka-mereka yang bisa kayak membedakan darimana asal motif-motif batik yang beda-beda itu. ._.
October 25, 2018 at 14:12
Hihi…aku tak pandai membedakan motif2nya…tapi aku cintaaa… ๐
October 26, 2018 at 03:11
Batiknya bagus-bagus….naksir…..