LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Rumahku, (harus jadi) sarang nyamanku…

| 9 Comments

Sore yang masih panaaas…

Lalang Ungu. Oktober sudah hampir berlalu, tapi cuaca di daerahku belum berganti. Hari masih terasa puanaaas, bahkan ketika hari telah beranjak sore. Meskipun di daerah lain mungkin sudah mulai sering hujan -bahkan menurut berita sudah ada yang kebanjiran- tapi hujan masih menjadi kondisi langka bagi kami saat ini.

Para petani padi masih menunggu-nunggu hujan sehingga belum mulai mengolah tanah apalagi mulai tanam, sementara para petinggi di Pusat sudah ngoyak-oyak pencapain target luas tanam yg belum terealisasi..hiks..*curcol

Eh maafkan kok malah tsurhat di sini, hehe.. Kembali ke bahasan awal deeh… Saat di luar sedang hot potato-potato alias panas kentang-kentang -istilah Jawa untuk kondisi puanaaas pwool- seperti sekarang ini, sungguh kusyukuri kami punya tempat berlindung yang relatif nyaman, sehingga saat ini pun bisa nulis sambil ngleyeh tak terganggu cuaca di luar.

Ya, alhamdulillah ada rumah sederhana tempat kami berlindung dari panas dan hujan ini, yang meskipun belum memenuhi kriteria rumah impian tapi tetap kami usahakan untuk menjadi sarang nyaman kami selama ini.

Memang kriteria rumah impiannya yang seperti apa?

Rumah yang dekat dengan alam… ( Sbr Gb. Pixabay )

Hm, duluuuu… aku pernah mengkhayal untuk tinggal di daerah sejuk. Tak harus di puncak gunung lah, di lereng atau lembah bukit pun cukup, asal berhawa sejuk dan terbebas dari polusi udara. Rumah yang dekat dengan alam, itulah rumah impianku.

Rumah itu kuimpikan mempunyai halaman cukup luas di sekitar rumah yang ditanami pepohonan buah nan rindang, ada petak-petak untuk ditanami bunga warna-warni dan ada pula petak-petak sayuran yang untuk dikonsumsi sehati-hari. Halaman asri yang akan menjadi tempat anak-anak aman dan nyaman bermain di luar rumah, mengenal alam dan melakukan permainan-permainan luar ruang yang menyehatkan.

Anak-anak butuh mengenal alam sejak dini.. (Sbr Gb. Pixabay)

Lalu bagaimana dengan bentuk rumahnya?

Kata para tetua, rumah harus kokoh, agar aman dan nyaman…. ( Sbr Gb. Pixabay)

Tentu saja rumah impianku tak harus besar dan luas seperti puri-puri di cerita novel sejarah kesukaanku..hehe.. Yang sedang-sedang saja lah.. (sudah ngeri duluan untuk bersih-bersihnya bila rumahnya luas..hehe..dasar pemalas!).

Yang penting ada kamar terpisah untuk orang tua dan anak-anak (yang ini salah satu konsep rumah Keluarga Sejahtera dari BKKBN nih..hehe) dan ada ruang-ruang untuk beraktivitas keluarga. Oya kurasa perlu juga ada kamar tamu karena kami dari keluarga besar yang suka saling berkunjung, hehe…

Adakah ruang khusus yang diinginkan?

Buku..buku…dan bukuuu… (Sbr Gb. Pixabay)

Hm, ku memang berharap ada ruang khusus di mana kami bisa menyimpan seluruh buku-buku & koleksi bacaan, sekaligus menjadi tempat yang nyaman untuk membaca, menulis ataupun sekedar santai menghabiskan waktu bersama.

Wah..rumah impian yang nyaman.. Lalu bagaimana realisasinya?

Haha…jauh panggang dari api!

Kebalikan dari impianku untuk tinggal di daerah perbukitan berhawa sejuk, realitanya saat ini kami tinggal di daerah tepi pantai yang puanaaas hampir di sepanjang musim!

Sebagaimana tipikal perumahan sedang, tak ada halaman luas di sekitar rumah kami. Pemukiman yang padat, rumah saling berhimpitan kanan-kiri, menyisakan sedikiit ruang terbuka di depan sekedar pantes-pantes punya halaman depan..hehe..

Begitupun kondisi di dalam rumah. Keterbatasan ruangan yang ada menjadikan kami harus pintar-pintar mensiasatinya. Sebuah ruang pustaka -bahkan yang mungil- masih menjadi kemewahan yang belum terjangkau saat ini. 😀

Ya, begitulah kondisi rumah kami saat ini, yang masih jauh dari kondisi rumah impianku.

Menyesal?

Tentu tidak!

Mempunyai rumah sendiri, seberapapun sederhananya, adalah nikmat dari Nya yang akan selalu kusyukuri. Kalaupun belum sesuai dengan impianku, maka mungkin memang baru sampai di taraf ini rezeki kami.

Menata agar rumah kami saat ini mendekati kondisi rumah impianku, mungkin itu hal minimal yang dapat kuupayakan saat ini. Tak akan mungkin memperluas halaman -kecuali ada rezeki lebih untuk membeli rumah tetangga kanan-kiri, hehe..- jadi memanfaatkan sejengkal halaman itulah yang dapat kami lakukan.

Pohon Belimbing di halaman…

Alhamdulillah masih ada sedikit lahan untuk menanam pohon. Ada pohon Mangga, Belimbing dan Jambu air sebagai tanaman peneduh, meski harus rajin-rajin memangkas ranting-ranting agar tak mengganggu jalan lingkungan ataupun kabel-kabel listrik dan telepon. Juga harus merelakan lantai teras yang sering terganggu akar..hehe.. Selebihnya menanam dengan pot-pot yang ditata berjajar atau vertikal dengan bantuan rak pot adalah upaya agar lingkungan hijau dapat tercipta sebagai sumber oksigen. Oya, impian terbaru kami adalah bertanam hidroponik di teras, mohon doa semoga ada rezeki untuk pengadaan sarananya.. 😀

Di pameran kemarin, Ibu jatuh hati dg Rak Hidroponik ini 🙂

Sedangkan untuk penataan dalam rumah tentu dengan memanfaatkan ruang-ruang secara fungsional. Prioritasnya adalah pemenuhan fungsi utamanya, dan tetap berupaya memfasilitasi hobi meskipun belum maksimal. Rak-rak buku masih tersebar di ruang tamu, ruang keluarga dan kamar tidur pun sementara ini, dimaklumi saja..hehe..

Adapun tentang suasana pegunungan yang sejuk, ya..rajin-rajin menabung saja agar bisa sering-sering tetirah di lokawisata di daerah sejuk ☺

Nah, itulah ceritaku tentang rumah impian dan upaya kami untuk menjadikan rumah kami saat ini tetap menjadi sarang nyaman bagi kehidupan kami sehari-hari. Tulisan ini untuk memenuhi tema arisan Blog Gandjel Rel putaran ke-14 yang ditentukan oleh mba Archabella dan mba Dian Nafi, yaitu “deskripsikan rumah impianmu“.

Bagaimana denganmu, teman? Punya rumah impian juga tentunya ya…, seperti apa tuh? Silakan bagi cerita di komen yaa….

9 Comments

Leave a Reply

Required fields are marked *.