Seperti teman-teman ketahui, beberapa waktu lalu aku menuliskan petikan-petikan tulisan dari alm. Mbah Kakung Kasijo -bapaknya ibu- yang beliau tulis di tahun 1935 yang menceritakan tentang masa kecil hingga masa tugas beliau sebagai guru.
Sengaja tulisan-tulisan itu kutayangkan di sini agar mudah link nya kubagi lewat status FB ku dengan tujuan mudah dibaca anggota keluarga kami yang saat ini tersebar di 4 Kota : Jogja, Semarang, Pekalongan dan Brebes (karena para ponakan itu masih asyik masyuk dg FB dan belum ada yg mau melirik Blog… hiks… ).
Tak disangka, ada banyak tanggapan positif dari teman-teman yang membaca kutipan-kutipan itu -baik di FB maupun di Blog ini- dan rata-rata menyatakan apresiasinya serta tak sedikit pula yang menyarankan agar tulisan itu dibukukan.
Memang, sejak awal hal itupun telah kuangankan. Alangkah senangnya kalau suatu saat nanti bisa membaca buku tentang keluarga kita sendiri. Namun sayang tulisan simbah itu hanya beberapa halaman saja, tentunya belum cukup untuk dijadikan buku -bahkan bila menyertakan salinan asli tulisan tangan beliau dengan huruf ‘hanacaraka’ itu- sehingga akupun berpikir untuk meminta ibu menambahkan cerita / kenangan beliau tentang masa kecilnya bersama simbah (dan sejalan pula dengan masukan dari teman-teman melalui komen di sini… ).
Dan ternyata, aku tak harus susah payah membujuk ibu untuk itu!
Ketika kemarin ibu rawuh ke Pekalongan dan aku sempat menanyakan hal itu, sungguh kejutan bagiku bahwa ibu ternyata telah mulai menuliskan kenangan masa kecil beliau!
Rupanya rasa gembira membaca kisah masa kecil ayahandanya -yang hanya dikenalnya hingga usia 5 tahunan itu- telah menginspirasi ibu untuk melakukan hal serupa : menuliskan kenangan masa kecil dan pengalaman-pengalaman hidup yang beliau jalani hingga saat ini. Alhamdulillah…
Dan, (seperti teman-teman lihat) meskipun beliau -yang saat ini berusia 79 tahun- menuliskannya dengan tulisan tangan pada ‘sisa’ buku tulis cucunda , syukurlah tulisan beliau itu dalam bahasa Indonesia, bukan bahasa Jawa dengan ‘hanacaraka’ , sehingga aku nanti hanya perlu mengetik ulang . Uuh… I love you, Mum! 🙂
Oya, kemarin beliau juga berkenan membaca 3 post tentang kutipan warisan Mbah Kakung Kasijo itu, dan ketika membaca komentar-komentar yang telah teman-teman tuliskan di sana, beliau sungguh terharu. tak menyangka bahwa cerita sederhana dari ayahandanya mendapatkan apresiasi dari ‘orang luar’ yang sama sekali tak mengenal beliau. Melalui tulisan ini, beliau ingin mengucapkan terima kasih pada teman-teman semua, juga salam hangat kembali dari beliau untuk teman-teman 🙂
Beliau semakin bersemangat untuk meneruskan tulisan yang telah beliau mulai. Dan saya yakin, teman-teman juga akan bersemangat pula untuk terus menarikan jari jemari ya… karena seperti apa yang kian kuyakini saat ini : Tulisan adalah sebuah warisan yang tak lekang oleh waktu!
Selamat menulis, teman….!
6 Comments
Leave a reply →