Sudah beberapa lama lutut kananku sering terasa nyeri bila dilipat, terlebih saat harus duduk bersila…hadeeh…. Kalau sudah begitu, posisi duduk harus sering dibolak-balik biar gak gosong..eh..biar gak sakit lututnya… ๐
Sayangnya, kesempatan untuk periksa tak juga datang karena untuk itu harus meluangkan waktu seharian di RS -yang merupakan kesempatan langka di waktu-waktu yang lalu- sehingga sementara waktu kemarin harus menahan rasa dulu & berupaya meghindari gaya duduk bersila itu…
Belum tertangani unjuk rasa si lutut itu, disusul oleh sang panggul yang juga melu-payu berunjuk-rasa.ย Dan yang ini lebih menyiksa, maka mau tak mau akhirnya aku harus segera menggunakan BPJS lagi dan alhamdulillah kemarin sempat izin cari rujukan & periksa ke poli syaraf yang kemudian disarankan untuk melakukan fisioterapi, sehingga sabtu pagi tadi aku harus standby ngantri di RS untuk fisioterapi.
Begitulah, pagi-pagi sudah menyambangi RS terdekat dari rumah, dan mendapatkan nomor….172! Olala…ternyata orang-orang lain sudah ambil nomor sejak subuh! hihi… yo wis lah, gak papa… memang sudah siap nunggu lama dengan berbekal buku kok..hehe..
Saat di ruang tunggu itu, aku sempat juga mengamati beberapa pasien / keluarga pasien yang juga sedang sama-sama ngantri periksa, juga terlibat pembicaraan dengan ‘tetangga’ kanan-kiri tempat dudukku.
Si ibu muda yang duduk di sebelahku agak sewot saat mendengar pembicaraan 2 orang bapak-bapak sepuh yang duduk di belakang kami, yang rupanya mempunyai ‘kenalan’ di RS itu yang bisa mengambilkan no urut kecil -tidak hanya satu, namun beberapa nomor- untuk bapak itu dan teman-temannya.
“Huh.., sudah sepuh kok malah ngajari yang gak bener,” demikian celetuk ibu itu dengan agak jengkel, “curang kok dipelihara…”
Rupanya dia dongkol karena sudah datang jam 5 pagi tetap saja dapat no lebih dari 100, rupanya nomor kecil sudah ada yangย mborong, hehe..
Aku pun hanya senyum-senyum saja menanggapi kesewotan ibu tadi. Rupanya bapak-bapak itu merupakan pasien-pasien lama yang sudah saling kenal karena sering berobat bersama, sehingga mereka sudah punya trik untuk mensiasati sistem antrian itu..
Setelah menjalani proses pendaftaran -yang cukup menguji kesabaran- hingga mendapatkan surat jaminan BPJS maka akupun segera menuju poli fisioterapi yang ada di lantai bawah gedung itu, dan di sana aku pun menjumpai hal yang baru lagi.
Jam menunjukkan pukul 9 kurang sedikit, namun di ruang tunggu poli itu ternyata sudah cukup banyak pasien yang mengantri giliran periksa dan sebagian besar dari mereka sudah lanjut usia. Namun yang paling mencolok adalah suasana keakraban diantara mereka.
Bapak-bapak & ibu-ibu sepuh yang ada di sana saling berinteraksi dengan akrab. Saling menanyakan perkembangan kondisinya, ada yang pinjam-meminjam buku bacaan, ada pula ngobrol bareng dengan santai, bahkan ada yang membawa & membagikan camilan! Hihi…, seolah mereka sedang ada di pertemuan sosial dan bukannya sedang mengantri periksa di RS
Ah ya, tentu saja… Terapi pasien memang sebuah tindakan yang harus rutin dijalani oleh pasien, bukan hanya 1-2 kali saja, dan waktu tunggu untuk periksa itu cukup lama juga -minimal 1 jam (berdasarkan cerita beberapa pasien tersebut)- sehingga tidak heran bila para pasien itu akhirnya menjadi saling mengenal dan bahkan akrab satu sama lain.
Nah, itu adalah aturan tentang tatacara pelayanan bagi pasien yang ditempel di dinding ruang tunggu itu, dan saat mendaftar juga sudah diberitahu bahwa pasien akan dipanggil sesuai urutannya, namun tetap saja ada yang mondar-mandir ke dalam untuk menanyakan kapan gilirannya ataupun mencoba membujuk petugas untuk dapat masuk lebih dulu ๐
Setelah menunggu lebih 2 jam akhirnya namaku dipanggil dan hasil konsultasi pagi itu ada indikasi pengapuran pada tulang lutut kanan yang berimbas pada nyeri di panggul kiri.ย Untuk mengatasi keluhan di panggul hanya diberikan obat & disarankan untuk melakukan peregangan rutin di rumah, namun untuk mengatasi keluhan di lutut harus dilakukan terapi 2x seminggu yang dimulai siang tadi.
Terapi yang disarankan oleh dokter untuk kujalani disebut Terapi SWD. Apa pula itu? Sambil mengamati petugas yang memasangkan alat, aku tanya apa kepanjangan SWD itu, apakah terapi itu menggunakan sinar atau apa? Dia mengatakan kepanjangan SWD itu dan bahwa terapi itu menggunakan gelombang. Hm, aku pun mencatat jawabannya dalam hati agar sesampai di rumah dapat langsung nyari-nyari info apa itu SWD. Oya, ini penampakan alat SWD yang memanaskan kedua lututku secara bergantian (masing-masing selama 10 menit) siang tadi :
Short Wave Diatermi (SWD) yaitu adalah alat yang menggunakan pemanasan pada jaringan dengan merubah elektromagnet menjadi energi panas. Ternyata dari terapi itu diharapkan dapat menigkatkan kelenturan jaringan kolagen yang dalam, penurunan kekakuan sendi, menghilangkan nyeri yang dalam dan kekakuan otot, peningkatan aliran darah dan diikuti dengan resulusi inflamasi. Itulah keterangan yang kudapat hasil tanya sana-sini di dumay. Untuk hasil dari terapi itu pada lututku…masih harus bersabar beberapa minggu lagi untuk mengetahuinya… ๐
Akhirnya sekitar jam 1 siang aku sudah menyelesaikan terapi, mengambil obat dan bersiap pulang ke rumah. Nunggunya jam-jaman…terapinya mung saknyuk-an..hihi… Tapi OK lah…, setidaknya ada pelajaran yang kudapat siang tadi, antara lain bahwa (1) berbuat baik untuk sekelompok orang hendaknya tetap memperhatikan kepentingan orang lain; (2) silaturahmi dapat dilakukan di mana saja…, di ruang tunggu poli klinik pun jadi… (3) berkenalan dengan alat terapi SWD.
Nah, itu cerita akhir pekanku, teman… apa cerita akhir pekanmu kali ini?
10 Comments
Leave a reply →