LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Catatan Umrah 2018 (2) : Nikmatnya Lesehan di Makkah dengan menu Nasi Bukhari

| 47 Comments

Catatan Umrah 2018 (2) :  Nikmatnya lesehan di Makkah dengan menu Nasi Bukhari.  Assalamualaikum, sahabat Lalang Ungu.. Di awal bulan Februari ini, meskipun hujan masih setia menemani bahkan ada banjir di beberapa lokasi yang belum juga surut, semoga sahabat semua tetap sehat dan bahagia ya.. Sahabat, di akhir pekan kali ini, aku akan berbagi cerita ringan, kenangan saat umrah kemarin, yaitu nikmatnya lesehan di Makkah dengan menu Nasi Bukhari.

Apa itu Nasi Bukhari?

Mungkin teman-teman sudah banyak yang mengenal salah satu menu masakan Timur Tengah yang satu ini ya.. Kalau aku sendiri, memang baru pertama kali ini lidahku mengenalnya..hehe.. Sebelumnya baru Nasi Kebuli dan Bubur Haritsah dua menu masakan Arab yang pernah kucicipi..

Konon, Nasi Bukhari yang berasal dari Afghanistan ini  adalah salah satu hidangan makan siang yang khas di Arab, terdiri dari nasi yang dimasak dengan bumbu rempah bersama ayam / daging. Masakan ini mudah di dapat di daerah-daerah Timur Tengah, termasuk di Kota Makkah tempat kami mencicipinya beberapa waktu lalu.

Nasi Bukhari

Nasi Bukhari, Ayam Panggang dan lalapannya

Bagaimana rasanya?

Hm, enaaak… Oya, menurutku rasanya khas karena bumbu rempahnya sangat terasa, namun tidak seperti Nasi Kebuli yang berwarna putih kecoklatan dan dengan rasa gurih namun (buatku) agak eneg , Nasi Bukhari yang berwarna kekuningan ini terasa lebih ringan dan tidak menimbulkan rasa eneg. Apalagi bila disantap bersama lalapan seperti Timun, Bawang merah dan cabe rawit (yang ini aku tidak…hehe). Ayam panggang yang menjadi lauknya pun terasa istimewa. Ukurannya cukup besar namun  dagingnya empuk dan bumbu meresap hingga ke dalam.

Oya, bagiku yang membuat lebih terasa istimewa kemarin itu adalah suasana saat kami mencicipi Nasi Bukhari itu. Saat itu, hari ketiga kami berada di Kota Makkah, dalam rangkaian perjalanan umrah bersama rombongan Al Baika Pekalongan. Kami baru saja selesai menunaikan ibadah umrah Sunnah yang kedua, yang hanya diikuti oleh sebagian anggota rombongan.

Dalam perjalanan pulang dari Masjidil Haram menuju hotel tiba-tiba saja ada yang berinisiatif untuk mencoba menu makanan setempat. Ya, apa salahnya mengenal menu lokal, mumpung masih di sana, ya kan? Kebetulan, putera salah seorang jamaah sudah cukup lama bermukim di kota ini dan Mas Husni inilah yang berinisiatif mentraktir kami Nasi Bukhari yang terkenal itu, untuk memperkenalkan menu lokal kepada kami. Akhirnya kami pun tidak jadi pulang ke hotel, melainkan mampir di sebuah tempat untuk makan bersama Nasi Bukhari, secara lesehan.

Hah, lesehan?

Iya…lesehan alias duduk di lantai. Hehe… Jadi, setelah disetujui oleh rombongan untuk mencoba menu setempat, mas Husni dan seorang rekan lain membeli nasi itu sedangkan kami menuju ke sebuah ruang semi terbuka di dekat sana. Kata mas Husni memang tempat itu biasa dijadikan semacam tempat kumpul dari warga setempat.

Salah satu tempat lesehan di Mekkah

Tempatnya semacam teras yang cukup luas, di mana saat kami datang sudah terlihat orang-orang duduk di lantai secara berkelompok, mengelilingi makanan / minuman yang mereka nikmati sambil ngobrol dan bersenda-gurau.. Di sekitar memang banyak toko-toko makanan darimana mereka membeli makanan dan minuman untuk dinikmati bersama. Kalau tidak salah di sekitar Zamzam Tower, karena menurut mas Husni warga sekitar menyebutnya ‘Gedung Jam Makkah’.

Ketika rekan kami yang membeli makanan datang, mereka berdua tidak hanya membawa makanan dan minuman namun juga kardus dan plastik lebar. Oh, rupanya itu yang akan menjadi alas makan kami! Alas kardus pun digelar di tengah, lalu diatasnya dibentangkan plastik lebar tersebut, selanjutnya kotak-kotak berisi nasi dibuka…dan isinya ditumpahkan di atas alas yang sudah disiapkan tadi.

Setelah nasi terhampar, lalu giliran ayam-ayam panggang dikeluarkan dan diletakkan di atas hamparan nasi, tak ketinggalan lalapan ditaburkan, yang kali ini terdiri dari Bawang merah dan Cabe. Ada pula irisan jeruk nipis. Oya, bawang merah dan cabe rawitnya berbeda dengan yang biasa kita temui di tanah air, ukurannya lebih besar. Awalnya malah kukira itu Bawang Bombay dan Cabe hijau! Haha…

Setelah siap semua, maka tangan-tangan pun terulur dari kami yang duduk lesehan membentuk lingkaran, langsung menyantap Nasi Bukhari dan panggang ayam itu, tanpa menggunakan sendok yang sudah disediakan. Yang awalnya canggung karena tak terbiasa makan bersama a la kembulan dan memakai tangan seperti itu, akhirnya larut dalam suasana. Dan memang, terasa lebih maknyuuus makan pakai tangan! Haha.. Aah..sedapnyaaa… 😋

Lesehan menikmati Nasi Bukhari dengan nikmat dan rahat.

Begitulah..siang itu kami makan bersama dengan nikmat dan rahat (akrab, Bhs Pekalongan), sebelum kemudian rombongan terpisah : bapak-bapak kembali ke hotel untuk mengganti baju ihram sementara ibu-ibu akan langsung kembali menuju Masjidil Haram untuk jamaah sholat ashar kemudian. Ah..sungguh kenangan yang mengasyikkan… Terima kasih Mas Husni untuk traktirannya dan terima kasih teman-teman serombongan untuk keakraban yang ngangeni itu…

Oya, teman-teman suka juga kah mencicip makanan lokal ketika datang ke suatu daerah? Yuk, silakan bagi pengalamannya di kolom komen ya… Terima kasih ..

47 Comments

Leave a Reply to Heni Puspita Cancel reply

Required fields are marked *.