Hai teman…., pa kabar? Mudah-mudahan tetap ceria meskipun suasana dingin kadang membuat menggigil dan malaas buat ngapa-ngapain…hehe… Masih banyak cerita tentang banjir yang datang lagi untuk yang ke-3 kalinya (wiih, skor sudah 3-0 nii..hehe..) tapi, daripada bikin orang khawatir, mending cerita yang seneng-seneng saja laah…
Ketika melihat ada tanggal merah di akhir bulan, langsung ibu mendaulatku untuk ke Jogja, sekalian menemani kakak dan keponakan yang akan terapi di sana. OK lah, berhubung sudah cukup lama jadi ‘tahanan kota’ akhir tahun kemarin dan di awal tahun ini, maka akupun meng-iyakan permintaan itu.
Jadilah aku bersama keluarga kakak dari Brebes bertolak ke Jogja pada kamis (30/1) malam yang lalu. Ya, memang akhirnya kami baru bisa berangkat sekitar jam 8 malam dari Pekalongan karena ternyata hari itu perjalanan Brebes – Pekalongan yang biasanya 2 jam lebih sedikit molor menjadi 4 jam lebih, sehingga kakak yang berangkat dari sana jam 4 sore baru sampai di rumahku jam 8 malam 🙁
Perjalanan malam itu relatif lancar, diiringi hujan yang -alhamdulillah- tak terlalu deras, hanya harus super hati-hati karena kondisi jalan banyak yang berlubang, bahkan ada yang cukup parah antara Sukorejo – Parakan misalnya, sehingga ketika memasuki Kota Magelang sudah hampir tengah malam. Saat mendekati alun-alun kota itu, hujan sudah berhenti dan tampak keramaian di sekitar alun-alun. Ada apakah?
Ooh… hampir kami lupa, libur di keesokan harinya adalah libur tahun baru imlek, pantas saja suasana alun-alun ramai karena di dekat situ ada sebuah klenteng / tempat ibadah Tri Darma yang kalau tak salah namanya TITD Liong Hok Bio. Maka kamipun menepi sejenak di pinggir jalan menikmati kembang api yang sedang diluncurkan tepat jam 24.00 malam itu.
Setelah mengambil satu-dua foto klenteng itu, kamipun melanjutkan perjalanan menuju Jogja. Kali ini kakak tidak langsung lewat ringroad untuk menuju rumah kakak kami di Bantul, tapi memutar dulu lewat malioboro, alun-alun lor, alun-alun kidul, dll.
Lumayan, kami menikmati suasana malam di seputaran malioboro yang sama sekali tidak lengang karena ternyata banyak orang-orang yang masih menikmati malam di sana, padahal saat itu sudah lewat tengah malam. Hanya kendaraan memang sudah tak terlalu ruwet sehingga bisa berjalan dengan santai.
Kemudian kamipun melanjutkan perjalanan ke arah Bantul dan sampai di rumah kakak di sekitar Kasongan hampir jam 2 lebih. Membersihkan diri, ngobrol-ngobrol sejenak lalu…..pulasss… 🙂
Keesokan paginya, sempat terjadi perdebatan kecil tentang tempat tujuan wisata. Manding, Tamansari, Bukit Bintang, Nglanggeran, Pantai PulSa…. eeh, pengennya kemana-mana padahal waktunya terbatas..hehe… Akhirnya disepakati untuk ke Pantai Pulang Sawal lebih dahulu lalu ke Manding sebelum pulang kerumah.
Alhamdulillah cuaca siang itu cerah, sehingga kami dapat puas menikmati keindahan pantai Pulang Sawal ( PulSa) atau yang lebih terkenal dengan pantai Indrayanti di siang-sore hari itu. Meskipun baru beberapa bulan lalu aku ke sana dengan teman-teman kantor, tapi tetap senang menikmati keindahannya kembali dengan ibu, kakak-kakak dan para keponakan yang bukan krucil lagi 🙂
Sayangnya ada kecelakaan kecil, yaitu ada keponakanku yang kepalanya kejedhug salah satu dari batu-batu besar yang ada di sana, sehingga sedikit berdarah. Untung budhenya sigap memberikan pertolongan pertama dan tak mengurangi keceriaan para ABG itu kembali mengeksplorasi pantai dari ujung ke ujung.
Namun kejadian itu membatalkan rencana ke Manding, diganti dengan kunjungan ke RS tempat kakak bertugas untuk membersihkan luka itu agar terhindar dari infeksi. Tak jadi ke Manding tak apalah, para keponakan juga tampaknya sudah lelah sesiangan berkeliaran di pantai, sehingga tak ada yang protes karena perubahan rencana. Alhamdulillah, senangnya kumpul-kumpul bersama keluarga 🙂
Itu cerita jalan-jalanku di akhir bulan kemarin… bagaimana long weekend-mu, teman ?
Pingback: Pantai Buayan Adalah Pantai Karang Bolong | Langkah Baruku