“Te, kami positif…”
Blaaar… Selarik pesan dari keponakanku lewat WA di awal minggu lalu cukup mengejutkan meski hal itu mengkonfirmasi kecurigaan yang kami rasakan sebelumnya. Sebenarnya, ayahnya yang sudah lebih dahulu batuk-pilek sekitar semingguan belum juga sembuh namun sulit diminta periksa.
Lalu setelah dibujuk-bujuk sedemikian rupa dan diantara yang serumah juga mulai menunjukkan gejala batuk akhirnya mereka sekeluarga periksa ke RS. Ibunya yang pertama di-swab dan terkonfirmasi positif, lalu berturut semuanya terkonfirmasi sama. Lima orang sekeluarga: ayah, ibu dan 3 anak (2 remaja akhir dan 1 kanak-kanak) 😢
Mengetahui berita ini, kami sedih tentu saja. Sedih dan khawatir karena tidak tahu pasti bagaimana kondisi sebenarnya, meskipun sekeluarga diminta untuk isolasi mandiri di rumah saja karena hasil pemeriksaan awal di RS waktu itu tidak merujuk ke kondisi gawat darurat.
Yang kami khawatirkan karena kakakku (sang ayah) mempunyai riwayat penyakit batu ginjal yang cukup kronis, di samping usianya yang masuk kategori Lansia awal. Juga usia si bungsu yang masih 5 tahun itu.
Dukungan Apa Yang Bisa Kita Berikan Saat Kerabat Harus Isolasi Mandiri?
Lalu, apa yang akhirnya kami lakukan untuk membantu keluarga kakak yang harus isolasi mandiri (isoman) ini? Tulisanku berikut ini adalah catatan tentang hal ini ya..
1. Tenangkan Rasa Panik Yang Melanda.
Seringkali, rasa panik langsung menerpa mereka yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan harus isoman, apalagi bila sekeluarga terkonfirmasi sama. Rasa panik ini biasanya membuat pikiran buntu, tak bisa berpikir logis dan dikuasai dengan kecemasan.
Maka peran pertama kita adalah menenangkan mereka. Meski merasa kaget, sedih dan khawatir, kami tidak boleh ikut panik atau menyampaikan kata-kata yang menunjukkan kepanikan kami yang bisa membuat mereka lebih down. Sebaliknya kami sampaikan keyakinan bahwa mereka akan bisa melewati ujian ini dengan baik, yakinkan bahwa mereka tidak sendiri. Ada kami yang akan bantu mereka semampu kami.
2. Bantu Ciptakan Kondisi Nyaman & Terjamin Kebutuhan Saat Isoman.
“Jogo Tonggo-nya jalan nggak di RT-mu?”
Itu pertanyaan berikutnya yang kusampaikan pada keponakaanku. Jogo Tonggo adalah salah satu sistem yang dibentuk sebagai dukungan lingkungan setempat kepada keluarga/warga yang harus isoman. Digagas oleh Gubernur Jawa Tengah pada awal pandemi tahun lalu, kegiatan warga dalam ‘Jogo Tonggo’ antara lain menjaga pasokan kebutuhan bagi warga yang isoman, antara lain kebutuhan makan-minum sehari-hari, obat-obatan dan lain-lain.
Jogo Tonggo ini sistem yang bagus namun sayangnya belum semua RT membentuk dan menjalankannya. Contohnya di lingkungan rumah kakak kami itu, belum ada Jogo Tonggo selama ini, mungkin karena belum pernah ada yang isoman. Hmm, kenyataan ini menjadikan pemenuhan kebutuhan keluarga kakak saat isoman menjadi PR utama, setidaknya di hari-hari pertama ini.
Alhamdulillah hari ke-3 isoman kakakku mengabarkan bahwa sudah mulai ada tetangga yang mengirim masakan/buah-buahan bagi keluarga mereka. Dan ada yang bersedia dititipi membelikan keperluan keluarga. Jogo Tonggo sudah mulai bergerak..syukurlah.. 🙂
Rumah kami beda kota meski masih dalam 1 provinsi, jadi jarak merupakan kendala utama untuk men-support secara langsung. Kami menginventarisir kebutuhan vitamin-vitamin dan juga jamu/obat herbal yang bisa membantu, membelikannya di kota kami dan mengatur pengirimannya ke rumah kakak melalui jasa pengiriman tercepat yang paling mungkin. Satu hari pengiriman saat ini adalah waktu yang paling cepat.
Tindakan lainnya adalah mengisi dompet digital yang mereka miliki untuk mempermudah transaksi-transaksi secara online karena sekeluarga tidak bisa keluar rumah termasuk ambil dana di ATM. Tentu dilengkapi dengan mengumpulkan dan mengirimkan informasi tentang toko/apotek yang melayani secara online yang lokasinya dekat dengan rumah mereka.
Kepada mereka kami sampaikan untuk membatasi pengeluaran secara cash sebisa mungkin dan lebih mengutamakan pembayaran sistem transfer sampai melewati masa isoman sehingga bisa keluar rumah termasuk ke ATM.
Alat pengatur suhu badan dan pengukur saturasi oksigen adalah yang pertama kami beli secara online dengan pengiriman langsung ke alamat rumah kakak, karena alat-alat ini menurut kami cukup vital dalam kondisi isoman. Sedangkan untuk persediaan oksigen tabung kecil dibeli secara online di apotek sekitar sana yang bisa pesan-antar.
3. Saring dan Transfer Informasi
Selanjutnya kami mencari lebih banyak informasi terkait hal-hal yang perlu dilakukan / obat & peralatan yang perlu disediakan saat isoman. Informasi ini kami peroleh secara online maupun dari pengalaman beberapa teman penyintas Covid-19 ini. Terima kasiiiih, teman-teman..
Oya, info-info bermanfaat yang sangat relevan kami peroleh juga dari postingan teman-teman, antara lain dari post di akun IG mbak Nia Nurdiansyah / Little Organic Kitchen berikut ini :
Setelah memperoleh beragam informasi, yang sangat penting dilakukan pertama adalah melakukan penyaringan informasi-informasi yang kami terima sebelum meneruskannya kepada keluarga kakak yang isoman. Ini penting, jangan sampai informasi yang kita sampaikan justru menimbulkan masalah baru, misalnya perasaan takut/khawatir berlebihan yang justru merugikan kesehatan mental mereka.
Salah satu info penting yang kami terima dan kemudian kami teruskan adalah terapi uap air panas yang sudah ditetesi minyak kayu putih, untuk melegakan pernafasan dan merangsang kembali berfungsinya indera penciuman. Juga info tentang proning yaitu pengaturan posisi tubuh yang dilakukan untuk meningkatkan saturasi oksigen khususnya bila tidak ada tabung oksigen yang bisa digunakan misalnya saat isoman di rumah.
4. Terus Tingkatkan Semangat Penderita Untuk Sembuh
Nah, menjaga dan meningkatkan semangat mereka ini yang susah-susah gampang. Sebagaimana kita tahu, saat sakit seringkali timbul perasaan-perasaan negatif yang menyebabkan menurunnya semangat hidup dan tentu saja ini sangat membahayakan.
Kami melakukan komunikasi lebih sering, baik melalui telepon, berbalas pesan maupun video call. Meskipun hanya menanyakan kabar, atau cerita-cerita hal-hal receh, namun terbukti komunikasi dua arah (beberapa kali juga conference call bersama keluarga kakak di kota lainnya) sangat membantu menjaga semangat mereka, terutama mas-ku.
Saat ini alhamdulillah tinggal mas ku saja yang kondisinya masih agak berat. Istri dan putera-puterinya sudah jauh lebih baik. Nah, kecerewetan kami saat VC alhamdulillah beberapa kali membuat mas kembali mau makan/minum obat/terapi oksigen di saat sebelumnya keluarga di sana tak berhasil membujuknya. Kangen dicereweti adik-adiknya mungkin ya..hehe..
Pada awal masa isoman, keluarga kakak sempat merasa down menghadapi sikap beberapa tetangga yang menggunjing sambil jalan bergegas saat lewat depan rumah, atau anak-anak tetangga yang ribut ‘kofit-kofit’ saat berlarian di depan rumah mereka. Si bungsu sering merasa jengkel karena tak boleh keluar-keluar, memandang sendu teman-temannya yang berlarian di depan rumah. “Mah, kita kenapa? kena virus itu apa?” tanyanya berulang-ulang tiap kali mendengar anak-anak di luar meneriakkan ‘awas viruus’ 😥
Menanggapi hal ini, melalui telepon/percakapan di WA, terus kami kuatkan hati mereka. Reaksi tetangga seperti itu ya dimaklumi saja dulu, karena mereka belum tahu yang sebaiknya. Nanti akan sadar sendiri.. Kata kakakku di grup WA RT mereka juga pak RT sudah memberikan penjelasan kepada warga, jadi kami mohon mereka bersabar dan tetap berbesar hati. Alhamdulillah kemudian kondisi ini mulai membaik, seperti kutuliskan sebelumnya bahwa Jogo Tonggo sudah mulai berperan di sana sehingga kami yang jauh ini sedikit lega.. 🙂
Mohon doa ya teman-teman…semoga kakakku sekeluarga segera sembuh kembali dan dapat beraktivitas seperti semula. Aamiin… 🤲
Demikianlah Sahabat Lalang Ungu, beberapa hal yang kami lakukan untuk mendukung keluarga kakak yang sedang isoman di lain kota. Apakah sahabat ada pengalaman serupa? Atau tips yang bisa diterapkan bagi mereka yang harus isoman? Yuk, bagi ceritanya di kolom komen ya..
Pandemi belum berakhir, tampaknya gelombang kedua telah mulai. Yuk semuanya, jangan kendor prokes 5M-nya dan lakukan vaksinasi Covid-19 sebagai salah satu upaya sehat kita. Salam sehat semuanya…
Pingback: Membuat Pupuk Organik Sederhana dari Kulit Bawang, Cangkang Telur dan Kulit Pisang