“..Masih syawalan saja, Bu!…”
Itu sekelumit tanya yg muncul di komen post sebelum ini, yang lumayan mak jlebb! bagiku..hehe…
Betul juga… Meriahnya acara syawalan sudah lewat relatif lama, namun masih saja tulisan tentang itu yang nangkring di halaman muka berandaku alias belum ada tulisan baru.. Pengen nulis macem-macem sih udah dari kemarin-kemarin..tapi kok ya adaa… saja kendalanya #ngeles
OK deh… Biar blog ini nggak sawangen alias dipenuhi sarang laba-laba gara-gara tak terjamah oleh si empunya, maka di awal weekend ini langsung tancap deh bikin tulisan.
Sebagai pemanasan, nulis yang ringan-ringan saja dulu.. *padahal biasanya juga tulisannya ringaaan terus teu aya nu berbobot! haha…*
Ini cerita-cerita ringan di keluarga kami pada Lebaran kemarin itu lho…
Lebaran 2014 ini -seperti tahun sebelumnya- kami awali di ‘markas besar’ yaitu rumah keluarga yang di Semarang, padahal rencana awal kami akan berlebaran di Pekalongan sebelum ke makam Bapak & Simbah di Semarang lalu silaturahmi ke Tegal.
Rencana tinggal rencana. Pada saat-saat akhir Romadhon, tiba-tiba ibu ngersake sholat Ied di Semarang saja, dilanjut nyekar-nyekar di sana lalu pulang ke Pekalongan & istirahat sehari sebelum pergi silaturahmi ke rumah Oom di Tegal dilanjut ke rumah kakak di Jogja.
Waah… perubahan rencana di saat akhir itu membuatku agak pontang-panting mencari tiket ke Semarang dan ke Jogja. Alhamdulillah… akhirnya masih kebagian 1 tiket ke Semarang & 2 tiket ke Jogja… Jadilah memenuhi keinginan ibu berlebaran di Semarang (lagi).
Lhoo.. judulnya kok Tahu? Apa hubungannya dengan tiket?
Haha… gak ada hubungannya sama sekali! Cerita nyari tiket di H-3 itu cerita pertama…nah, tentang TAHU itu cerita kedua…
Ada hubungan apa antara TAHU dengan Lebaran? Ceritanya begini teman…
H-2 alias hari Sabtu 2 hari sebelum Lebaran kemarin, alhamdulillah aku sudah bisa kumpul dengan ibu ( yang baru datang dari Jogja ) dan keluarga kakak yang di Semarang. Seperti biasa kami merencanakan menu yang akan tayang eh disajikan saat Lebaran itu. Setelah diskusi bersama (halaah..nggaya…) akhirnya disepakati kami akan masak ketupat (iyalaah… yg ini wajib di keluarga kami..hehe), opor ayam (mempraktekkan tips opor ayam sehat a la Wied Harry), Gudheg (karena gori-nya sudah cemepak di halaman) dan Sambal Goreng Tahu & Kentang.
Oya, khusus menu terakhir itu, memang berbeda dengan kebiasaan Lebaran-lebaran sebelumnya. Biasanya kami membuat Sambal Goreng Hati & Kentang, tapi karena adanya masukan dari Bu Dokter Jogja bahwa jeroan (hati dkk) tidaklah dianjurkan untuk dikonsumsi maka kami menggantinya dengan TAHU. Alasan lain…TAHU lebih bersahabat dengan gigi kami! Haha….
Setelah menu disepakati, maka pada H-1 Seksi Belanja pun menjalankan tugasnya ke Pasar Peterongan -pasar terdekat dari rumah kami- kemudian setelah semua siap di rumah maka Ibu, aku dan mbakku segera umyek di dapur untuk menindaklanjutinya.
Tak ada masalah selama proses masak-memasak itu, malah gayeng karena disambi ngobrol untuk meng-apdet berita terkini di lingkungan keluarga kami. Saat masak bersama seperti itu adalah salah satu momen yang selalu kurindukan saat Lebaran tiba 🙂
Masalah baru muncul pada sore harinya. Ketika adzan maghrib tiba, hidangan lebaran telah siap di meja makan untuk dicicipi pada buka puasa terakhir itu. Bahkan anak-anak lebih memilih kupat yang sudah matang daripada nasi yang sudah disediakan…hehe.. Satu persatu masakan yang tersaji dicicipi…dan sampailah pada Sambal Gorengnya.
Hampir serentak semua komplain karena merasa ada yang pahit!
Usut punya usut, ternyata rasa pahit itu bersumber pada tahunya. Entah apa yang salah pada bahan tahu yang kami beli segar pagi hari itu… Seingat kami saat memasak, tak ada apapun yang mencurigakan : tak ada bau aneh, warna putih mulus, tak ada lendir atau apapun yang mengindikasikan bahwa tahu itu jelek. Namun ternyata, setelah dimasak rasa tahu itu meninggalkan rasa pahit di lidah ( kami menyebutnya nyetheg ).
Waduuuh…. Apakah 2 wajan Sambal Goreng itu harus muspro (dibuang percuma) ? Oya, khusus Sambal Goreng kami memang memasak lebih banyak karena ada 2 versi : pedas & tak pedas. Tapi, demi kesehatan keluarga, jika memang tak dapat dimakan ya harus dibuang, bukan?
Tapi syukurlah, ketika kami mencicipi unsur-unsur penunjang Sambal Goreng lainnya, ternyata tak ada yang pahit. Ya hanya tahu-nya itu, sehingga untuk menyelamatkan 2 wajan Sambal Goreng itu maka kamipun memutuskan untuk memulung satu per satu potongan tahu yang ada di Sambal Goreng.
Memilah potongan-potongan kecil tahu dari potongan kentang -yang berpenampilan mirip- dari 2 wajan besar Sambel Goreng! Bayangkan, Saudara-saudara..! 🙁 *Terima kasih pada sendok garpu yang menjadi senjata kami malam itu…*
Jadi..begitulah balada tahu yang mewarnai malam takbiran kami, salah satu cerita yang tersisa dari Lebaran kami kemarin… Cukup konyol, bukan? hehe… Namun setidaknya, kami bisa memetik pelajaran dari peristiwa konyol itu : teliti sebelum membeli! Ya, pada perbincangan kami setelahnya, ada keluarga yang berpendapat bahwa kemungkinan tahu itu diberi bahan pengawet tertentu, yang tak terdeteksi saat kami membelinya… Entahlah.. semoga hal ini tak terjadi lagi..
Masih adakah cerita lainnya?
Masih laah… Bukan hanya cerita konyol yang mewarnai kebersamaan kami, ada pula sebuah ‘keuntungan’ dari Silaturahmi. Mau tahu ceritanya? tunggu episode selanjutnya yaa… 🙂
August 15, 2014 at 18:09
masih belum ketahuan ya ada apa dengan tahunya? kok bisa pahit gitu?
dugaan sementara, itu tahu diberi pengawet yang menyebabkan rasa pahit itu.. tapi kami belum dapat kepastian… se tas kresek potongan tahu itu kami buang langsung! 🙁
August 15, 2014 at 21:06
ndak coba tahu yang tersisa itu diincipi dulu. Sedikit saja tidak bakalan keracunan kok. Hanya untuk memastikan saja itu penyebabnya
Kami bertiga ngicipnya sdh beberapa potong dari beberapa bagian Sambal Goreng, Pak.. semua pahit.. 🙁 Kalau tahu sisa yg belum dimasak sdh tak ada…
August 15, 2014 at 22:04
Jeng…umyek….grudugan…menjadi bagian keluarga besar yang selalu indah dikenang
Balada tahu 2 wajan pengiring malam takbir yang berkesan
Salam hangat
Leres, Bu Prih.. kebersamaan itu akan selalu kami rindukan.. 🙂
August 16, 2014 at 06:23
wahhh beli tahu hrs pilih2 juga dong ya?ngeri juga ya klo mengandung pengawet…:( salam kenal dari jakarta ya…:)
masih belum pasti apakah memang itu penyebabnya.. tapi teliti sebelum membeli memang harus kan ya? 🙂
August 16, 2014 at 06:37
yah.. padahal aku udah mau bawa piring kesana lho mbak. aku suka tahu sih 😉
waah.. sama,Muna… aku juga penyuka masakan tahu.. *toss dulu…
August 16, 2014 at 17:32
karena jeroan bisa memicu kolestrol..maka diganti tahu untuk membuat sambel goreng,,,beruntunglah bisa mengetahui bahwa tahunya juga error…untung belum sempat kemakan ……
keep happy blogging always…salam dari Makassar 🙂
ya Pak.. kami beruntung… dan, tetep nggak kapok dengan tahu kok.. hehe…
August 17, 2014 at 10:34
Saleum,
Mengenai tahu, pada waktu lebaran kemaren saya hampir tertipu. kebetulan lagi ngunjungi rumah paman di Banda Aceh. Dalam hati ngebayangin itu adalah daging, setalah masuk piring baru nyadar itu tahu.
haha… tahu nya pinter nyamar yaa… tapi rasanya tetep gak kalah dengan daging kaan? 🙂
Pingback: Hasil silaturahmi ( Masih cerita ringan seputar lebaran ) |