LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Modus lama

| 12 Comments

Hujan tak lagi sederas sebelumnya, ketika malam itu di tengah-tengah rapat aku melihat layar HP -yang kupasang mode senyapberkedip tanda ada pesan / panggilan masuk.

Sekilas kulihat ada pesan masuk dari adikku, namun karena pembahasan rapat masih seru aku tak bisa langsung meresponnya. Beberapa waktu kemudian ketika -akhirnya- rapat selesai dan kami berkemas untuk pulang ke rumah masing-masing, aku bergegas ke luar ruangan sambil membuka pesan dari adikku.

“Posisi di mana, mbak? Nggak apa-apa, to?” begitu selarik kalimat yang malah membuatku penasaran.

Ada apa memangnya? Aku pun segera menelponnya, mengabarkan aku masih di kantor dan tidak ada masalah apa-apa (kecuali bila capai & ngantuk masuk kategori masalah malam itu, hehe.. ) dan sedang berkemas untuk pulang.

“Alhamdulillah…, yo wis, hati-hati pulangnya, nanti cerita di rumah saja,” begitu respon adikku.

“Eh, tapi ibu nggak apa-apa kan?” tanyaku penasaran, namun ia meyakinkanku ibu -yang saat aku berangkat malam itu sedang sendirian di rumah- baik-baik saja. Kemudian aku pun bergegas menuju rumah sambil masih menyimpan rasa penasaran, kalau memang tidak ada apa-apa, kenapa adikku perlu menanyakan posisi & kondisiku lewat sms?

Dan akhirnya rasa penasaran itu terjawab tuntas sesampaiku kembali di rumah malam itu. Ketika aku pergi lepas Isya malam itu, memang adikku sedang tak di rumah kami, melainkan di rumah mertuanya, sehingga ia tak tahu kalau malam itu aku harus ke kantor.

Saat di rumah mertuanya itulah adikku menerima telpon dari seorang perempuan yang menangis sambil berkata tak jelas, bahwa dia ditangkap polisi.  Adikku sempat panik karena terpikir bahwa itu aku.  Ia pun menanyakan aku di mana dan ada kejadian apa, namun perempuan itu tetap menangis histeris sambil berkata-kata tak jelas, tentang dirinya yang ditangkap polisi di perempatan dekat rumah. Lalu ketika adikku bertanya-tanya lagi, perempuan itu mengalihkan telpon kepada seorang lelaki yang katanya polisi yang menangkapnya.

“Selamat malam pak, siapa nama lengkap anak bapak?” tanya laki-laki itu dengan suara berat dan tegas khas aparat.

“Lhah, saya nggak punya anak, pak..”cetus adikku otomatis, lalu setelah hening sejenak tiba-tiba saja hubungan telpon itu diputus.

Adikku bengong, tapi lalu dia memikirkan kembali kata-kata lelaki itu, dan merasa bahwa ia -tadinya- menjadi sasaran komplotan penipu. Ia kemudian berusaha menghubungiku tapi tak terjawab, akhirnya ia dan istrinya bergegas pulang.  Sesampainya di rumah kami, mengetahui bahwa aku sedang tak di rumah, ia kembali was-was sehingga mengirim pesan padaku itu.

Ah..jadi begitu ceritanya… Untung saja adikku terhindar dari upaya penipuan itu.

Aku jadi ingat modus serupa yang beberapa bulan lalu menimpa seorang teman kantor. Dia menerima telpon dari seorang yang mengaku polisi yang menangani kecelakaan yang menimpa suaminya.  Kebetulan memang saat menerima telpon itu suami Bu A sedang ke luar kota, dan tidak bisa dihubungi. Untung saja, ia menerima telpon itu di kantor sehingga ada teman pria yang berinisiatif meladeni pembicaraan ‘polisi’ itu dengan menanyakan beberapa pertanyaan yg menurutnya penting namun pada akhirnya membuat ‘polisi’ itu malah marah dan menutup telpon.

Hm..ternyata modus lama itu masih sering digunakan.. jadi kita harus tetap hati-hati menerima telpon-telpon seperti itu. Herannya.. kok ya kebetulan keadaannya tepat (ada seseorang yang sedang pergi / tak bisa dihubungi)… Entahlah… Yang jelas, kami bersyukur terhindar dari penipuan malam itu, dan terlebih karena bukan ibu yang menerima telpon semacam itu. Tak terbayangkan bila ibu yang saat itu sendirian di rumah yang menerima telepon itu… aaah… 🙁

Terima kasih atas perlindunganmu, Ya Allah….

12 Comments

  1. Pingback: Waspada Penipu Mengaku Costumer Care Bank

Leave a Reply

Required fields are marked *.