
De Tjolomadoe, warisan manisnya industri gula masa lalu
De Tjolomadu : Warisan Manisnya Industri Gula Masa Lalu. Hai Sobat Lalang Ungu, pernahkah mendengar kata ‘Colomadu’ dan apa yang terlintas di benakmu mendengar kata itu?
Jika ‘pabrik gula di masa lalu’ adalah yang terlintas di benakmu mendengar kata Colomadu, maka kita sama. Colomadu, rasanya bukan kata asing bagiku. Kalau tidak salah saat SD aku sudah menghafal kata itu sebagai nama salah satu pabrik gula terkenal di masa lalu, selain PG Madukismo di Jogjakarta dan PG Cepiring yang kemudian sering kulewati dalam perjalanan Semarang-Pekalongan.
Namun setahuku, PG Colomadu itu sudah lama tak beroperasi dan kalau tak salah ingat, gedungnya tampak tak terawat ketika bertahun lalu aku sering lewat daerah Colomadu setiap berkunjung ke rumah Saudara di Karanganyar. Itu sebabnya aku agak takjub ketika melihat foto-foto terbaru dari pabrik gula yang sekarang direnovasi menjadi salah satu tempat wisata edukatif dan juga tempat pertunjukan seni itu. Lalu…aku pun ingin ke sana melihat sendiri keindahan terkini PG Colomadu yang sekarang bertransformasi menjadi De Tjolomadoe ini.
Alhamdulillah…, Sabtu 16 Maret 2019 lalu aku berkesempatan untuk mengunjungi De Tjolomadoe yang terletak di tepi jalan raya Karanganyar-Surakarta tepatnya di Jl Adi Sucipto No 1, Paulan Wetan, Malangjiwan, Colomadu, Karanganyar Jawa Tengah ini. Yuuk, mari sejenak melongok warisan manisnya industri gula di masa lalu ini.
Sejak memasuki kawasan pabrik gula seluas 6,4 Ha yang sudah bersalin rupa ini, kita telah mulai merasakan suasana masa kini yang berpadu dengan warisan masa lalu. Sebelum masuk ke tempat parkir yang cukup luas, pengunjung harus mengambil tiket parkir dari mesin parkir modern nan otomatis, lalu menuju lahan parkir berpaving yang terletak di sebelah kanan gedung utama. Ohya, bea parkir mobil di sana Rp6.000,-

Loket tiket masuk museum Dengan Tjolomadoe
Untuk masuk ke gedung utama, pengunjung dipersilahkan membeli tiket di bangunan kecil yang terletak antara gedung utama dan rumah Goela. Harga tanda masuk ini Rp25.000,-/orang. Oya, rumah Goela itu adalah bangunan yang ada di depan gedung utama, kalau tidak salah rumah itu dulu adalah rumah kepala masinis pabrik gula dan saat ini difungsikan sebagai pusat penjualan cenderamata. Sayang kemarin aku tak sempat masuk ke sana, karena rencana awalnya akan ke sana sebelum pulang, dan ternyata saat keluar dari gedung utama hujan…terburu-buru masuk mobil, lupa akan rumah Goela ini..Haha..

Rumah Goela dan loket tiket De Tjolomadoe

Royal Besaran De Tjolomadoe

Taman bunga di De Tjolomadoe
Sebelum masuk ke gedung utama, kami jalan-jalan dulu di halaman depan, menikmati penataan outdoor De Tjolomadoe. Selain rumah Goela yang sudah disebutkan tadi, di halaman depan itu ada semacam pom bensin kecil, gazebo (dulu untuk mengamati kegiatan pembongkaran tebu), Rumah Besaran (nDalem mBesaran) -sebuah bangunan cagar budaya berciri arsitektur Indies tempat mukim kepala administratur pabrik di jaman dahulu dan saat ini difungsikan sebagai galeri bernama Royal Besaran– dan taman bunga di sebelah kiri gedung utama.
Memasuki gedung utama pabrik yang didirikan tahun 1900-an (dan berhenti beroperasi tahun 1998) kita akan langsung ‘disambut’ barisan mesin-mesin besar yang melintang hampir seluas lebar gedung tersebut. Oya penyebutan nama ruangan-ruangan di gedung ini menggunakan istilah Belanda ‘stasiun’.

Stasiun Gilingan De Tjolomadoe
Stasiun Gilingan, itu nama sektor ini..hm, jadi mesin-mesin besar itu adalah mesin giling tebu… Di ujung kanan ruangan, dindingnya dihiasi foto-foto lama yang memperlihatkan kondisi gedung maupun aktivitas masa lalu di gedung ini.
Dari ruangan ini kita bisa langsung memasuki Museum De Tjolomadoe yang berisi artefak, foto-foto, diorama ataupun penjelasan-penjelasan mengenai sejarah industri gula di Indonesia maupun sejarah PG Colomadu yang semula merupakan milik pribadi keluarga Mangkunegara IV yang kemudian diubah menjadi Perusahaan Praja menjelang wafatnya Sri Mangkunegara IV, dengan maksud agar keuntungan industri ini dapat lebih bermanfaat bagi kemakmuran Praja Mangkunegaran.

Pesan KGPAA Mangkunegara IV
“Pabrik iki openono, senajan ora nyugihi, nanging nguripi, kinaryo papan pangupo jiwone kawula dasih” itulah pesan yang sangat bermakna dari KGPAA Mangkunegara IV yang intinya agar pabrik itu dilestarikan, karena meskipun tidak membuat kaya namun memberikan penghidupan dan menjadi tempat mencari nafkah bagi masyarakat kecil. Entah kenapa, ada rasa nggregel di hatiku membaca pesan yang sarat makna ini, pesan yang menyiratkan perhatian dan kecintaan seorang Raja kepada kawulo / rakyatnya. Oya, melihat foto beliau ini, mengingatkanku akan foto lama leluhur kami Eyang Mangkunegara II yang tersimpan di rumah keluarga.

Semacam diorama / maket yg menggambarkan proses di PG Colomadu tempo doeloe
Setelah mengunjungi museum ini aku mendapat gambaran mengenai proses di pabrik gula yang meliputi : (1) proses penimbangan & pengerjaan awal di pabrik gula; (2) proses di mesin penggilingan; (3) proses pemurnian nira; (4) proses penguapan Nura; (5) proses kristalisasi; (6) proses pemisahan kristal; (7) proses pengeringan & pendinginan; (8) proses pengemasan; dan (9) proses pengiriman.

Stasiun Penguapan De Tjolomadoe

Tjolo Koffie – De Tjolomadoe
Keluar dari ruang museum, kita memasuki ruang Stasiun Penguapan yang saat ini sebagian ruangannya difungsikan untuk Tjolo Koffie yang bersebelahan dengan Besali Cafe yang menempati ruangan ex Stasiun Besalen atau semacam bengkel.
Berhadapan dengan ruang Stasiun Penguapan adalah Stasiun Ketelan yang saat ini difungsikan semacam hall dengan beberapa pojok untuk penjualan cindera mata dan kain-kain batik lawasan serta sebuah tempat makan / kafetaria Street Food Festival.

Stasiun Ketelan De Tjolomadoe

Kafetaria di De Tjolomadoe
Meskipun hasil renovasi jelas terlihat hampir di seluruh ruangan di De Tjolomadoe ini, namun selain mesin-mesin tua yang besar itu juga masih dilestarikan beberapa detil asli dari bangunan pabrik gula ini, a.l sepetak lantai berubin asli di depan ruang museum, tungku pemanas non aktif di dalam museum, sebagian dinding di Stasiun Ketelan, sebagian dinding di Stasiun Masakan, dan juga sebagian akar pohon tua yang menempel di dinding luar ex Stasiun Besalen yang saat ini menjadi Besali Cafe. Oya, Besali Cafe yang menempati ruangan yang dulunya bengkel / perbaikan mesin ini cukup terkenal ya..sayang kemarin tak sempat mencicipi menu di sana, selain karena habis makan siang yang terlambat di empat lain, juga mengejar waktu agar tak kesorean..haha.. Mudah-mudahan lain kali bisa mampir icip-icip menu di sini.

Sebagian dinding Stasiun Ketelan

Tungku Pemanas De Tjolomadoe

Akar pohon tua di dinding Besali Cafe De Tjolomadoe
Di sebelah ruang Stasiun Masakan ini ada dinding kayu yang berwarna coklat di sepanjang lebar gedung, yang awalnya tak kutahu ruang apa itu karena tertutup rapat dan tak ada keterangan / nama ruangan, ternyata baru kutahu kemudian itu adalah hall besar yang digunakan untuk konser-konser..antara lain konser David Foster di tahun 2018 lalu.

Selasar cantik di De Tjolomadoe

Cerobong di De Tjolomadoe
Keluar dari gedung utama ini ada teras / selasar dengan taman kecil di depannya yang menghubungkan dengan teras Stasiun Ketelan di seberangnya. Saat cuaca di luar tidak panas atau hujan mungkin asyik juga duduk-duduk di taman ini menikmati angin sambil memandangi cerobong tua yang menjulang tinggi di dekatnya. Namun, sore itu gerimis semakin deras ketika kami keluar dari gedung utama, sehingga kamipun segera berlari-lari menuju tempat parkir dan memutuskan untuk pulang.
Ohya, di dalam museum ada 2 ruangan yang -menurutku- agak kurang nyambung dengan keseluruhan ide tentang paparan proses di pabrik gula, yaitu ruangan ‘Taman Wagis Wara’ dan ‘Confectionery’ keduanya semacam instalasi seni yang bisa digunakan oleh pengunjung untuk bernarsis-ria 🙂
Begitulah sekilas kunjungan kami ke De Tjolomadoe kemarin. Sebenarnya aku masih penasaran dengan beberapa ruang yang belum benar-benar tereksplorasi, juga menu-menu di kafetaria ataupun cafe yang belum sempat kami cicipi. Bagaimana, ada yang mau mengajakku ke sana lagi? Hehe…hayuuuk…agendakaaan…
March 17, 2019 at 20:19
Mbaaak, aku waktu ke De Tjolomadoe, ada bangunan yg belum selesai dipugar. Kayak rumah goela dekat penjualan tiket.
Nah aku pun tertarik dengan pesan yang sarat makna dari KGPAA Mangkunegara IV
March 17, 2019 at 21:08
Oh iya kah mba? Ke sana th lalu po? Sayang tak ada guide atau papan petunjuk ttg rumah2 itu jadi aku hanya menebak-nebak dan cari2 info di inet..
March 18, 2019 at 15:37
Aku beberapa kali berencana pengen kesini tapi cuma berujung lewaaattt aja hehhee … dan ternyata suasana dalamnya baru lihat dan baca tulisan ini aja aku ngerasa berada dilokasi dan merasakan aura lokasi jaman dulu, kuat banget
March 18, 2019 at 15:52
wahh dulu pas kesini blm ada dioramanya..ternyata tata letak mesin2nya asli kayak dulu ya..
March 18, 2019 at 16:36
Mantabh…saat kesana Januari lalu, aku malah sdh kehilangan smangat nulis, cm motrak motrek sm anak lanang. Lg enjoy bikin vlog hahaha
Semangat terus mbak
March 19, 2019 at 21:07
Terima kasih mas bro..semangat juga ngevlog nya ya…
March 18, 2019 at 17:24
Waktu masih sekolah sempat dengar kata Colomadu ini sih mbak tapi aku lupa kayanya nama apa, nebaknya pabrik gula. Eh bener ternyat aya.
Bagus ya sekarang sudah punya muka baru eh alias bangunannya di buka juga buat pengunjung umum ya mbak, jadi bisa melihat kejayaan Colomadu di masanya.
March 19, 2019 at 21:06
Betul mba..menikmati suasana sekarang sambil membayangkan suasana di masa lalu..hehe..
March 18, 2019 at 20:13
wah menarik juga yah mbak untuk dikunjungi. Masukin ah dalam list, ada rencana jalan-jalan ke solo juga nih tahun ini. Mudah-mudahan bisa kesampean kesini!
March 19, 2019 at 21:05
Siip..asyik pastinya mba..
March 18, 2019 at 22:33
Aku baru denger tentang Colomadu ini, Mba. Mungkin gula ini gak masuk ke Sumatera atau aku yang kurang gaol ya XD Btw liat gedungnya, khas gedung tempoe doeloe gitu ya, antik 🙂
March 19, 2019 at 21:05
Ya mba..arsitektur Eropa / Indies istilahnya ya..
March 19, 2019 at 00:27
kita pernah jaya dalam urusan gula, yang sayangnya sekarang sudah bye-bye. De tjolomadu ini gede banget bangunannya dan menarik dari luar. Tapi sayang aku juga cuma lwat tok ga pernah mampir
March 19, 2019 at 21:04
Kapan-kapan mampir mba.. Aito pasti seneng deh lelarian di dalamnya sambil belajar ttg industri gula hehe..
March 19, 2019 at 01:19
colomadu ku belum pernah denger mbak. Waw itu akar pohon sampe nempel di dinding yaks. Btw aku sama suami suka banget wisata sejarah kayak gini, apalagi itu pabrik zaman dulu ya
March 19, 2019 at 21:03
Iya mba..pabrik jaman dulu yang direnovasi bangunannya dan lingkungan sekitarnya..
March 19, 2019 at 03:50
Tjolomodoe tidak pernah dengar sih. Maklum Mpo anak zaman now. Biarpun masih awam soal pabrik gula ini akan tetapi ini bisa berdampak saat kita melihat pada perubahan dari generasi ke generasi.
Pabrik yang terawat rapi, bersih dan arsitektur tempo Doeloe tetep terjaga membuat kita bisa kembali ke masa lalu di masa kejayaan tjolomodoe
March 19, 2019 at 21:03
Oh..anak zaman now tidak ada pelajaran ttg pabrik gula ya? Hihi…
March 19, 2019 at 06:03
Upaya restorasi yang patut diapresiasi. Semoga makin bertambah tempat-tempat seperti Tjolomadoe ini. Ikhtiar pengingat sejarah kalau Indonesia itu emang udah keren dari dulu.
March 19, 2019 at 21:02
Setuju sekali…
March 19, 2019 at 07:30
Pertama mendengar Colomadu, seperti pernah terlintas di jaman sekolah. Mungkin pernah ada pelajaran sejarah yang membahasnya. Eh sekarang, baru lihat pabrik gula colomadu itu sudah direnvitalisasi dan dijadikan museum. Bangunannya tetap dibuat seperti asli dengan ditambakan inovasi supaya modern ya. Saya suka banget tuh, bagian lengkungan di atas pintu, menambah kesan vintage dan kolonial ya.
March 19, 2019 at 21:01
Sepertinya memang renovasinya dengan mempertahankan ciri bangunan aslinya jadi tidak berubah jauh ..
March 19, 2019 at 08:31
wuihh keren banget ya. pengen suatu hari nanti ajak anak anak ke sana mbak. yuk bareng, hihi
March 19, 2019 at 21:00
Yuuk laah…
March 19, 2019 at 11:06
Aku juga suka main ke Museum Gula de Tjolomadoe ini.
Bangunannya gedhe banget. Halamannya juga luas banget, sampe kadang dibikin event semacam food parade dan sejenisnya.
March 19, 2019 at 21:00
Keren ya, Din…jadi pengen ke sana malam juga..hehe..
March 19, 2019 at 13:11
Duh, seru banget.
Aku mau tanya dong mbak karena akhir maret, setelah turun dari Gunung Lawu, aku mau ke sini.
Di sini ada guidenya nggak? Bayar pun nggak apa-apa kok. Sayang kalau mampir ke tempat bersejarah gini tapi nggak ada yang jelasin.
Lalu bukanya dari jam berapa sampai jam berapa ya?
Duh, jadi nggak sabar pengen buru-buru ke sini
March 19, 2019 at 21:00
Dari web nya sih tertera buka jam 10 pagi sampai jam 9 malam. Utk guide aku kurang tahu..saat kemarin ke sana aku tidak melihat ada yg pakai guide. Kalau ada memang asyik banget ya..karena kemarin pun ada banyak hal yang ingin kuketahui lebih rinci..
March 19, 2019 at 15:20
Yes aku udah ke sini juga dong. Aku madly in love sama bangunan utamanya mbak, arsitektur khas Eropa nya kerasa banget
March 19, 2019 at 20:54
Sudah ke rumah besaran & rumah goela..aku masih penasaran nih..
March 19, 2019 at 15:47
Photonya keren sekali kak, pakai aplikasi apa? Oh ya aku baru tahu ada museum gula … Pasti manis kenangan yang tertinggal dalam memori
March 19, 2019 at 20:54
Terima kasih.. pakai snapseed, hehe..
March 19, 2019 at 16:57
Bagus ya mbak, jd terawat banget. Kepo deh pengen kesana juga hehe
March 19, 2019 at 20:53
Iya..kesannya bersih dan rapi..
March 19, 2019 at 17:45
aku maauuu,
yuk yuk kalua ke daerah sana siap temani nih ya hihi
March 19, 2019 at 20:52
Yuuuk…
March 19, 2019 at 18:58
Jadi tertarik pergi ke colomadu, edukatif sekali terutama tentang proses pembuatan gula, pasti seru ya mbak kalau wisata keluarga disini
March 19, 2019 at 20:52
Iya..cocok utk wisata keluarga nih..dari anak2 hingga dewasa bisa menikmati..
March 19, 2019 at 20:43
Sering lewatin kalo pas mudik, kupikir cuma ada bangunan tua yg besar itu aja, ternyata banyak yg lainnya &isinya juga macem2 ya tempatnya. Dulu perasaan masuk situ belum bayar, sekarang udah bayar ya. Duh, aku suka parno duluan kalau masuk museum. Suka merinding. 😀
March 19, 2019 at 20:51
Mulai bayar sejak Desember th lalu mba… Hehe..agak2 dag-dig-dug sih saat tempatnya rada gelap/remang2..
March 19, 2019 at 21:52
Warisan budaya yang sangat bersejarah banget ya mba, baru lihat aku isi dalam pabrik gula tjolomadoe ini.. sangat tempo doeloe bangat, jadi pengen deh aku main kesana.. selain jadi belajar sejarah juga bisa foto-foto.. karena banyak tempat yang instagramable juga
March 20, 2019 at 05:49
Ya..perpaduan suasana tempo dulu dan kekinian..
March 20, 2019 at 02:58
terbayangkan ya jaman dulu sperti apa melihat bangunan dan bagian dalamnya
March 20, 2019 at 05:48
Iya mba..terbayang ramainya pekerja lalu lalang di antara mesin-mesin atau antar stasiun..
March 20, 2019 at 05:43
Aku udah pernah ke sana mba, tapi malam hari, sekalian pas jemput anak wedok untuk pulang dari asrama. Baguuuss… sayang ya ga ada paket tour dengan tour leader jadi bisa sekalian jelasin tentang berbagai stasiun yang ada. Kalau jalan-jalan sendiri dan melihat-lihat diorama plus gambar-gambar tuh kurang mantap. Misal kayak di Lawang Sewu tu loh, ada yang memandu, ntar kita diceritain sejarahnya, kayaknya lebih seruuuu…
March 20, 2019 at 05:47
Nah iya…betul banget nih. Jadi makin kumplit ya pengetahuan kita..
March 20, 2019 at 06:56
Mau jg ke sini waktu ke Solo ga sempat ke sini…kayaknya bareng anak2 lebih asyik ya..jalan2 sambil belajar.
March 20, 2019 at 15:41
Iya mba…insya Allah anak2 suka melihat-lihat museum ini..
March 20, 2019 at 07:13
Mwnarik banget ya mba bisa melihat langsung tempat bersejarah yang erat dengan sejaraha negara kita. Dioramanya bagus ya mba?
March 20, 2019 at 15:39
Maaf mungkin bukan diorama ya namanya? Semacam maket besar di tengah ruangan gitu.. Menurutku bagus sih, memberi gambaran suasana saat itu..
March 20, 2019 at 07:55
Aku senang jika datang ke tempat seperti ini, mba. Tempat tempat yang penuh sejarah. Smoga masih bisa dilestarikan dengan baik untuk anak cucu ya
March 20, 2019 at 15:39
Aamiin… Semoga begitu ya mba..
March 20, 2019 at 08:00
Duh ini tempatnya bikin nostalgia. Aku dulu sering main ke kebun tebu di Karanganyar. Di dekatnya ada pabrik gula juga.
March 20, 2019 at 15:38
PG Tasikmadu kah mba?
March 20, 2019 at 08:19
Alhamdulillah udah pernah kesini. Gapi aku kok enggak lihat dioramanya ya. Di sebelah mana tuh kak?
March 20, 2019 at 15:38
Di dalam museumnya..eh maaf mungkin bukan diorama ya namanya..semacam maket besar di tengah ruangan gitu..
March 20, 2019 at 08:28
Seneng ya bisa kesini kita bisa belajar tentang bikin gula juga , terus bangunan dulu juga artistik banget ya.
March 20, 2019 at 15:37
Jadi ngebayangin jaman dulunya..hehe..
March 20, 2019 at 08:30
Ya Allah…
Pesannya Pak Mangkunegara IV bener-bener dalem yaa..
Orang jaman dulu itu kalau kerja benar-benar ikhlas dari hati.
Ga perlu jadi kaya, yang penting menghidupi.
MashaAllah~
March 20, 2019 at 15:36
Pesan yg berkesan ya mba…
March 20, 2019 at 08:59
Kalau berkunjung ke tempat bersejarah gini, aku suka ngerasa masuk mesin waktu lho Mba. Langsung berimajinasi seperti apa dulu hiruk pikuk dan kehidupan di sana.
Jadi pengen deh ngajakin anak-anak wisata edukasi ke Tjolomadoe❤️
March 20, 2019 at 15:36
Yuk Mak..jalan2 dg kelg ke sini..
March 20, 2019 at 09:01
Bagus ya mba, dimanfaatkan bangunannya jadi museum dan tempat wisata, anak-anak belajar sejarah juga..
March 20, 2019 at 15:35
Betul mba…anak2 jadi tahu bahwa menghasilkan gula tidak mudah, ada proses yg cukup panjang..
March 20, 2019 at 11:39
Kafenya bersih beud mb… must try nih…
March 20, 2019 at 15:35
Yuuk..
March 20, 2019 at 12:59
artistik, seru banget sih kak bisa kesana. aku pengen dari dulu. tapi belum kesampean sampe sekarang. doain ya kak biar bisa lihat langsung hehe
March 20, 2019 at 15:34
Semoga bisa jalan2 juga ke sini ya ..apalagi pas ada pertunjukan.musik, seru tampaknya..
March 20, 2019 at 17:44
Duh ileehh akar pohonnya ngeri juga ya mbak msh nempel di dinding. Aku suka liat gilingan padinya, bagus buat motret hehehe.
March 20, 2019 at 18:59
Gilingan tebunya besaaar..hehe..
March 20, 2019 at 17:46
Pabrik gula ini beberapa kali pernah lewatin, tapi sayang gak pernah masuk aku mah, wah ternyata menyimpan sejarah yang apik ya mbak tanti 🙂
March 20, 2019 at 19:00
Iya mba..ternyata ada sejarah manis industri gula di masa lalu
March 20, 2019 at 18:50
Wisata.. sejarah…kuliner.. taman… Lengkap banget.. hepi hepi.. edukasi juga.. museumnya antik.. namanya juga heritej ya
March 20, 2019 at 19:01
Namanya pakai ejaan jadoel hehe..
March 20, 2019 at 20:55
Lantainya bagus banget, Mbak. Keren, ya, pabrik gula bisa jadi tempat wisata bagus seperti ini.
Lokasi De Tjolomadoe ini di mana, sih, Mbak? Boyolali, ya?
Saya terkesan dengan pesan Mangkunegaran IV. Tak baca berulang-ulang, maknanya dalem. Apa yang disampaikan beliau, benar2 terbukti sekarang
March 21, 2019 at 05:27
Di Karanganyar, Yun..perbatasan Solo-Karanganyar, arah ke Bandara Solo..
March 21, 2019 at 08:49
Saya belum pernah dengar pabrik ini.
Membaca dan melihat foto2 yang banyak di atas sepertinya memang harus spare waktu agak lama di sana biar puas untuk explore dan menelaah sejarah ya..
Jadi kalau nanti ke Solo lagi, bisa masuk agenda.
March 23, 2019 at 23:38
Yuuk..main2ke sini .
March 21, 2019 at 10:50
Nah dengan dirubah dari gedung yang bekas tak terpakai jadi tempat wisata unik seperti ini, sangat berfaedah ya Mbak Tanti. Dengan dibuka jadi museum generasi muda lebih tahu banyak tentang sejarah pergulaan di negeri kita. disamping tiket masuknya bisa digunakan untuk biaya perawatan juga jadi salah satu sumber pendapatan daerah . ide merubah pabrik gula lama jadi museum seperti tjolomadoe ini menurutku ide yang brilian. Mestinya ditiru oleh gedung-gedung tua lain yang terbengkalai di Indonesia
March 23, 2019 at 23:38
Semoga begitu ya mba..jadi temoat2 bersejarah tidak hanya terlantar dan tergerus waktu..
March 21, 2019 at 11:10
aku ke colomadu baru sekali saja dan belum banyak mengeksplore sisi sisinya. saat itu di sana sedang ada acara BRI Run 🙂
March 23, 2019 at 23:37
Sering ada acara di sini ya.. tempatnya asyik dan luas…
March 21, 2019 at 12:19
Galfok sama tempat ngopinya mba.. pengen ngerasain ngopi disana.. duhhh ajak aku donkk mbaaa
March 23, 2019 at 23:37
Hayuuuk..ramai2 main ke sini, mamak Domi…
March 21, 2019 at 13:51
dari tahun lalu mau kesini tapi belom kesampean 🙁
semoga tahun ini kesampean kesini deh. amiinn
March 23, 2019 at 23:36
Aamiin…
March 21, 2019 at 14:24
Mbaa potonya bagus banget yang ada langit dan awan bergerombol. Kamera DSLR kah?
March 23, 2019 at 23:36
Terima kasih… Kebetulan blm sempat mindahkan foto2 dari kamera, jadi yang dipasang di sini foto2 dari HP saja hehe..
March 22, 2019 at 08:19
Aku ikuuuuut dunk ke De Tjolomadoe! Wah ini museum yang bagus banget deh kalau kulihat dari foto2nya. Banyak kisah sejarah yg mesti diulik. Ajak anak2 dan keluarga pasti senang. Belajar secara riil enak nih daripada lewat kata2 mata pelajaran IPS hehehe. Kafenya keren. Itu ada semacam lubang2 serem kayaknya ya di pabrik gulanya hiiiiiii… hihih…
March 23, 2019 at 23:35
Hayuuuuk..belajar eh bersuka-ria ke Tjolomadoe..
March 22, 2019 at 10:59
MasyaAllah kangen main ke sini lagi
tahun lalu ke sini tapi belum sempat puas, soalnya udah sore
dan pemandangnan di luar kurang nangkep cahaya hahaha
kapan-kapan ke sini again ah
March 23, 2019 at 23:34
Yuuk…ke sini lagi rame2.. aku malah ingin lihat suasana malam di sini..hehe..
March 22, 2019 at 16:27
Jadi makin pengen ke sana… Pernah ibu2 PKK ke sana tapi aku nggak ikut, pas Hasna masih bayi banget.
Jadi makin oke setelah dipugar ya
March 23, 2019 at 23:34
Kapan2 main ke sana setelah anak2 agak besar..pasti mereka suka..
March 22, 2019 at 18:53
Pingin banget aku ke de Tjolomadoe ini mba… Tempat bersejarah, ya, nilai historisnya tinggi… Ada museumnya lagi. Bagus banget tempatnya, besar dan luas, banyak spot foto-foto keren. Aku seneng tempat ini dijadikan tempat wisata dan enggak terbengkalai… 🙂
March 23, 2019 at 23:33
Betul..bagus sekali dijadikan tempat wisata sekaligus tempat pertunjukan seni begini..
March 22, 2019 at 19:54
Hebat banget ya pengelolanya. Dari bangunan terbengkalai jadi tempat wisata keren. Bisa buat foto2 keren
March 23, 2019 at 23:32
Betul..saluuut utk mereka..semoga terus terawat..
March 23, 2019 at 13:27
Saya tertarik pada tungku pemanasnya… jaman dulu emang masih begitu ya … tapi kalau sekarang melihat yang itu serasa ada kesan mistisnya…
March 23, 2019 at 23:32
Saya juga merasakannya..apalagi sekeliling tungku ini agak remang2 hehe..
March 23, 2019 at 19:56
Akar pohon yang di dinding itu artistik banget yaa, keren tuh jadi background foto
March 23, 2019 at 23:31
Iya..banyak yg melakukan itu..
March 23, 2019 at 20:33
Terbaik banget ya mbak.
Keren ini pengelola museum, bisa mengubah pabrik zaman dulu yang bangunannya terbengkalai menjadi museum layak makna dan layak diingat. Lalu aku penasaran icip kopi di Tjolo Kopinya.
March 23, 2019 at 23:31
Saking penasaran aku kemarin nggugel penampilan sebelum renovasi..pabrik tua yg mangkrak. Dan terkagum-kagum mengingat kondisi saat ini…
March 23, 2019 at 22:00
Saya belum pernah ke sini. Tetapi, pernah melihat beberapa foto di medis belum secantik ini. Kayaknya terus direnovasi supaya wisatawan semakin nyaman, ya
March 23, 2019 at 23:29
Rupanya begitu..kemarin pun kami lihat masih ada pekerjaan renovasi di sana-sini..
March 23, 2019 at 23:57
Wah, malah belum pernah sampai sini…padahal ga terlalu jauh dari Jogja. Kalau ke sini ada pemandunya tidak?
March 24, 2019 at 06:52
Kemarin sih gak melihat personil pemandu..gak tahu ada/tdknya..
March 24, 2019 at 05:14
Nahh..setauku colomadu itu pabrik gula yg udah ga beroperasi lho. Waktu jaman kuliah di Jogja pernah kesana, eh tapi sekarang jadi keren banget ya..Sayang waktu balik ke Jogja Februari lalu ga sempat mampir ke sana. Kayaknya kudu balik lagi ke Jogja nih n sekalian ke Colomadu.
March 24, 2019 at 06:51
Kalo gak salah the 1998 terakhir operasional nya sbg PG
March 24, 2019 at 05:39
Kukira Stasiun Gilingan itu nama stasiun kereta lho mbak, hehe. Gak sangka ya, museumnya sangat terawat seperti itu, jadi benar-benar jadi saksi hidup kalau dulu ada pesan sang raja yang bijaksana.
March 24, 2019 at 06:51
Hihi..tdnya juga kukira begitu…
March 24, 2019 at 07:10
Eksplorasi ke pabrik gula jadi teringat waktu study tur sekolah banyak filosofi di sana yang bisa menambah kecintaan kita pada produksi dalam negeri
March 24, 2019 at 08:41
Lhooo ini kapan? Bulan Desember yang lalu, kami ke sana, belum ada dioramanya. Hiks. Jadi rada kurang puas, cuma liat-liat mesin-mesin segede gaban. Tapi engga tahu, ini urutannya gimana sih? Malah riuh-rendah, karena dipakai pameran. Trus ada yang jualan baju. Agak engga nyambung…
Kafenya belum nyicipin. Waktu itu ngajak suami, engga mau. Mahal katanya. Huehue…
Harus diulangi lagi ah ke sana…
March 24, 2019 at 13:47
Eh..maaf mbak..apa aku yang salah menyebutnya ya? Bukan diorama besar begitu sih..hanya semacam maket besar di tengah ruangan menggambarkan tata letak masing-masing mesin di masing-masing stasiun dengan boneka-boneka kecil yang menggambarkan aktivitas mereka..hehe.. Letaknya ada di dalam ruangan Museum yang diakses setelah stasiun Giling, lalu keluar menuju stasiun lainnya.
March 24, 2019 at 13:19
Pernah denger tentang pabrik ini, seneng banget sekrang pabriknya udah diperbaharui, jadi lebih instagramable, tapi tidak menghilangkan eksotis zaman dulunya. Semoga ada kesempatan untuk bisa dateng kesini
March 24, 2019 at 13:44
semoga ya mbak…
Pingback: Menikmati Perjalan Pagi Pekalongan – Solo via Tol |
March 24, 2019 at 19:48
Baru tahu kisah tentang Colomadu ini dari artikel ini malah.
Menambah wawasan banget.
March 25, 2019 at 06:44
Terima kasih mba..
March 25, 2019 at 06:50
Wah mau lah ke sana..Kalau ke Solo lg aku agendakan ke sana..
March 25, 2019 at 10:17
Asyik..asyiik..
March 25, 2019 at 10:08
Lah ini di jalan arah surakarta toh. aku kira yang di Jogja. Suka kebalik sama lokasinya. ^^ Blom pernah ke sini tapi selalu suka kalau ke wisata tempo doloe. 🙂
March 25, 2019 at 10:18
Hehe..iya orang tahunya ini di Solo, tp sebenarnya sudah masuk wilayah Kab Karanganyar
March 25, 2019 at 10:37
Ikut seneng deh melihat pemnafaatan pabrik seperti ini..Bisa ya ditiru pabrik lain yang sudah tidak berfungsi. Jadi meski udah gak produksi tetap mempberi penghidupan..
March 25, 2019 at 11:27
Menunggu investor kayaknya tuh..hehe..
March 25, 2019 at 10:41
Mengunjungi pabrik bersejarah seperti ini membuat panca indera bekerja. Merekam, mengingat, sekaligus mengenang semua yang terlihat dan terasakan. Kalau aku pasti merasakan sesak di dada karena pasti sarat kenangan akan perjuangan nenek moyang kita dahulu dalam memperjuangkan penghidupan yang layak.
March 25, 2019 at 11:28
Ya mba..dengan mengetahui perjuangan para pendahulu kita, kita jadi bisa lebih menghargai apa yg sdh.kita miliki sekarang ya
March 25, 2019 at 12:45
Aku pernah mendengar tentang pabrik gula ini, bahkan waktu mengagendakan untuk jalan-jalan sama teman komunitas ini termasuk salah satu destinasinya. Tapi tidak jadi karena beberapa kurang suka tapi lihat ulasan ini malah aku pengen kesana, terus itu ada cafe didalam ya mbak?
March 25, 2019 at 15:13
Iya mba…ada 3 tempat makan di dalam gedung nya..
March 25, 2019 at 14:14
Pembangunan De Tjolomadoe ini sebenarnya mengundang protes pihak Kraton Mangkunegara karena pemerintah pusat dianggap tidak berkonsultasi dulu ke mereka sebagai pemilik awal dan status hukumnya yang masih dalam sengketa waktu itu
March 25, 2019 at 15:11
Oh begitu..lalu, bagaimana penyelesaian sengketa tersebut, mas?
March 25, 2019 at 16:15
Pesanya Mangkunegara IV makjleb ya mbak…
Pabriknya emang udah tutup tapi skrng beralih fungsi utk tempat wisata. Paling seneng dengantempat wisata kyk gitu, seolah2 balik ke masa lampau pada masa kebesaran pabrik ya 😀
March 25, 2019 at 18:17
Semoga masyarakat sekitar masih bisa mendapat keuntungan dari usaha yg sekarang ini ya mba..
March 26, 2019 at 19:37
Wuah..saya baru tau kalau di surakarta ada tempat semenarik ini, asyik banget untuk jalan-jalan heritage. Apalagi masih ada peninggalan masa lampau yg masih terjaga
March 28, 2019 at 09:50
Tepatnya di Kab Karanganyar mba..hehe..
Pingback: Bangunan Cagar Budaya Indonesia, tak kenal maka tak sayang… |
June 11, 2020 at 17:55
Rumah saya dekat sekali,tinggal jalan kaki saja.
Dulu masa kecil saya klo main suka disana cari tebu yang jatuh2 buat dimakan,kadang main di Loji rumah dinas pegawainya yang ada di seberang Pabrik sambil cari mangga.
Tiap tahun pas awal mulai giling pasti ada pasar malam (Cembrengan) dan suka ada pentas seni budaya kayak reog dan wayang kulit pas malamnya.
Tiap siang,harus extra hati2 karena pasti suka kelilipan abu bekas proses yang ikut terbuang lewat cerobong pabrik.
Dan yang pasti ciri khasnya tiap pergantian shift,ada sirine dari pabrik yang menggunakan uap untuk membunyikannya dan bisa terdengar sampai jauh.
June 12, 2020 at 17:48
Waah..penuh kenangan masa kecil ya..
Pingback: Singgah Sejenak di Rest Area Heritage Banjaratma |