Lepas maghrib itu, Pak Harun melipat sajadah yang baru saja dipakainya, sambil mengamati Andi -putra bungsunya- yang kali itu terlihat khusu’ berdoa sedangkan biasanya paling cepat ngabur segera setelah mereka selesai berjamaah sholat maghrib.
“Hm, doa apa saja, Dek?” tanyanya kemudian kepada Andi, setelah anak itu menyelesaikan doanya.
“Aku minta pada Allah, agar rejeki Ayah banyaaaak…”
“Aamiin… Untuk apa, Nak?” tanya Bu Harun yang ikutan penasaran dengan doa panjang bungsunya itu.
“Yaa… agar aku segera dapat sepeda baru yang kuinginkan, Bunda..” jawab Andi polos.
Maka tawa Pak Harun, Bu Harun dan Tuti -kakak Andi- pun berderai, “Aamiin….” sahut mereka kompak.
“Ohya Ayah, siang tadi ada tamu yang mencari Ayah. Kelihatannya penting sekali,” kata Bu Harun.
“Hm… siapa, Bu? Kenalan kita?”
“Tampaknya wajah baru, Yah… Katanya, malam ini dia akan datang kembali.”
“Oh baiklah, kita tunggu saja nanti.”
