LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Panas untuk dendrobium

Ceritaku 17 Bulan Merawat Seedling Dendrobium

| 24 Comments

Hai Sahabat Lalang Ungu, suatu hari di bulan lalu, sebuah komen dari sahabat di salah satu status FB ku membuatku senyum-senyum sendiri. Status FB ku yang dikomentari saat itu adalah tentang kebahagiaan menyambut anak-anak hijau adopsian terbaru.

Komen di FB

Keracunan anggrek yaaa?? 🤭

Aku keracunan anggrek? Haha…iya memang betul.. Sepertinya saat ini aku sudah mulai keracunan merawat Anggrek meskipun dua tahun sebelumnya aku masih beranggapan tanganku termasuk panas untuk anggrek alias hampir selalu gagal merawatnya. Nah, tulisan ku kali ini adalah cerita pengalaman ku memberanikan diri merawat Anggrek.

Berawal Dari Rasa Penasaran

Berawal dari rasa penasaran karena sebelumnya hampir selalu gagal merawat anggrek, awal 2021 aku memutuskan merawat 1 pot dendrobium yang sudah siap berbunga.  Konon dendrobium adalah salah satu jenis anggrek yang paling tepat bagi pemula karena relatif mudah dirawat.

Anggrek Dendrobium

Anggrek pertamaku di awal 2021 : Dendrobium hasil Kultur Jaringan

Ketika 1 pot itu percobaan itu tetap hidup selama beberapa bulan bahkan mulai muncul spike alias tangkai bunga, aku lalu memberanikan diri merawat 1 pot anggrek lain dari rumah kakak. Kali ini jenisnya Cattleya, sudah dewasa dan pernah berbunga di rumah kakak.

Alhamdulillah Si Catty rupanya betah juga dalam rawatanku. Sempat kupisah menjadi 3 rumpun mereka tetap hidup dan masing-masing berhasil berbunga, menyusul Si Dendro yang sudah berbunga duluan.

Cattleya Mantini

Cattleya Mantini, anggrek keduaku

Merawat Anggrek Dari Seedling

Nah, keberhasilan merawat Dendro dan Catty itu membuatku lebih percaya diri untuk merawat Anggrek dan pada Desember 2021 akhirnya kuputuskan untuk menambah koleksi anggrek dengan membeli 12 jenis dendrobium dalam kondisi seedling / anakan.

Alasan Memilih Seedling Anggrek

Kok mau sih beli anggrek anakan / seedling? Sudahlah tak bisa langsung menikmati keindahan bunganya, masih harus merawat entah berapa lama tanpa ada jaminan mereka tetap hidup / akan berbunga?

Ya, memang ada beberapa teman bertanya seperti itu padaku. Aku sih senyum saja..ku jawab asal bahwa seedling anggrek relatif murah dan terjangkau olehku. Maklum sebagai pemula terus terang aku tak mau merogoh kantong terlalu dalam, takut kecewa akhirnya..😁

Memang ada banyak pilihan untuk merawat anggrek. Bisa mulai langsung membeli anggrek dewasa yang sudah berbunga sehingga jelas jenisnya, atau anggrek dewasa yang sudah siap bunga, atau anggrek usia remaja atau bahkan bibit anggrek / anakan yang biasa disebut sebagai seedling anggrek.

Baby Dendrobium

Adopsi borongan Dendrobium yang pertama di Des 2021

Nah dari banyak pilihan itu tentu ada plus minusnya masing-masing. Tergantung jenis / varian anggrek maka yang dewasa/berbunga tentu lebih mahal harganya. Perbandingannya, 1 tanaman dewasa berbunga bisa untuk membeli beberapa tanaman remaja atau bahkan lebih banyak lagi untuk yang ukuran seedling. Itu sebabnya aku memilih yang anakan, bisa membeli beragam jenis sekaligus tanpa harus merobek kantong 🤭

Bergabung Dengan Grup Pecinta Anggrek di FB

Setelah memutuskan mulai merawat anakan anggrek waktu itu, aku pun bergabung ke beberapa grup FB tentang anggrek. Alhamdulillah aku mendapatkan banyak pengetahuan baru tentang budidaya anggrek dari grup-grup itu. Saling berbagi info, saling bertanya apabila ada masalah pada rawatan masing-masing, hingga berbagi info tentang akun-akun jual beli anggrek secara online yang harus diwaspadai karena disinyalir sebagai tukang tipu!

Mengenal Kebutuhan Masing-masing Anggrek

Merawat anggrek seedling memang berbeda dengan merawat anggrek dewasa. Penempatan di lokasi yang paling sesuai dengan kebutuhan sangatlah penting, dan masing-masing berbeda sesuai jenisnya.

Panas untuk dendrobium

Dendrobium butuh panas yang cukup untuk proses berbunga

Anggrek Dendrobium lebih suka panas dan lebih berani dirawat dengan sistim full sun full rain (FSFR) alias di tempat terbuka yang terkena panas ataupun hujan, bila dibandingkan dengan Anggrek Cattleya ataupun Anggrek Bulan.

Namun demikian, tetap harus berhati-hati pula memperhatikan umur & kondisi tanaman. Setelah melakukan FSFR pada beberapa pot selama beberapa minggu dan berhasil memunculkan spike / tangkai bunga, aku pernah melakukan kesalahan dengan melakukan FSFR pada pot-pot lainnya, termasuk 2 yang paling muda. Akhirnya…gosyoooong saudara-saudara!! 😁

Alhamdulillah keduanya tidak sampai mati sih, tapi keduanya sempat gundul karena daun-daun yang gosong harus dipangkas, lalu setelah mereka kembali ke naungan tunas-tunas mulai muncul lagi..

Merawat Anggrek Dengan Pupuk Alami

Salah satu hasil ikut grup pecinta anggrek di FB adalah mengenal dan membuat berbagai pupuk alami untuk merawat Anggrek. Ya, anggrek sama dengan tanaman lainnya, tidak harus dirawat hanya dengan mengandalkan pupuk kimia yang memang bisa ditemukan dengan mudah di toko online maupun offline.

Ada banyak bahan dari lingkungan kita yang baik untuk digunakan sebagai pupuk, tidak hanya bagi anggrek namun juga tanaman lainnya. Bahan-bahan itu antara lain:

– Air Cucian Beras

– Kulit Bawang

– Kulit buah : jeruk, pisang.

– Kulit Telur

Gel tanaman Lidah Buaya

Jadi sekarang ini di dapur selalu sedia tempat penampungan air cucian beras, tempat pengumpulan kulit bawang, kulit jeruk / pisang dan juga kulit telur sebagai bahan pembuatan pupuk alami. Alih-alih membuang mereka begitu saja ke tong sampah, kami merendam kulit bawang ataupun kulit pisang itu selama semalam dan paginya bisa dicampur air untuk disiram ke tanaman. Berselang-seling dengan air cucian beras.

Pupuk organik dari limbah dapur

Yuk..membuat pupuk dari limbah dapur

Adapun untuk kulit telur dicuci bersih lalu dijemur, setelah kering dihaluskan dan bisa disimpan untuk digunakan sebagai taburan di media tanam. Saat menghaluskan tidak perlu sampai sangat lembut, secukupnya saja. Selain berfungsi sebagai pupuk (sumber kalsium) remukan kulit telur di permukaan media tanam menjaga tanaman dari serbuan siput/bekicot /molusca lain.

Oya, meletakkan irisan timun di sekitar tanaman anggrek pada malam hari dapat menjadi jebakan buat siput-siput kecil pemangsa. Jika memang mereka ada, keesokan harinya siput-siput itu akan menempel pada irisan timun dan mudah bagi kita untuk membasminya.

Asyiknya Mengamati Perkembangan Anggrek

Oya tadi awal kusebutkan bahwa salah satu alasanku memilih anggrek anakan adalah karena harganya terjangkau. Alasan lainnya sebenarnya adalah karena aku ingin mendapatkan pengalaman merawat anggrek, bukan hanya ingin menikmati keindahan bunganya saja.

Nah dengan merawat anggrek sejak seedling pengalaman itu akan sangat terasa. Hari ke hari merawat mereka menimbulkan kedekatan tersendiri. Aku pun makin banyak belajar, tidak hanya belajar disiplin, namun juga belajar sabaaaar dan yang tak kalah pentingnya makin banyak bersyukur atas apapun pencapaian, bahkan yang tampak sepele.

Spike Dendrobium

Bersyukur atas setiap pencapaian…sekecil apapun.. 😊

Menemukan akar maupun tunas baru di setiap pot rawatan kita adalah hal sederhana yang sudah bisa mengukir senyum dan mendaraskan kata syukur. Apalagi menemukan tanda-tanda tanaman kita akan berbakti..rasanya sungguh uhuuy sekaleee

Dan aku sengaja mengabadikan setiap perkembangan itu dan menyimpannya di album FB maupun highlight story’ IG ku. Oya, tulisan ini pun sebenarnya bentuk / upaya menyimpan perkembangan tanaman2 itu lho..hehe ..

Perkembangan Bunga Sonia

Ini kolase foto-foto perkembangan bunga D.Sonia Ersakul yang butuh 37 hari dari spike hingga mekar

Kekurangan Merawat Anggrek dari Seedling

Ada kelebihan, tentu ada pula kekurangannya ya.. Begitupun pilihan merawat anggrek dari seedling ini, tenya ada hal-hal yang bisa dilihat sebagai kekurangan (meskipun itu relatif ya..hehe)

Beberapa kekurangan itu adalah sebagai berikut:

  • Perlu waktu dan kesabaran lebih. Haha..ini sih pasti lah yaa… Bagi orang-orang yang merasa tidak memiliki banyak waktu dan kesabaran maka pilihan merawat anggrek dari anakan ini lebih baik di-skip saja, daripada justru bikin darting alias marah-marah tak jelas karena tak sabar melakukan proses perawatannya.
  • Identitas Seedling Belum Tentu Benar. Jadi saat membeli anakan anggrek biasanya penjual menyertakan catatan tentang masing-masing seedling itu. Ada yang berupa nama populer / nama latin / nama indukannya apabila bibit itu belum dipatenkan namanya. Nah, belum tentu nama yang diberikan itu benar. Biasanya diketahui setelah muncul bunganya, yang ternyata berbeda dengan gambaran yang diberikan sebelumnya atau saat googling nama / ID di internet.
  • Harus siap kecewa jika tanaman dewasa tak sesuai harapan. Misalnya saja beli bibit berbagai jenis / warna (menurut penjual) ternyata setelah dirawat lama hingga dewasa dan berbunga, bisa saja ternyata mereka sejenis / sewarna tapi beda jenis, hehe..Koreksi ID

Kata penjual ID-nya D. Malaysian Green…setelah keluar bunganya, ternyata D. Sonia Ersakul 😁

Nah Sahabat Lalang Ungu itulah ceritaku merawat anggrek dendrobium dari seedling sejak 17 bulan lalu, dan Alhamdulillah sampai saat ini masih sehat semua ke-12 seedling itu. Satu diantaranya baru saja mekar perdana di 7/5/23 ini, yang satu insyaAllah mekar pada satu-dua hari ke depan, 2 lagi masih awal spike / tumbuh tangkai bunga. Mudah-mudahan 8 lainnya segera menyusul berbakti dengan bunga-bunga indahnya masing-masing 😊

Sampai jumpa di #ceritaanggrekku lainnya ya ..

24 Comments

  1. Pingback: Biar Seger | Opera Van Oyen

Leave a Reply

Required fields are marked *.