KALI ASEM BINATOER
…
Di kala jiwa anak
mengendap merayap
menggapai cita kelak dewasa
Kali Asem Binatoer
adalah teman bercanda ria
teman berenang bersama udang
teman menyelam bersama ketam
Tiada sampah tiada limbah
air mengalir menyapa sawah
agar padi menguning menjadi berkah
Kali Asem Binatoer
walau katanya kau punya makna asam yang hina dina
tapi duka tak pernah kau rasa
bersama sampan dan ikan sebagai teman setia
Kali Asem Binatoer
kini engkau telah tertipu oleh manusia-manusia dungu
yang membuang sampah, membuang limbah
tapi mereka katakan membawa berkah
Kali Asem Binatoer
kini airmu yang mengalir menyusuri depan istana raja
telah berubah warna
bersama racun yang kelak bisa membawa bencana…
( Muchsin – Tepi Asem Binatoer, 26-2-2015 )
***
Puisi di atas ditulis oleh seorang bapak yang sudah cukup sepuh –salah seorang relawan pembangunan masyarakat yang berdomisili di Kelurahan Podosugih Kec Pekalongan Barat- sebagai salah satu bentuk keprihatinan beliau akan kondisi sebuah sungai tempat bermainnya di masa kecil.
Sungai itu bernama Kali Asem Binatur, salah satu dari 5 DAS yang mengalir melewati beberapa kelurahan di Kota Pekalongan terutama di Kecamatan Pekalongan Selatan dan Pekalongan Barat, dan alirannya melewati depan Kantor Pemkot Pekalongan.
Setelah membacakan puisi tersebut, Pak Muchsin -demikian nama bapak yang menulis dan membacakan puisi tersebut- menceritakan bahwa saat beliau kanak-kanak kondisi sungai itu sangat berbeda dengan saat ini. Kala itu, airnya jernih dan mengalir deras, sangat nyaman sebagai tempat ia berenang bersama teman-temannya atau memancing ikan-ikan yang hidup di sungai itu.
Tapi itu dulu … Kini, tak ada lagi orang tua yang akan mengizinkan anak-anak berenang di sungai itu. Air sungai tak hanya buthek, namun juga telah tercemar limbah dari kegiatan industri printing, batik, tekstil, yang tak mempunyai IPAL dan ada di hampir sepanjang aliran sungai itu. Warna air seringnya berwarna kecoklatan, kadang-kadang bahkan biru kehitaman. Selain itu, masih ada juga masyarakat yang membuang sampah langsung ke sungai! 🙁
Sebenarnya bukan tak ada usaha untuk mengatasi persoalan itu. Pemkot bersama masyarakat telah membangun dan memfungsikan beberapa IPAL untuk industri-industri kecil yang berpotensi mengalirkan limbah ke sungai ini, penataan lingkungan pemukiman pinggir sungai telah dilakukan dan juga terus diupayakan peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai. Pak Muchsin adalah salah satu diantara relawan-relawan yang menggerakkan masyarakat menjaga kebersihan lingkungan dan sungai ini.
Namun usaha ini masih harus terus berlanjut, tidak hanya menjadi tugas pemerintah saja namun partisipasi masyarakat dalam upaya ini sangatlah menunjang keberhasilan usaha ini kelak.
Akankah mungkin kondisi sungai kembali seperti dahulu?
Bukan hal yang mudah pastinya … namun juga bukan hal yang mustahil, bila kita semua berperan aktif mengusahakannya! Insya Allah …
5 Comments
Leave a reply →