……
Persahabatan bagai kepompong
mengubah ulat menjadi kupu-kupu
persahabatan bagai kepompong
hal yang tak mudah berubah jadi indah
Persahabatan bagai kepompong
maklumi teman hadapi perbedaan
persahabatan bagai kepompong
na na na na na..
……
Itu adalah sepenggal lirik lagu KEPOMPONG dari SIND3NTOSCA yang sempat booming beberapa waktu lalu. Sebuah lagu yang mengingatkan kita akan indahnya sebuah persahabatan, suatu hal yang patut kita syukuri dan kita pertahankan tentunya.
Bagaimana denganmu, kawan? Berapa jumlah sahabat yang kalian punyai? Kuyakin, minimal kalian punyai seorang sahabat, dan pasti lebih banyak dari kalian yang memiliki lebih dari satu sahabat, dari kecil hingga saat ini.
Aku sendiri -alhamdulillah- memiliki beberapa sahabat dengan berbagai latar belakang berbeda. Ada sahabat sejak SMP, SMA, kuliah hingga sahabat di lingkungan kerja dan yang terakhir ini adalah sahabat dari dunia maya -yang sama hangatnya dengan sahabat di dunia nyata- hasil dari menggeluti hobby selama beberapa tahun belakangan ini. Sungguh kusyukuri karunia-NYA ini…
Dalam menjalani persahabatan tentunya tidaklah mulus ya… Ada naik-turunnya, ada suka dukanya, mungkin itu yang membuat jalinan persahabatan menjadi lebih indah ya.. 🙂
Oya, kali ini aku ingin cerita tentang curhat antar sahabat. Kenapa? Karena sesi curhat hampir selalu ada antara dua orang yang bersahabat! Haha… Jangan tanyakan kesahihan ‘teori’ itu ya, karena itu mah teori asal-asalan dariku, berdasarkan pengalaman pribadi, yang sering jadi tempat curhat namun juga tak kalah sering jadi pelaku curhat. hehe…
Senang nggak sih jadi tempat curhat sahabat?
Ya, senang gak senang sih… Senang, karena itu berarti dia percaya padaku, lebih dari orang lain, karena tentunya dia tak akan curhat pada orang yang tak dipercayainya. Tapi ada susahnya juga, terutama kalau curhatnya diawali /diakhiri dengan kata-kata “jangan bilang siapa-siapa ya…”
Nah curhat yang tipe begitu itu kadang-kadang membuat beban tersendiri bagi yang dicurhati. Menjaga rahasia, bukan hal yang mudah, bukan? Bagaimana caranya agar ‘biar pecah di perut jangan pecah di mulut’. Waah…malah jadi berperibahasa deh aku..haha…
 Apa saja sih yang sering dicurhatkan antar sahabat?
Hm, itu juga tergantung dari seberapa terbuka sifat dari ‘pencurhat’ ya.. Ada yang terlalu terbuka hingga hal pribadi yang sekecil-kecilnya dicurhatkan, ada yang curhat masalah tertentu yang sangat membebani saja, ada pula yang masalah-masalah umum saja…eh, yang terakhir ini curhat atau nggosip ya?? hihi…
Aku pribadi lebih memilih untuk menyeleksi hal-hal yang akan kucurhatkan meskipun dengan sahabat yang kupercaya. Entahlah, mungkin karena pada dasarnya sifatku sendiri tak terlalu terbuka ya? Nyatanya memang selama ini lebih sering jadi pendengar daripada pembicara..hehe…
Nah, bagaimana menanggapi sahabat yang sedang curhat?
Kalau aku, akan memberikan tanggapan sesuai dengan keinginan dari Si pencurhat saja. Ada yang hanya ingin didengarkan, maka aku akan berusaha menjadi pendengar setia. Bila dimintai pendapat, baru aku berusaha memberikan pendapatku, bisa sependapat dengannya ataupun berbeda pendapat, tak masalah asalkan diutarakan dengan baik-baik. Meskipun bersahabat kalau beda pendapat secara frontal tentunya bisa sakit hati juga, kan? Tentunya kita sebatas mengemukakan pendapat / pandangan, masalah digunakan / tidak, itu hak dia sepenuhnya.
Yang paling berat bagiku adalah saat sahabat curhat namun isinya keluhan semua. Nah, capai hati juga mendengarnya… Kalau sudah begitu, aku berusaha nylimur atau mengalihkan perhatiannya dan membangkitkan semangatnya sedapat mungkin. Kalau tidak berhasil? Yah, pasrah saja, menjadi pendengar namun dengan menguatkan hati, agar tidak ketularan jadi lembek! 🙂
Berdasarkan pengalamanku menjadi tempat curhat, aku jadi membatasi diri untuk curhat walau dengan sahabat. Takut sedikit banyak bisa memberikan beban bagi sahabat tempat curhat. Aku lebih memilih jadi tempat curhat saja, minimal bisa membuat sahabat lega setelah mengeluarkan uneg-unegnya…
Eh, tapi ada manfaatnya juga lho mendengarkan curhat sahabat itu. Salah satunya, bisa menjadi sumber ide bagi karya kita. Aku juga sudah pernah mengalaminya. Beberapa curhat sahabat menjadi ide penulisan beberapa tulisanku ( salah satunya adalah kisah inspiratif “Dua Surga” yang terangkum dalam Antologi “11 Warna Pelangi Cinta” ) dan beberapa yang lain terangkai dalam bentuk puisi. 🙂
Nah, itu ceritaku tentang curhat antar sahabat, memenuhi tema arisan link Blogger Gandjel Rel yaitu “Sahabat” yang dicetuskan oleh Tina dan mba Nunung. Ada pengalaman juga tentang sesi curhat-curhatan ini, teman? Jadi pencurhat atau tempat curhat? Bagi-bagi cerita di komen yaa…
34 Comments
Leave a reply →