Suasana terminal bus -seperti biasanya- selalu ramai, begitu juga yang kujumpai ketika sampai di Kota Tegal sabtu pagi kemarin. Turun dari bus, masih harus menunggu kakak yang akan menjemput dari rumahnya di Brebes, oleh karena itu aku, ibu dan adikku duduk-duduk di depan salah satu agen bus yang sebelumnya membawa kami ke kota itu.
Sedang asyik membuka FB dengan HP ketika tiba-tiba ada panggilan masuk. Kukira dari kakak yang akan menjemput, ternyata dari nomor yang tak kukenal.. Ketika kemudian kuterima, begini ringkasan percakapan telepon itu :
“Haloo… ini ibu…. (menyebutkan nama panggilanku di kantor) “
“Betul, pak.. Maaf ini dari siapa, ya?”
“Saya dari Polda Jateng bu.. Saya sudah menelpon Pak X (nama atasanku) berkali-kali tapi tak bisa sambung. Bisa saya minta tolong disampaikan pesan?”
“Insya Allah pak.. Maaf ini dengan Bapak siapa ya?”
Kurang jelas apakah penelepon menjawab atau tidak, karena suara bising di sekitarku, sehingga aku minta diulang, namun ia tak menanggapi permintaanku.
” Ini saya mau minta tolong untuk menyampaikan pesan pada istrinya Pak Sigit”
“Maaf, Pak Sigit yang mana ya?”
“Lho.. masa anda tidak tahu Pak Sigit Suryono. Pak X saja tahu lho.. Dia kan mantan pejabat di kantor XX (menyebutkan nama kantor kami tapi kurang tepat) “
“Maaf pak, mungkin saya tadi kurang jelas mendengar. Maklum saya sedang di terminal sekarang. Bisa diulang nama Pak Sigit, Pak? Seingat saya tidak ada mantan pejabat kantor kami bernama Sigit Suryono..”
“Hah.. ibu ini gimana sih.. masa sama senior tidak kenal. Ini penting bu, saya harus titip pesan pada istrinya…” suaranya terdengar kurang jelas lagi, meskipun aku sudah mencoba mencari pojokan yang lebih sepi, sambil mengingat-ingat nama senior-senior kami.. tetap saja nama itu tak muncul dalam ingatanku. Padahal aku juga bukan orang baru di kantor kami.
Ketika aku minta maaf & minta penjelasan lagi, mulailah si penelepon itu marah-marah..
“Ibu ini bagaimana sih… tidak sopan sekali dalam menerima telepon. Padahal ini penting sekali. Karena ibu tidak sopan, tunggu saja…akan ada surat panggilan dari Polda Jateng!” ketusnya sebelum mengakhiri telepon.
Tinggal aku terbengong sendiri… lhah…kok malah ngancam???
Akupun mencoba menghubungi Pak X -atasanku yg disebutkan tadi- namun lewat sms karena takut komunikasi lewat telepon akan terhambat lagi. Pada pesan itu kuceritakan singkat kejadiannya & kutanyakan mungkin beliau tahu apa maksud si penelepon.
Tak lama kemudian balasan sms dari Pak X masuk, dan pesannya singkat saja : “Wis, mbak… gak usah ditanggapi.. Biasa itu telepon teror.”
Hm… meski masih penasaran aku pun tak membahasnya lebih lanjut, terlebih karena kakakku yang menjemput sudah sampai dan kami pun meninggalkan terminal Tegal menuju rumah kakakku. Tapi, rasa penasaran itu masih mengusik juga.. apa maksudnya telepon teror? apa sejenis telepon tipu-tipu yang beberapa waktu ini terjadi di beberapa instansi lain? Maka aku bertekad akan bertanya langsung pada Pak X di kantor nanti…
Hm, kira-kira siapa ya?? *penasaranakut*
Pingback: Mampir sejenak di Keraton Kasepuhan Cirebon | Lalang Ungu
Pingback: Mampir sejenak di Keraton Kasepuhan Cirebon |