LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Ketika anak bermasalah dengan guru

| 16 Comments

Sudah 2 minggu ini, Lin -salah satu keponakan kami- mogok sekolah khusus pada hari kamis.  Awalnya dia tak mau cerita apa masalahnya, hanya selalu mencari-cari alasan agar bisa absen di hari itu.  Kemudian akhirnya setelah dibujuk-bujuk oleh Eyangnya, dia mau bercerita bahwa dia takut pada guru ketrampilannya yang mengajar tiap hari kamis.

Rupanya, kamis tiga minggu lalu, gadis kelas 4 SD itu mengalami perlakuan kasar dari Pak Gurunya itu.  Si bapak guru yang memang sering marah-marah dengan mengeluarkan koleksi kebun binatang itu, siang itu menarik kerudung & kerah bajunya dari belakang hingga mencekik lehernya.  Saat ia menangis dan mengadukannya kepada guru wali kelasnya, si ibu guru kemudian mengatakan akan melaporkan kepada kepala sekolahnya namun meminta Lin untuk tidak bercerita kepada orang-tuanya.

Rupanya perlakuan kasar itu membawa trauma tersendiri bagi Lin, hingga ia selalu mencari alasan untuk tidak masuk pada hari kamis, yang berarti bisa menghindari guru yang ditakutinya itu.  Ketika ditanyakan kepada Lan -kakak Lin yang juga pernah diajar guru itu- memang kata Lan pak guru itu pemarah, dan cengkiling / suka main tangan pada murid-muridnya.

Akhirnya orang-tua Lin menghadap langsung ke kepala sekolah untuk melaporkan hal itu, karena mereka takut putrinya ketinggalan pelajaran jika terus bolos di hari Kamis.  Ketika dipertemukan dengan guru tersebut oleh kepala sekolah, sang guru tadinya tidak mengakui perbuatan itu, namun pada akhirnya mengakui dan menyembah-nyembah memohon maaf, mohon agar masalah tidak diperpanjang karena ia takut hal itu mematikan karirnya.

Sang kepala sekolah juga menjanjikan akan membawa masalah tersebut ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Dinas Pendidikan. Namun yg menjadi masalah kini, apabila sang guru tetap mengajar selama proses itu, kami justru takut bila ia mendendam dan melampiaskannya pada Lin ataupun kawan-kawannya.  Bagaimana menghindari hal itu?

Beberapa tahun lalu, salah satu keponakan kami lainnya pernah pula mogok sekolah karena trauma atas perlakuan keras gurunya.  Namun karena saat itu dia masih kelas 1 SD, memindahkannya ke sekolah lain menjadi alternatif yang menyelesaikan masalah. Sampai dengan saat ini, di sekolah baru si anak tenang bersekolah  dengan nyaman.  Apakah alternatif pindah sekolah masih tepat bila diterapkan pada Lin, mengingat ia sudah kelas 4 ?

Rekan-rekan…, mungkin ada masukan buat kami? Kami tunggu yaa…

16 Comments

Leave a Reply

Required fields are marked *.