Cerita-cerita seru sebelumnya ada di sini nih teman… :
– tentang Super Camp dan acara pembukaannya
– tentang Sikembang Park dan Forest Kopi
Sahabat Lalang Ungu..post kali ini adalah bagian terakhir dari cerita serunya ikut Super Camp Famtrip Batang 2019 ini, yaitu pagi di Sikembang dan kunjungan ke perkebunan teh Pagilaran. Yuuk..mari simak cerita yang nggak kalah seru dari 2 sesi sebelumnya ya.. 🙂
Membuka hari di Sikembang Park
Setelah melalui akhir malam dalam tidur yang tak terlalu nyenyak -sama sekali bukan karena tak terbiasa tidur di tenda ataupun hawa dingin mengganggu, melainkan karena se-cup kopi yang kuminum di malam sebelumnya, padahal aku paling nggak tahan minum kopi- Alhamdulillah aku terbangun pagi itu sekitar jam 4 pagi.
Dua teman setenda -Ila dan Nyi- rupanya telah bangun lebih dahulu dan sedang bersiap ke musholla. Maka aku pun bergegas ikut bersiap, sekalian membawa peralatan mandi dan baju ganti karena kamar mandi ada di dekat musholla, yang keduanya terletak tidak di area camping namun agak jauh di dekat pintu masuk lokawisata Sikembang ini.
Eh..peralatan mandi? Emang berani mandi subuh-subuh di gunung begitu, Neng??
Hm…niat awal sih lihat-lihat situasi dan kondisi lah..kalau ternyata sampai di kamar mandi gak berani mandi ya..mandi kucing saja! Haha..
Maka, menjelang subuh itu kami bertiga pun berjalan perlahan menuju kamar mandi dan musholla. Iya..perlahan, karena suasana masih gelap dan masih ada ruas jalan setapak yang penerangannya kurang memadai sehingga perlu bantuan senter HP. Nah..ini sedikit masukan bagi pengelola Sikembang, penerangan hendaknya memadai di sepanjang jalan setapak diantara camping ground hingga pelataran depan sekitar musholla dan kamar mandi, agar pengunjung nyaman dan aman.
Singkat cerita, aku pun mandi -penting nih..berani mandi subuh-subuh dengan air yang dingiiin..haha- lalu subuhan di musholla dan bergegas kembali ke tenda berniat untuk ngruntel lagi… 😉
Tapi niat itu kubatalkan. Melihat kondisi HP lowbat, akhirnya aku duduk-duduk di depan tenda panitia, nunut nge-charge HP sambil menikmati pagi yang merekah perlahan menyisakan semburat merah menawan di ufuk timur..
Semakin banyak tenda-tenda terkuak, suasana mulai ramai… Sambil menunggu makan pagi, aku dan Ila jalan-jalan di sekitar area camping itu..menikmati sejuknya awal hari sambil mengambil beberapa foto…maklum..pengabdi konten..hihihi…
Menu sarapan pagi itu nasi bungkus dengan lauk khas Batang, Pekalongan dan sekitarnya yaitu Megono. Hmm..nyam-nyaaam.. Ohya, untuk teman-teman yang belum tahu, Megono ini bisa dikatakan menu andalan daerah kami, umumnya terbuat dari Nangka muda -kami menyebutnya Cecek– yang dicacah (diiris kecil-kecil) dan dibumbui. Selain Nangka muda, bahan lain yang biasa diolah menjadi Megono ini a.l : Kacang panjang, Pepaya muda, Kubis / Kol, dll.
Meskipun Megono ini ada / dikenal di Batang, Pekalongan maupun Pemalang, tapi masing-masing daerah mempunyai citarasa khas masing-masing. Dan rupanya lidahku lebih cocok dengan Megono a la Batang dibanding a la Pekalongan, karena (bagiku) lebih manis dan tidak pedas. Hehe.. Kapan-kapan kalian coba rasakan juga bedanya ya…
Nah setelah menghabiskan sebungkus Nasi Megono berlauk telur, kami pun bersiap meninggalkan Sikembang menuju Pagilaran…
Agrowisata Pagilaran Batang
Lokasi Agrowisata Pagilaran
Pagilaran adalah nama dari perkebunan dan pabrik teh yang berada di Desa Keteleng Kecamatan Blado Kab Batang. Kalau dari pusat kota (Alun-alun) Batang, teman-teman bisa mengambil arah ke daerah Bandar lalu sampai di pertigaan Ponpes Tazaka ambil arah kiri ya.. nah ikuti saja jalur itu, ada petunjuk-petunjuk arah yang jelas kok.. Jika telah bertemu gerbang ini berarti perjalanan kalian tinggal sebentar lagi sebelum sampai tujuan..hehe..
Setelah terguncang-guncang beberapa lama dalam mobil Dalmas yang membawa kami dari Sikembang Park, kami mulai merasa lega setelah melewati gerbang di atas. Udara pun terasa semakin sejuk ketika perlahan mobil beriringan melalui jalan menanjak menuju lokasi yang sudah disiapkan di area Agrowisata Pagilaran ini..
Pagi sudah mulai beranjak ke siang ketika kami sampai di Pagilaran, meski udara sejuk namun panas mentari sedang lucu-lucunya juga..hehe..
Siang terik begini mau teawalk? Ulalaa..apa kabar kulitku tersayang? Sempat juga keraguan itu hinggap di hatiku antara ikut atau tidak acara jalan-jalan di kebun teh siang hari itu.
Sebelumnya kami disambut dengan ramah di ruang lapang yang berhadapan dengan Ruang Pertemuan Prof ISO. Segelas teh hangat dan camilan khas menemani kami duduk-duduk di bawah tenda mendengarkan penjelasan dari mas Andi -salah satu guide yang akan mengantar kami berkeliling nanti- tentang sejarah PT Pagilaran. Eh..segelas teh Pagilaran ternyata tak cukup bagiku..saking nikmatnya, aku pun mengisi ulang gelas dengan teh panas yang rasanya bikin nagih itu ☺
Puncak Kemulyan adalah lokasi awal dibukanya kebun teh seluas 1113 Ha ini di tahun 1800-an dan telah mengalami beberapa kali pergantian kepemilikan sejak dari Belanda, Inggris, Jepang dan terakhir resmi menjadi tanggung jawab pengelolaan dari UGM di tahun 2016.
Kunjungan ke pabrik teh PT Pagilaran
Terus terang, hal inilah yang membuatku berhasil meninggalkan kemageranku siang itu dan beranjak mengikuti arahan mas Andi dan melangkah bersama teman-teman lainnya. Berulangkali aku main ke Pagilaran ini, memang belum pernah mendapat kesempatan untuk melihat proses produksi teh itu, sehingga kesempatan ini tak kusia-siakan..hehe..
Maka aku sangat menikmati acara kunjungan ke dalam pabrik itu..meskipun tidak bisa melihat produksi secara langsung karena pegawainya libur.. Dari penjelasan detilnya mas Andi dan melihat ruang-ruang pengolahan itu, ada gambaran mengenai proses pengolahan teh yang ternyata cukup njlimet juga..hehe..
Secara singkat proses pengolahan teh itu sbb :
- Daun-daun teh setelah dipetik dibawa ke Ruang Pelayuan. Untuk produksi teh hitam, pelayuan dilakukan selama 8-12 jam dengan dibolak-balik setiap 3-4 jam. Sedangkan untuk teh hijau, pelayuan hanya berlangsung selama 8 menit saja. Wow..sangat jauh bedanya ya..
- Dari ruang pelayuan selanjutnya daun teh dibawa ke Ruang Rotasi Basah, di sini daun-daun itu digulung dengan mesin-mesin khusus agar sari-sarinya keluar, lalu dipotong dan diayak sesuai ukuran kasa.
- Selanjutnya potongan-potongan daun ini dikirim ke Ruang Fermentasi / oksidasi. Selama 80 menit di ruang ini dengan suhu 19-23 dercel untuk mendapatkan warna dan aroma yang diharapkan.
- Dari ruang oksidasi selanjutnya dibawa ke Ruang Pengering yang bersuhu 120 dercel.
- Selanjutnya dilakukan pemisahan sesuai grade, terbagi dalam 8 grade yang masing-masing tentu berbeda mutu yang akan mempengaruhi harga jualnya.
Nah..itu dia penjelasan singkat dari proses panjang pengolahan teh. Mudah-mudahan apa yang kutangkap dari penjelasan guide ini benar. Hehe..
Oh ya, di pabrik PT Pagilaran ini proses pengolahan secara ortodoks atau kuno, dan hasilnya dijual ke pihak ketiga sebelum dipasarkan ke luar negeri, antara lain ke Lipton. Nah.. jadi kalau kalian minum teh Lipton..itulah teh Pagilaran ya..
Tea Walk di Pagilaran
Setelah dari pabrik, peserta diarahkan untuk keliling area sekitar pabrik dan juga berjalan-jalan di kebun teh. Untunglah mas Andi selaku guide kami memberi penjelasan-penjelasan dengan gaya yang asyik sehingga membuat kami nyaman dan senang mengikuti acara tea walk ini meskipun di bawah terik mentari yang lumayan byangeeet…haha..
Sejauh mata memandang semua tampak hijauuuuu, membuat sejuk di mata dan hati. Ada beberapa jenis teh yang ditanam di sana, salah satunya adalah jenis Sinensis yang berasal dari Cina, yang merupakan bahan baku Teh Peony, jenis teh yang dijual per gram dengan harga yang mihiiil ☺
Di beberapa lokasi terlihat semacam menara, yang ternyata itu dulunya untuk kereta gantung yang membawa hasil petikan daun teh dari kebun ke pabrik. Sekarang kereta gantung itu tidak lagi berfungsi, digantikan truk-truk yang mengangkut hasil kerja para pemetik teh. Wah…andai dioperasionalkan lagi, tapi untuk membawa wisatawan asyik kali ya..hehe..
Sahabat Lalang Ungu mau jalan-jalan dan kunjungan ke pabrik seperti ini juga? Gampang…capcus ke Pagilaran Batang, lalu daftar untuk paket Tea walk Tea Factory ini, hanya Rp.25.000,-/orang untuk minimal 10 orang. Kalau kurang dari 10? Bisa juga sih..tapi biayanya dihitung untuk 10 orang..hehe.. Nah, dengan mengikuti paket ini teman-teman akan ditemani mas Andy / mas Dino untuk kunjungan pabrik maupun jalan-jalan keliling kebun teh. Asyik bukan? Tapi sebaiknya pilih saat pagi atau sore ya…biar gak terpanggang matahari seperti kami kemarin! Haha..
Oya, di lingkungan Pagilaran ini ada pula rumah kuno peninggalan Belanda yang masih terawat dan digunakan sebagai rumah dinas pimpinan PT Pagilaran. Rumah yang dominan warna putih itu masih terlihat cantik meski ada pula cerita mistis tentang Noni Belanda..ehm..ehm…
Acara Penutupan Famtrip Batang 2019
Selesai jalan-jalan siang menjelang sore itu, kami pun beristirahat sambil menikmati makan siang yang sudah disediakan dari teman-teman di Pagilaran (terima kasiiiiih..). Makan siang yang sangat nikmat karena memang sudah lelah dan lapaaaar..haha..
Penutupan acara Super Camp dilakukan oleh Bp Wahyu Budi Santoso, S.Sos, MM selaku Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Batang. Dalam sambutannya beliau menekankan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam memajukan pariwisata daerah antara lain melalui terwujudnya 3A ( Atraksi, Amenitas & Aksesibilitas) dan 2K (Kreatifitas dan Kerjasama).
Live music tak ketinggalan dalam acara penutupan ini, termasuk sumbangan suara merdu dari Pak Wahyu dan teman-teman perwakilan Kab/Kota yang hadir.
Demikianlah serunya acara Super Camp Famtrip Batang 2019 yang baru lalu, terima kasih kepada Genpi/Genmile Batang dan seluruh panitia serta Pemkab dan Dinas Pariwisata, Kepemudaan & Olahraga Kab Batang atas undangannya kepada kami..
Terima kasih juga untuk semua rekan yang hadir atas kebersamaan yang hangat.. Mohon maaf apabila ada tutur kata ataupun tingkah laku ku yang kurang berkenan.. Sampai jumpa di acara seru selanjutnya ya..
Baca juga : Kenangan liburan di Pagilaran
56 Comments
Leave a reply →