Tulisan ini ada karena membaca posting mba Ely (duniaely). Tulisan yang membahas tentang pernah tidaknya kita sebagai blogger merasa asing dengan satu / beberapa blogger lain yang pernah dekat dengan kita di dumay ini, telah membuka memoriku pada peristiwa terurainya sebuah jalinan pertemanan .
Menjalin persahabatan dengan beberapa orang sekaligus, memang mengasyikkan. Lebih seru dibanding hanya bersahabat dengan 1 orang saja. Bisa saling curhat, ataupun saling support, lebih banyak telinga yang mendengar, lebih banyak hati yang terlibat. Namun, bila antara sahabat itu terjadi suatu perselisihan…maka pemecahannya pun relatif lebih sulit karena masalah terasa rumit 🙁
Suatu masa dulu, aku mempunyai teman bernama A, yang sebelumnya telah lebih dahulu bersahabat dengan si B. Karena frekwensi ketemuan si A dan B ini relatif sering, maka tak jarang saat pertemuanku dengan si A maka si B pun sedang ada di sana, dan ketika obrolan demi obrolan terasa nyambung, jaringan pertemanan itu pun meluas. Akhirnya akupun menjadi kian dekat dengan B, sama dekat antara aku dengan si A, meskipun mungkin tak sedekat antara A dan B… (halaaah…kalimate kok mbingungi ya..hehe..)
Waktu berlalu, dan ternyata kedekatan 3 hati yang menyenangkan itu mendapatkan ujian. Entah apa sebab awalnya, aku mendapati kerenggangan hubungan antara A dan B, namun keduanya tetap berhubungan baik denganku. Dalam salah satu kesempatan pertemuan dengan A aku sempat menanyakan tentang B yang tak lagi sering bersamanya, namun jawabannya terdengar klise : si B sibuk.
Awalnya aku menerima jawaban itu, namun kemudian jawaban itu terasa mengada-ada karena ‘aroma perselisihan’ makin kuat tercium, meskipun tak secara terbuka. Tak ada lagi pertemuan hangat bertiga. Ketika aku dengan A, tak sekalipun nama B tercetus, begitupun ketika aku bersama B, seolah nama A ‘haram’ disebut.
Aku sedih dan merasa ‘terjepit’ dengan kebekuan itu, namun kadar pertemananku dengan keduanya rupanya belum sampai pada taraf mereka mau terbuka mengenai penyebab keretakan hubungan itu. Akupun tak mau terlalu jauh ‘mengorek’ informasi pada mereka, terus terang, aku takut menimbulkan salah paham baru yang akan mengancam jalinan pertemananku dengan masing-masing mereka.. ( ih, egoisnya aku ya… jangan ditiru! ) Demikianlah, tanpa kutahu sebab pastinya, akhirnya jalinan pertemanan 3 hati itupun terurai sudah… 🙁
Saat ini, aku berusaha tetap menjaga hubungan baik dengan keduanya, setidaknya dengan si B, karena perlahan si A makin menjauh dari lingkaran pertemanan kami berdua. Dan ada saat-saat rindu akan kebersamaan waktu dulu, menerbitkan harapan untuk terulang kembali.
Mungkin aku memang bukan sahabat yang baik, yang mampu mencari solusi dan bisa menyatukan kembali 2 hati teman baikku itu, tapi aku tetap mendoakan hal itu terjadi. Mengingat kuatnya jalinan yang pernah mereka rajut bersama, aku percaya, suatu saat jalinan yang sempat terurai itu akan tersambung kembali pada waktunya nanti : mungkin setelah hati sama-sama dingin, atau ketika kenangan-kenangan manis kebersamaan mereka pada akhirnya mengentalkan rasa rindu, memecahkan kebisuan dan meruntuhkan sekat yang ada. Semoga…
Teman, pernahkah kau juga mengalami keadaan yang sama? Ketika tercipta sekat diantara sahabat, seberapa jauh kita dapat terlibat?
12 Comments
Leave a reply →