Hai Sahabat Lalang Ungu, apa kabar? Semoga selalu sehat dan berbahagia ya.. Nah, kali ini aku akan kembali melanjutkan cerita pengalaman kami umrah plus Turki 17 hari kemarin dan cerita kali ini adalah saat kami di Madinah, Makkah dan mampir ke Thaif.
3 Hari di Madinah
Seperti telah kutuliskan sebelumnya, kami sampai di Madinah pada hari kedua perjalanan ini, tepatnya tanggal 24 April 2024, hampir waktu Maghrib. Waktu itu, setelah sampai hotel kami diajak ‘pengenalan lingkungan’ Masjid Nabawi sebentar, lalu kembali ke Hotel untuk bersih-bersih, makan dan bersiap beribadah di Nabawi mulai malam itu.
Alhamdulillah selama di Madinah kami mendapat tempat istirahat yang relatif nyaman yaitu di Hotel Durrat El Eiman, sesuai paket yang kami ambil sekamar berempat dengan teman perjalanan lainnya yang kebetulan berasal dari daerah yang berbeda yaitu : Kalimantan, Kendal dan Klaten. Alhamdulillah…, guyub dan kompak selalu..
Waktu kami di Madinah dalam perjalanan ini cukup terbatas yaitu hanya 3 hari, itu sebabnya kami sebisa mungkin memanfaatkan waktu memperbanyak ibadah di Masjid Nabawi dan berkunjung ke Raudhah. Rombongan juga diajak city tour Madinah, a.l ke Masjid Quba, Jabbal Uhud, Masjid Qiblatain, kebun kurma, dll.
Sabtu, 27 April 2024 adalah hari terakhir kami di Madinah kali itu. Duuh..mak gregel rasa hatiku saat melaksanakan sholat dhuhur di Masjid Nabawi siang itu, sebelum kami harus segera kembali ke hotel dan bersiap perjalanan ke Makkah. Dalam sujud berlama-lama ku berdoa semoga itu bukan kali terakhir beribadah di sana. Semoga Allah SWT berkenan kembali mengundang kami ke sana di masa yang akan datang. Aamiin…
Akhirnya sekitar jam 2 siang itu kami meninggalkan hotel di Madinah dan menggunakan bus mempuh perjalanan sekitar 6 jam ke Makkah dengan sudah mengenakan pakaian Ihram dan mengambil miqat di Masjid Bir Ali yaitu masjid indah yang terletak di Distrik Dzulhulaifah yang menjadi tempat miqat umrah bagi jamaah dari arah Madinah.
Siang itu ternyata Masjid Bir Ali cukup ramai juga, banyak jamaah yang akan umrah dan mengambil miqat di sana. Setelah melakukan sholat sunnah bersama-sama kami membaca niat ihram dan sejak saat itu telah mulailah larangan-larangan selama ihram bagi kami, hingga selesainya rukun umrah kelak (yaitu setelah Tahalul).
4 Hari di Makkah
Alhamdulillah kami sampai di hotel Grand Al Massa -yang akan menjadi tempat tinggal kami selama di Makkah beberapa hari ke depan- pada Sabtu 27 April 2024 sekitar pukul 8 malam waktu setempat. Setelah beristirahat, rombongan kami kemudian menuju Masjidil Haram untuk menunaikan rukun-rukun umrah lainnya. Alhamdulillah Thawaf – Sa’i berjalan lancar hingga akhirnya menjelang pukul 2 dini hari sudah sampai proses Tahalul (khususnya yang jamaah puteri karena untuk jamaah laki-laki akan melakukan tahalul di tempat potong rambut yang dekat hotel. Alhamdulillah selesai umrah pertama kami malam itu.
Sedangkan untuk umrah kedua kami laksanakan pada tanggal 29 April 2024 menjelang dhuhur (dengan mengambil miqat di masjid Taneem) dan alhamdulillah juga berjalan lancar hingga rukun terakhir. Oya, untuk umrah yang kedua kemarin itu lumayan lebih besar tantangannya terutama saat melaksanakan Thawaf karena siang hari itu cukup terik namun jamaah yang melakukan Thawaf tetap penuh dan padat.
Sebagaimana saat di Madinah, waktu 4 hari di Makkah tentu saja kami gunakan untuk sebanyak-banyaknya ibadah di Masjidil Haram, namun juga ada waktu untuk city tour Makkah (antara lain ke Jabbal Nur, Jabbal Rahmah, melintas ke area-area Haji yaitu kota seribu tenda Mina, gedung Jamarat) dan tentunya ada juga kesempatan untuk jamaah yang ingin belanja-belanja, hehe.. Terima kasih Al Fajr dengan TL nya mas Jeffri yang sudah memfasiltasi dan mengantar rombongan ke mana-mana hingga ke Pasar Kakiyah / Al Ka’kiyyah yang konon surganya belanja bagi jamaah haji / umrah alias ‘Tanah Abang-nya Makkah’ 🙂
Sejenak Berkunjung ke Thaif
Di antara waktu di Makkah itulah kami berkesempatan berkunjung ke Thaif yaitu salah satu kota di Provinsi makkah yang mempunyai udara sejuk karena terletak di lembah Pegunungan Asir dan Pegunungan Al Hada, terletak sekitar 67 Km dari Kota Makkah. Perjalanan kami kemarin dari hotel di makkah hingga ke Thaif memakan waktu sekitar 1,5 jam. Jalan menuju Thaif yang berkelok-kelok dan udara sejuk yang langsung terasa ketika kami sampai tujuan, mengingatkan kami pada daerah Bandungan / Wonosobo. Sejuk namun tidak membuat kita menggigil kedinginan.
Dalam sejarah islam, kota Thaif menyimpan kenangan pahit perjuangan berat rasulullah SAW dalam berdakwah. Beliau mendapatkan penolakan hingga perlakuan kasar kepada beliau. Sangat berat perjuangan dakwah beliau di kota ini hingga beliau berdoa kepada Allah SWT memohon petunjuk dan kemudian mendapat pertolongan dari salah satu pekerja kebun anggur bernama Addas. Sebagai penghormatan atas jasa Addas (yang kemudian menjadi mualaf) di tempat pertemuan itu kemudian dibangunlah Masjid Addas. Selain itu, ada pula Masjid Kuk / Al Qu’a yang merupakan tempat Rasulullah SAW beristirahat dengan bertumpu pada sebuah batu dan pada batu tersebut terdapat tanda bekas tangan dan siku Rasulullah. Masjid ini dikenal juga sebagai masjid Al Mawqih (Persinggahan). Oya, meskipun dinamakan masjid, namun sesungguhnya Masjid Kuk itu hanyalah bangunan kecil sebagai penanda saja, tidak digunakan untuk sholat berjamaah.
Thaif sekarang selain sebagai tempat ziarah juga merupakan salah satu tempat wisata. Salah satu yang kami kunjungi kemarin adalah wisata kereta gantung/Cable Car.
Telefric Thaif Cable Car demikian warga lokal menyebut kereta gantung ini. Rute nya berawal dari Hotel Ramada, jarak yang ditempuh sekitar 4,5 km atau 25-30 menit untuk satu kali perjalanan.
Dari ketinggian sekitar 1500m, penumpang bisa menikmati pemandangan tebing berbatu-batu besar dengan rumput-rumput yang sebagian kering kepanasan, juga pemandangan jalan bebas hambatan yang tampak meliuk-liuk seperti aliran sungai.
Sebelum pulang kembali dengan kereta gantung, kita dapat menikmati tempat wisata yang cukup indah dan banyak spot-spot foto untuk memberi makan sosmed kita..hehe..
Ada juga permainan tobbogan yaitu semacam kereta luncur yang bisa dikendalikan/ diatur sendiri untuk kecepatan nya. Sedangkan untuk rutenya sudah ditentukan karena kereta-kereta itu berjalan menggunakan satu rel yang sama.
Pulang dari naik kereta gantung, rombongan kami makan siang di sebuah rumah makan di sekitar Thaif dengan menu khas Nasi Mandi yang disajikan dalam satu nampan untuk 4 orang. Wah..mencicip menu lokal secara asyik nih..
Sebelum kembali ke hotel rombongan mampir ke Pasar Ka’kiyah, semacam pusat belanja oleh-oleh dengan harga yang lumayan miring. Kata pendamping kami, ini seperti “Pasar Tanah Abang nya Mekkah” . Hmm..asyiklah buibu belanja ini-itu untuk oleh-oleh yang di Tanah Air.
Sahabat Lalang Ungu, segini dulu ya ceritaku pengalaman di Madinah, Makkah dan Thaif pada Umrah Plus Turki 17 hari kemarin. Insyaallah besok dilanjutkan lagi ceritanya. Sampai jumpa..
Pingback: Catatan Umrah Plus Turki 17 hari (4): Istanbul – Bursa – Kusadasi |