Apa hubungannya ketiga hal tersebut?
Haha… sebenarnya sih tak ada hubungan langsung ya.. Aku saja yang iseng menggabungkan 3 dari banyak ikon terkenal dari Jatim yang membuat kami ingin mengunjunginya, dan alhamdulillah kelakon pada 15-16 Pebruari kemarin.
Lokasi utama yang kami kunjungi kemarin adalah Masjid Bawah Tanah di Tuban, Pondok pesantren di Turen Malang dan Sentra pengrajin tas di Tanggulangin Sidoarjo. Namun menuju ke sana, kami sempat mampir di beberapa tempat menarik lainnya.
Rombongan berangkat dari Pekalongan hari Jumat sore dengan bus, sempat mampir untuk sholat Magrib & Isya di Masjid Agung Demak. Meskipun malam hari, suasana masjid agung itu tetaplah ramai dikunjungi banyak peziarah. Entah sebagai tujuan utama, atau persinggahan seperti kami. Setelah mengagumi keindahan masjid itu di waktu malam, kami pun melanjutkan perjalanan ke Jawa Timur.
Pukul 2 pagi kami sampai di depan salah satu tujuan utama kami, masjid bawah tanah di Tuban : Masjid Aschabul Kahfi Perut Bumi Al Maghribi. Sebuah masjid yang unik di Kec Semanding – Tuban – Jawa Timur yang dibangun dengan perpaduan budaya Timur tengah dan Jawa, di dalam gua alami yang sudah ada sebelumnya.
Menurut juru kunci di sana, masjid ini dibangun oleh KH Subhan Mubarok -pimpinan Ponpes Perut Bumi- setelah mendapat wangsit pada tahun 2001 untuk membangun tempat ibadah di gua yang diyakini sebagai peninggalan Syekh Maulana Maghribi tersebut, dan sampai saat ini pembangunannya masih berkelanjutan.
Meskipun saat itu masih dini hari, masjid itu tetap terbuka untuk umum, dan setelah tahajud di sana kami melihat-lihat dengan ditemani oleh bapak juru kunci yang menerangkan sejarah pembangunan masjid itu. Di dalam gua tetap terlihat cantik karena adanya lampu warna warni yang menerangi keindahan ornamen maupun kaligrafi yang ada di sana. Namun karena ada tulisan tak boleh mengambil gambar, maka akupun hanya memotret 1x sebagai kenang-kenangan, tentu saja setelah minta izin. Yang dua lagi itu foto ketika Yangti ziarah ke sana pada 2010 lalu.. Tapi di inet banyak kok foto-foto cantik lain dari masjid bawah tanah ini, silahkan tanya mbah google bila penasaran ya..hehe..
Setelah puas menikmati keindahan masjid unik itu, kami pun melanjutkan perjalanan lagi. Sholat subuh kami laksanakan di salah satu masjid cantik yang ada di daerah Kediri, dan pada waktu dhuha kami sudah sampai di pulau sebrang.. Ya, setelah menyebrangi Suromadu, meskipun hanya untuk mampir mandi & sarapan… bolehlah dicatat bahwa kami sudah sampai di Madura (walau hanya di ‘bibir’ pulaunya.. haha…)
Kembali menyebrang setelah singgah sejenak di pinggir Madura, sekitar jam 9 kami melanjutkan perjalanan ke Malang. Cukup jauh juga perjalanannya, sebelum akhirnya kami sampai di Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah (Bi Ba’a Fadlrah) yang terletak di Jalan Wakhid Hasyim Gang Anggur No. 7, RT 27 / RW 06, Sananrejo, Turen, Malang 65175.
Foto diatas kupinjam dari wesite PP Salafiyah Bi Ba’a Fadlrah yaitu di sini. Ketika memilih lokasi ini untuk kami kunjungi, informasi yang kami terima adalah masjid tiban di Turen Malang. Ternyata informasi itu kurang benar. Itu adalah kompleks pondok pesantren yang indah & kumplit, dengan luas kurang lebih 4 Ha, yang dirintis pembangunannya sejak tahun 1963 secara swakarsa & swadaya dibawah pimpinan KH. Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al Mahbub Rahmat Alam, sering disebut dengan Romo Kyai Ahmad.
Rasa takjub meliputi hati kami melihat dari dekat keindahan & keasrian pondok modern yang terdiri atas bangunan 10 lantai ini. Namun lebih lagi rasa syukur kami bisa bersilaturahmi ke sana adalah ketika mendengar penjelasan tentang ponpes ini yang disampaikan oleh Gus Imam, yang berkesempatan menemani kami berkeliling di sana. Alhamdulillah
Sebenarnya belum puas rasa hati berkeliling di Ponpes indah itu, kami baru sampai ke lantai 5 saja… namun apa daya waktu sudah semakin sore, sehingga kami harus melanjutkan perjalanan. Mudah-mudahan suatu saat bisa bersilaturahmi lagi ke sini… Aamiin…
Lokasi terakhir yang kami kunjungi adalah kawasan industri kecil Tanggulangin, tempat para pengrajin tas, dompet, sepatu, jaket dll memasarkan hasil karyanya. Kami sampai di lokasi wisata belanja di daerah selatan Sidoarjo itu sudah malam hari, dengan rasa khawatir kalau toko2 sudah tutup. Tetapi ternyata kekhawatiran kami tak terwujud. Toko-toko kecil di kanan-kiri jalan di lokasi itu masih buka dan ramai dengan pembeli padahal jam sudah menunjukkan hampir pukul 9 malam!
Menurut penuturan salah seorang pemilik usaha di sana memang toko2 di sana buka hingga larut malam selama masih ada pengunjung yang datang… wah, asyik juga keluar masuk toko yang ada di sana, meskipun sudah malam, dan hasilnya bagasi bus semakin penuuuh.. hehe… Sangking asyiknya sampai lupa tidak memotret suasana malam di Tanggulangin, hehe… ya sudahlah motret hasil kerajinan tangan untuk comot sana comot sini di malam itu saja.. haha..
Demikianlah ‘0leh-oleh’ kami menyambangi lokasi beradanya 3 ikon Jatim yaitu : masjid – ponpes- tas. Alhamdulillah perjalanan lancar hingga sampai rumah kembali. Pengalaman menjalankan 5 waktu berturut di berbagai tempat berbeda (Magrib-Isya di Demak, tahajud di Tuban, subuhan di Kediri, waktu dhuha di Madura, Dhuhur-ashar di Malang, Isya-Magrib di Sidoarjo dan subuh lagi di Pati) sungguh akhir pekan yang berkesan bagi kami.. Alhamdulillah… 🙂
Bagaimana akhir pekanmu kemarin, teman? Semoga menyenangkan juga ya…
11 Comments
Leave a reply →