Hari ini di saat banyak yg menulis tentang sosok wanita inspiratif, ingatanku langsung tertuju padamu.
Teringat kedekatan kita di masa remaja. Saat ketika aku ragu-ragu memilih kota yang akan menjadi tempat kuliah, lebih memilih Solo dibanding Bogor karena tak yakin diperbolehkan Bapak bila memilih kota hujan yang lebih jauh itu. Kaulah yang meyakinkan kami untuk berubah pikiran.
“Sudah waktunya dia belajar mandiri, Pak. Kita harus yakin dia mampu..” begitu argumenmu kepada orang-tua kita untuk ‘melepas’ku kala itu.. Sampai kini kuyakin dukunganmu itu berperan besar dalam turunnya restu Bapak-ibu kala itu, restu yg membuka dunia baruku.
Jauh sebelum itu, kau pun telah memperjuangkan pilihanmu masuk kedokteran, berani menempuh perjalanan ke pulau seberang untuk menempuh ujian negara yg menentukan, keteguhan & kemandirianmu sebagai wanita muda yg menjadi contoh bagi kami, adik-adikmu.
Setelah menjadi dokter, banyak lagi contoh baik yang kami petik dari pengabdianmu. Kisah pengabdianmu di lokasi yang jauh dari keramaian saat PTT di suatu daerah di Wonosobo, keputusanmu tak membuka praktek di rumah -karena ingin fokus pada keluarga setelah jam dinas- namun tetap menerima panggilan dari tetangga sekitar yang membutuhkan bantuanmu, sukarela membawa peralatan yg diperlukan tiap kali arisan PKK lingkungan sehingga ibu-ibu dapat peeiksa kesehatan berkala, kesediaanmu menerima curhat / keluhan / pertanyaan pasien lewat sms, dan masih banyak lagi.
Hal-hal kecil yang menjadikanmu dekat dengan kami, tak hanya keluarga & kerabatmu, namun juga pasien-pasienmu. Masih ada pesan-pesan masuk dari pasien & kolegamu yg menyemangati / mendoakan, bahkan setelah kepergianmu …
Dan diatas semua itu, keluarga tetap menjadi prioritasmu. Memasak bagi suami & kedua jagoanmu selalu kau lakukan, setiap pagi sebelum dinas maupun sepulang dinas. ‘Masakan mamah’ itu yang selalu disebutkan kedua jagoanmu bila ditanyakan makanan favorit mereka 🙂
Bahkan salah satu kesedihan terbesarmu yg kau ceritakan padaku adalah saat kemo membuatmu kehilangan indera pengecap sehingga menjadi kendalamu saat menyajikan masakan untuk keluarga tercintamu 🙁
Hari ini, di hari yang diperingati sebagai Hari Kartini, aku mengenang kembali semua perjuanganmu… Terutama perjuanganmu melawan kanker yang tak menyurutkan semangat pengabdianmu terhadap negara & keluarga..
Perjuangan yang ternyata harus selesai pada 30 Maret 2015 lalu… namun akan tetap menjadi pelajaran bagi kami. Kenangan kebersamaan kita akan menjadi penguat bagi kami : ibu, suami, adik-adik, anak & keponakanmu ..
Mba Anik -kakakku, sahabatku, dokterku, Kartiniku – terimakasih untuk semua cinta & pelajaran darimu, doa & kasih kami menyertaimu dalam keabadian …
12 Comments
Leave a reply →