LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Anggrek Cattleya

Kala Anggrek Pertamaku Berbunga

| 32 Comments

Ada apa kala anggrek pertamaku berbunga?

Hmm..ada beragam rasa berkumpul di hatiku di suatu pagi saat menyadari satu-satunya tanaman anggrek yang kurawat saat itu menunjukkan tanda-tanda akan berbunga.

Bunga pertama anggrekku

Kala Anggrek Pertamaku Berbunga

Yang pertama tentu saja rasa senang, tapi muncul pula rasa takut dan ada pula sedikit penyesalan. Nah..bagaimana ceritanya bisa muncul beragam emosi hanya karena anggrek berbunga? Baiklah Sahabat Lalang Ungu, begini cerita awal mulanya yaa..

Istilah Tangan Panas

Sahabat semua pernah mendengar istilah ‘tangan panas‘ dalam kegiatan berkebun/bercocok tanam? Ya, istilah itu seringkali disematkan (oleh orang lain atau diri sendiri) pada seseorang yang gagal menanam sesuatu. Sebaliknya bila seseorang sering berhasil dalam berkebun maka istilah ‘tangan dingin‘ menempel padanya.

Apakah itu mitos atau fakta?

Menurut para ahli itu mitos, karena sesungguhnya berkebun itu sesuatu kegiatan yang nyata dan dapat dipelajari untuk mendapatkan keberhasilan dan meminimalisir kegagalan. Namun terus terang, aku sempat meragukan pendapat ini bahkan menyematkan istilah tangan panas itu pada diriku sendiri berkaitan dengan tanaman anggrek.

Ya, cukup lama aku mengalami berulangkali gagal merawat anggrek. Ada yang tanamannya beli di kios bunga ataupun dikasih teman, beberapa kali gagal kurawat. Boro-boro sampai berbunga, sebagian besar mati dalam hitungan bulan saja.. 😔

Itu sebabnya aku sempat mutung tidak mau merawat anggrek, meski terus terang bunga-bunga indahnya sangaaat menggoda untuk diadopsi. Waktu itu aku merasa tak sanggup patah hati berkali-kali tiap kali anggrek yang kurawat harus mati lagi.

Menepis Mitos Tangan Panas

Syukurlah kondisi ‘patah arang dengan anggrek’ yang kualami itu tak selamanya, hanya bertahan sekitar pertengahan tahun lalu. Pemicunya adalah salah satu kegiatan kantor yang berkaitan dengan tanaman anggrek.

Pertengahan tahun lalu, teman-teman PPL belajar teknik kultur jaringan dengan salah satu bahannya adalah anggrek. Hasil belajarnya ada belasan pot bibit anggrek yang kemudian dibesarkan di kebun kami.

anggrek kultur jaringan

Anggrek-anggrek hasil kultur jaringan

Nah, rupanya itulah titik balik hubuganku dengan anggrek. Membantu merawat tanaman ini membuatku lebih mengenalnya, kebutuhan-kebutuhannya, hal-hal yang disukai atau tak disukainya, dll. Singkat cerita, akhirnya aku memberanikan diri mengadopsi salah satu anggrek remaja itu untuk kurawat di rumah untuk menghapus mitos tangan panasku, hehe..

Merawat Dendrobium Pertamaku

Dendrobium, itulah jenis anggrek hasil kultur jaringan yang kuadopsi sekitar Nopember 2020. Anggrek ini merupakan salah satu jenis tanaman epifit yang konon cukup mudah perawatannya.

Berbekal pengenalan terhadap kebutuhan anggrek ini saat di kantor, aku mulai merawatnya di rumah. Kebetulan rumah kami menghadap arah barat jadi panas sinar matahari biasanya dari siang hingga sore. Maka aku harus hati-hati dan mencari tempat yang tepat untuk menempatkannya.

Anggrek Dendrobium

Dendrobium, anggrek pertama yang kuadopsi setelah sekian lama

Alhamdulillah, bulan berganti dan Si Dendro ini masih bertahan. Sampai saat itu ada rasa lega dan harapan bahwa aku akan bisa terus merawatnya. Kuperhatikan pertumbuhannya bagus, tidak kalah dengan saudara-saudaranya yang di kantor, namun belum juga muncul tanda-tanda akan berbunga sementara saudaranya ada yang mulai spike (muncul tangkai calon bunga).

Awal tahun ini -berarti sekitar 3 bulan setelah adopsi- akhirnya kuputuskan untuk memindahkannya ke tempat yang lebih banyak terkena sinar matahari. Selain itu kulakukan juga penyiraman dengan air cucian beras, berselang-seling dengan penyiraman air rendaman kulit bawang. Dan inilah hasilnya… 🙂

spike pertama Dendrobiumku

Alhamdulillah..spike pertama muncul di Februari 2021

kolase bunga anggrek

Kolase bunga pertama anggrekku..

Hihi..saking senengnya berhasil merawat anggrek pertama kali, tak lupa kuabadikan momen bersejarah dalam ‘karir berkebun’ ku lewat foto, status sosmed dan IG Story… lebaaaay…😁

Tak apa yaa..aku senang karena berhasil membuktikan tangan panas itu cuma mitos! Kemauan kuat, bekal pengetahuan tentang tanaman dan kebutuhan-kebutuhannya serta penerapan dalam perawatannya, itulah beberapa kunci penghalau mitos tangan-panas itu!

Mulai Percaya Diri Merawat Anggrek

Keberhasilanku merawat Si Dendro kala itu akhirnya memunculkan kepercayaan diri untuk berani merawat beberapa anggrek berikutnya.

Dimulai dari menerima (lagi) anakan Anggrek Cattleya dari kakak di Semarang. Alhamdulillah aku benar-benar bersyukur memutuskan berani merawat Cattleya itu beberapa bulan lalu, karena ternyata saat ini induk Cattleya yang di rumah kakak sekarat akibat tertimpa pohon inangnya yang rungkat di bulan Juli lalu.

Anggrek Cattleya

Cattleya di pohon Nangka, Feb 2021.

Selain Dendrobium dan Cattleya itu, aku mengadopsi lagi anggrek kultur jaringan dari kantor, kali ini berjenis Vanda dan dalam kondisi masih bibit. Konon, pertumbuhan Vanda relatif lambat dibanding Dendro. Tak apalah, sambil belajar bersabaaar..hehe..

Setelah mengalami dag-dig-dug lagi ketika nekad memecah rumpun Cattleya dari kakak menjadi 3 pot dan salah satu pecahannya tidak terlalu baik pertumbuhannya, alhamdulillah awal September ini ada cerita manis dari anggrek-anggrekku: menemukan spike kedua pada Dendro dan spike pertama Cattleya!

Kuncup bunga anggrek

Knop (calon bunga) Anggrek Cattleya & Dendrobium di awal September 2021

Proses bunga Anggrek Cattleya

Proses Bunga Cattleya, 6 hari sejak knop hingga mekar

Ya, alhamdulillah Si Dendro sudah akan berbunga lagi untuk session keduanya (hihi..nggak kalah dengan drakor yaa..) dan bunga pertama Si Catty bahkan sudah mekar beberapa hari lalu.. Sungguh hal-hal yang menggembirakan dan menaikkan mood, bukan?

Hal-hal menyenangkan yang mungkin tak akan kualami jika waktu itu aku bertahan pada keputusanku mutung alias patah-arang tak mau berhubungan dengan anggrek gara-gara mitos tangan-panas itu. Alhamdulillah..terima kasih semesta yang mendukung perubahan suasana hatiku 😊

Itulah Sahabat Lalang Ungu, sedikit ceritaku tentang berbagai rasa yang timbul kala anggrek pertamaku mekar. Rasa senang pastilah yang pertama. Rasa takut, karena masih terbebani mitos itu, jangan-jangan aku salah merawat dan anggrekku gagal berbunga.

Rasa sedih dan menyesal juga ada, karena sempat termakan mitos itu hingga telat menghadirkan keindahan itu untuk almh ibu yang baru sempat menyaksikan bunga pertama saja 😥

Sahabat, semoga bisa mengambil pelajaran dari pengalamanku ini. Kegagalan demi kegagalan bukan berarti tanda untuk berhenti berusaha. Kuatkan hati, luruskan niat, lipat gandakan usaha. Insya Allah keberhasilan akan datang pada saatnya..

Anggrek Cattleya

Kedua bunga pertama Anggrek Cattleya ku

Ada yang punya pengalaman serupa? Yuk, bagai kisahnya di kolom komen yaa.. Terima kasih..

32 Comments

Leave a Reply to Eri Udiyawati Cancel reply

Required fields are marked *.