LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Empan Papan : Salah Satu Adab Budaya Jawa yang Universal

| 40 Comments

Empan papan, salah satu adab Budaya Jawa yang universal. Lalang Ungu. Kok ora empan papan, yo? Itu sebuah kalimat tanya -dalam bahasa ibuku tentu saja..hehe- yang muncul di benakku ketika ‘membaca’ sebuah kejadian yang lumayan heboh beberapa waktu lalu.

Aksi – Reaksi
(Pic : Pixabay)

Sebuah tanya yang muncul dari rasa heranku atas kejadian tersebut. Seorang public figure ketika melakukan (atau tidak melakukan) sesuatu di muka umum, pastilah mengundang kehebohan. Entah itu disengaja atau tidak, yang pasti kerusakan -setidaknya potensi kerusakan- telah terjadi.

Oya, kali ini aku tidak ingin mengulas tentang sosok tertentu lho, namun lebih kepada suatu tindakan yang memicu ingatanku pada kata ‘empan papan‘. Eh, teman-teman mengerti kah tentang istilah yang kupergunakan kali ini? Kalau belum, tenang saja…akan kuberitahu, tentu saja! ☺

Sebelum menjelaskan tentang apa itu Empan Papan, ada baiknya lebih dahulu kuceritakan beberapa kejadian tentang hal ini yang pernah kutemui ya ..

Beberapa tahun lalu aku pernah mengikuti suatu acara dinas, yang menggunakan sarana IT sebagai salah satu materi pertemuan. Nah, dalam acara itu, sementara peserta lain sibuk mengakses web yang dibahas sambil mencoba ini-itu terkait web tersebut, eh..kulihat 2 orang peserta yang duduk di deretan depanku sibuk sendiri berkasak-kusuk dan saling mengamati laptop mereka….membuka medsos dan toko online! 🙁

Peristiwa kecil itu sempat kutuliskan di blog lama (yang sekarang sudah kukut..hiks) sebagai sebuah contoh dari sikap tidak empan papan, sebuah istilah yang dekat dengan keseharianku.

Contoh lain, dalam hubungan pertemanan misalnya. Tentunya kalian pernah berteman dekat / bersahabat dengan seseorang, bukan? Bagaimana kalian berinteraksi sehari-hari? Tentunya akrab, bukan? Nah, aku juga punya seorang sahabat seangkatan kerja dan hubungan kami -termasuk dengan keluarganya- tentu saja akrab. Istilahnya, guyon gablog-gablogan (bercanda akrab) sudah bukan hal aneh lagi buat kami.

Tapi, itu dalam hubungan sosial. Di luar jam kerja. Saat berhubungan kedinasan / formal, tentu saja kami tidak melakukan guyon gablog-gablogan itu. Saat mewakili masing-masing kantor kami dalam sebuah rapat misalnya, kami akan bersikap profesional. Itulah salah satu upaya kami untuk empan papan.

Naah…dari dua contoh di atas, mungkin sudah ada gambaran tentang apa arti istilah empan papan ini, bukan?

Ya, empan papan adalah istilah dalam bahasa & budaya Jawa, yang kurang lebih artinya adalah ‘menempatkan diri sesuai dengan tempat atau situasi / kondisi yang tepat’. Istilah lain dari empan papan ini dalam Bahasa Jawa adalah : ngerti kahanan , artinya mengetahui situasi yang terjadi dan bereaksi tepat / sesuai dengan situasi/kondisi tersebut. Ini sebuah istilah Jawa yang dapat diterapkan secara universal.

Di mana posisi kita.. dalam situasi kondisi bagaimana? ( Pic : Pixabay)

Apakah hanya para tokoh / public figure yang seharusnya bisa menerapkan hal tersebut?

Menurutku tidak. Kita semua harus bisa menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena bukankah sejatinya masing-masing dari kita adalah tokoh dalam lingkup kehidupan kita masing-masing? Mungkin kita adalah atasan / kolega di tempat kerja. Mungkin kita adalah pengurus / anggota di lingkungan kita. Mungkin kita adalah orang-tua / anak / saudara di keluarga kita.

Kita adalah bagian dari suatu jejaring… (Pic : Pixabay)

Masing-masing kita tentunya sebaiknya bisa bersikap sesuai dengan peran kita masing-masing, memberi contoh / teladan, setidaknya dimulai dari hal-hal kecil di diri dan lingkungan kita.

Empan papan / mampu menempatkan diri itu, tentunya tidak dapat terjadi begitu saja, bukan?

Ya, kemampuan itu hanya bisa tercipta melalui upaya kita membiasakan diri / belajar untuk itu. Mungkin melalui tahapan-tahapan pembelajaran diri. Tepa Slira atau empati menurutku adalah salah satu tahapannya. Bukankah dengan berempati, menempatkan diri kita pada posisi orang lain, seharusnya bisa membuat kita bersikap lebih bijak?

Maka, mengapa kita tidak mulai saja mengasah rasa empati kita, sejak dari sekarang? Mari kita bersama belajar ngerti kahanan dan empan papan ini. Insya Allah tidak akan membawa keburukan bagi kita, bukan?

Ohya, aku yakin istilah Jawa ini juga mempunyai banyak istilah lain dalam aneka bahasa lain. Kalau di budaya kalian, apa istilah yang searti dengan empan papan ini, teman? Yuuk, bagi di kolom komen ya…

40 Comments

Leave a Reply to mechtadeera Cancel reply

Required fields are marked *.