LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Pemandangan dari Bukit Merese

Dolan Lombok : Menjelang Sore di Pantai Tanjung Aan & Bukit Merese

| 89 Comments

Menjelang sore di Pantai Tanjung Aan dan Bukit Merese. Hai Sahabat Lalang Ungu, tetap sehat, bahagia dan semangat, bukan? Kangen piknik? Waah..samaa.. Aku juga kangen banget piknik nih. Sebagai obat rindu, kubuka kembali album jalan-jalan. Dan kali ini kutuliskan kenangan jalan-jalanku ke Pantai Tanjung Aan & Bukit Merese.

Pantai Tanjung Aan & Bukit Merese

Pantai Tanjung Aan

Pantai indah ini berlokasi di Desa Kuta Lombok Pujut Lombok Tengah, sekitar 75 km (perjalanan sekitar 1,5-2 jam) dari Kota Mataram, namun bila ditempuh dari BIL Lombok jauh lebih dekat yaitu sekitar 30 menit perjalanan. Pantai terdekat adalah Pantai Kuta Mandalika, sekitar 3 km atau 30 menit perjalanan.

Pada kunjungan kami di medio Maret 2020 lalu, kami ke Tanjung Aan ini setelah berkunjung ke Desa Wisata Sade. Perjalanan menuju pantai yang setiap Bulan Februari ramai karena ada Festival Bau Nyale ini terasa lancar, dengan kondisi jalan cukup mulus, hingga mendekati lokasi pantai kondisi jalan agak bergelombang.

Suara debur ombak memecah di pantai langsung menyambut kedatangan kami di sore itu. Seakan memanggil-manggil kami untuk segera menghambur ke tepi pantai. Tak sabar kami segera keluar dari mobil menuju dan bergegas menuju pantai.

Dan ketika akhirnya pemandangan pantai tersaji langsung di depan mata kami, subhanallah.. tak henti terucap syukur di hatiku atas kesempatan menyaksikan pemandangan indah itu 😍

Pantai Tanjung Aan

Sebagian view Pantai Tanjung Aan Lombok

Fokus pandang kami seakan terkunci pada warna air laut yang tak seperti biasa kami temukan. Gradasi warna dari hijau tosca hingga ke biru muda berpadu dengan warna putih pasir pantai dan juga hijau gelap warna bukit-bukit yang mengelilingi pantai ini, juga birunya langit dan putihnya awan berarak. Sungguh luar biasa!

View Pantai Tanjung Aan Lombok

Lepas siang di Pantai Tanjung Aan Lombok

Kaki tak sabar ingin segera berlari ke pasir dan bermain dengan ombak yang memecah pantai, namun matahari masih bersinar garang sore itu. Meski topi dan kacamata hitam tak lupa kami kenakan, namun tetap terasa kurang nyaman untuk bermain di pantai saat itu. Sehingga kami kemudian memilih menunggu matahari agak ramah, berteduh di salah satu gazebo tepi pantai sambil menikmati segarnya Kelapa Muda.

Santai di Pantai Tanjung Aan Lombok

Santai di Pantai Tanjung Aan

Di tepi Pantai Tanjung Aan

Menanti sore di Pantai Tanjung Aan

Nikmat sekali sore itu, leyeh-leyeh di sana sambil dibelai angin pantai. Oya, di sepanjang pantai ini memang terdapat banyak kursi-kursi berpayung dan gazebo mungil beratapkan jerami. Sesekali ku turun dan berjalan ke batas air tanpa alas kaki. Pasirnya putih dengan bulir-bulir yang tidak selembut pasir pantai biasanya. Bulir-bulirnya agak kasar seperti butiran Merica kecil. Ah, mungkin ini sebabnya ada yang menyebut pantai ini sebagai Pantai Merica. Hehe..

Pasir Pantai Tanjung Aan

Pasir Pantai Tanjung Aan : putih tapi tak lembut

Banyak tumbuh tanaman Pandan Laut di tepi Pantai Tanjung Aan ini. Daun-daunnya lebar, cukup tebal dengan duri-duri di tepi daun. Kalau tidak salah ini pandan yang sering digunakan sebagai bahan anyaman. Aku tertarik dengan buahnya yang sekilas mirip buah Nanas. Yang masih muda berwarna hijau dan beberapa yang berwarna kuning kemerahan tampaknya sudah matang. Dari beberapa tulisan di dunia maya kubaca bahwa buah ini dapat dikonsumsi juga lho.. Hmm..bagaimana rasanya ya?

Pandan Laut di Tanjung Aan

Daun dan buah Pandan Laut yg banyak tumbuh di Tanjung Aan

Sore itu terlihat turis-turis manca sedang menikmati keindahan pantai juga. Beberapa berselancar bermain dengan ombak-ombak, ada pula yang berbaring di kursi pantai sambil membaca buku. Semua bersantaaaaii…

Ketika akhirnya mentari mulai tergelincir ke arah Barat, kami pun meninggalkan tempat berteduh dan berjalan menyusuri pantai. Angin pantai terasa sejuk, saat mereka asyik bermain dengan ujung-ujung kerudung. Tentu saja kami tak lupa berfoto-ria di sana..hehe..

Berpose di Tanjung Aan

Mumpung di sini..pose2 dulu yaa… (Foto by Holid)

Spot foto di Pantai Tanjung Aan

Berpose di salah satu spot foto di Pantai Tanjung Aan (Foto by Holid)

Berpose di Pantai Tanjung Aan

Ke Tanjung Aan jangan lupa bawa kamera, tempatnya asyik tuk berfoto-ria (Foto by Holid)

Oya, Sahabat Lalang Ungu jangan kaget ya..di Tanjung Aan ini ada banyak penjaja kain yang mondar-mandir di pantai ini untuk menawarkan dagangannya.  Nah, kalau memang tak ada niat beli, jangan tunjukkan ketertarikan, atau kalian akan dirubung / dikerumuni oleh mereka..hehe.. Ada rasa salut atas kerja keras mereka, namun maaf, cara mereka menawarkan dagangan cenderung mengganggu.

Penjaja kain di Pantai Tanjung Aan

Salah satu penjaja kain di Pantai Tanjung Aan, unik cara bawa dagangannya ya..

Berapa tarif masuk ke Tanjung Aan?

Nah, karena kemarin kami ikut paket tour, tentu saja tidak membeli karcis / tanda masuk. Tapi, setelah cari-cari info di beberapa tulisan lain, ternyata memang sampai saat ini tidak dikenakan bea masuk alias free. Hanya membayar ongkos parkir saja : Rp5.000,- untuk motor, Rp10.000,- untuk kendaraan roda 4 dan Rp.15.000,- untuk kendaraan yang lebih besar.

Sore semakin menua, meski belum merasa puas bermain di Pantai Tanjung Aan, kami pun mengucap perpisahan dengan pantai cantik ini. Mudah-mudahan lain kali bisa berkunjung lagi ke sini dengan durasi waktu yang lebih lama. Aamiin..

Bukit Merese

Sebagaimana telah kusampaikan sebelumnya, Pantai Tanjung Aan ini dikelilingi oleh bukit-bukit. Nah, salah satunya adala Bukit Merese yang menjadi tujuan kami selanjutnya.

Lokasi bukit ini sangat dekat dari Pantai Tanjung Aan. Sekitar 15 menit kemudian kami sampai di sebuah lapangan kecil yang berfungsi sebagai tempat parkir. Ada cukup banyak kendaraan yang terparkir di sana, tapi di sekitar tak banyak kulihat wisatawan. Malah pedagang-pedagang kecil yang cukup banyak.

Pada kemana sih orang-orang? pikirku waktu itu. Seolah menjawab pertanyaanku, Holid –pemandu kami– menanyakan apakah kami sudah siap untuk mendaki?

Hah, mendaki? Setinggi apa?

Oh, rupanya dia sedang bercanda! ☺ Dia mengarahkan langkah kami ke sebuah jalan setapak di sisi kiri tempat parkir itu, jalan tanah berbatu yang agak menanjak. Itulah jalan menuju ke puncak Bukit Merese yang menjadi tujuan kami.

Hiking sore itu pun dimulai dengan rasa penasaran di hatiku. Sulit / tidak sih jalan ‘pendakian’ ini? Seperti apa pemandangan di atas sana?Ternyata tak seseram yang kubayangkan. Jalannya rata-rata menanjak cukup landai kecuali setelah mencapai suatu tempat yang cukup luas dan di lereng bukit itu tempat kami berhenti sejenak, mengambil foto-foto pemandangan sambil…mengumpulkan nafas..hehe..

Pose di lereng Bukit Merese

Sebelum menanjak lagi, motret mba Wati..sambil istirahatkan lutut. Haha..

Perjalanan belum selesai, masih ada punggung bukit yang harus ditapaki, teman! Ok lah..dengan bismillah kami pun melangkah perlahan menyusuri hamparan miring berumput dan berbatu itu. Ayo, lutut..jangan demo dulu yaa..perjalanan kita hampir sampai. Begitu kata hatiku mensugesti diri. Alhamdulillah, duo emak nekat akhirnya sampai juga di atas Bukit Merese, dan menikmati suguhan pemandangan menakjubkan lainnya 😍

Pemandangan dari Bukit Merese

Alhamdulillah..duo emak sampai juga di puncak Bukit Merese (foto by Holid)

Kami segera mencari tempat datar yang bisa untuk duduk lalu meneguk air bekal kami. Sekitar 15 menit berjalan mendaki bukit ini cukup membuat nafas ngos-ngosan dan keringat bercucuran. Sambil duduk di tanah berumput, kami menikmati pemandangan indah yang tersaji.

Di Bukit Merese Lombok

Menikmati pemandangan indah dari puncak Bukit Merese

Nun jauh di bawah terlihat sepotong pantai berpasir putih dengan tepian pantai yang berkelok. Ah, itu dia Pantai Tanjung Aan yang kami kunjungi sebelumnya.. Sementara di kejauhan terlihat hamparan air berwarna biru kehijauan, dengan deretan bukit yang memagarinya. Kembali pujian terhadap Sang Pencipta memenuhi ruang hati kami. Ya Allah, sungguh kami sangat Kau berkati dengan keindahan alam di sekitar kami. Alhamdulillah..

View from Bukit Merese

Pantai Tanjung Aan nun di bawah sana..

Tadabbur Alam Bukit Merese Lombok

Tadabbur Alam di Bukit Merese Lombok

Mentari kian turun di ufuk Barat, suasana terasa kian syahdu. Aku yang selama ini selalu menyukai sunset terasa makin jatuh cinta di sana. Tak henti lensa-lensa berkedip mengabadikan keindahannya, meskipun kuyakin tak ada yang dapat menyamai keindahan asli pemandangan alam saat sunset di Bukit Merese ini…

Sore di Bukit Merese

Sore di Bukit Merese

Senja di Bukit Merese

Sekeping senja keemasan di Bukit Merese Lombok

Mentari belum turun sepenuhnya, namun suasana di Bukit Merese sore itu terasa semakin redup. Oh ternyata langit mendung, dan rintik hujan mulai turun. Ah, sayang sekali kami harus meninggalkan Merese segera kalau tak ingin kehujanan.

Benar saja, sepanjang perjalanan turun bukit rintik hujan kian menderas. Bergegas turun sambil menjaga langkah agar tidak terpeleset di tanah miring berbatu merupakan tantangan tersendiri..hehe..

Alhamdulillah akhirnya kami sampai kembali di tempat parkir tanpa terlalu kuyub. Menggumamkan selanat tinggal dan harapan bersua kembali, kami pun segera meluncur meninggalkan kawasan Mandalika itu, menuju tempat menginap di Mataram.

Sahabat Lalang Ungu, demikianlah cerita perjalanan kami ke Pantai Tanjung Aan dan Bukit Merese, menutup kunjungan wisata hari pertama Trip Lombok kami di medio Maret lalu..

Baca juga cerita kunjungan kami ke Desa Wisata Sukarara ya..

Teman-teman ada cerita juga tentang pantai dan bukit ini? Yuk bagi kisahnya di kolom komen ya.. Terima kasih…

89 Comments

  1. Pingback: Dolan Lombok : Menikmati Siang di Gili Trawangan |

  2. Pingback: Dolan Lombok : Mencicip 10 Kuliner Lombok nan Nikmat |

Leave a Reply to Husnul Khotimah Cancel reply

Required fields are marked *.