LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Berubah sungguh tak mudah …

| 70 Comments

Sarapan itu penting, sebagai ‘bekal’ selama kita beraktifitas seharian. Begitu yang selalu disampaikan oleh nenek dan ibu kami, sehingga sarapan yang cukup -biasanya dengan ‘menu berat’- selalu mengawali pola makan keluarga kami sejak dahulu.

Eh, sebentar… ‘Pola Makan‘ atau ‘Kebiasaan Makan‘ ya? Apa bedanya dua istilah itu?

Menurut hasil browsing, ternyata kedua istilah itu memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama merupakan tindakan yang dilakukan setiap hari, terus-menerus, dan dalam waktu yang relatif lama.  Adapun perbedaannya adalah Pola Makan bersifat lebih formal, berlaku secara umum dan dijadikan sebagai pedoman.  Sedangkan Kebiasaan Makan lebih personal sifatnya, terbentuk berdasarkan selera dan ketersediaan makan di setiap rumah tangga. Makan 3 kali sehari, itu salah satu contoh pola makan. Mengkonsumsi buah setelah makan, itu salah satu contoh kebiasaan makan.

Hm, kalau begitu, lebih tepat disebut bahwa kebiasaan makan di keluarga kami adalah mengawali hari dengan sarapan. Nenek dan ibu selalu memastikan kami menghabiskan sarapan yang telah tersedia setiap pagi.  Selain itu, ketepatan waktu makan juga menjadi perhatian besar di keluarga kami, alhasil sejak kecil hingga remaja kami telah terbiasa dengan kebiasaan dan pola makan teratur tersebut.

Namun, sayangnya semenjak meninggalkan rumah kebiasaan baik itu tak selalu dapat kujalankan.  Mungkin karena mencari praktisnya, atau karena tak ada yang mencereweti ( hehe.. ) sejak kuliah aku jadi sering meninggalkan kebiasaan sarapan pagi bahkan makan pun tak teratur waktunya.  Terlebih saat sudah mulai memasuki dunia kerja. Sering sekali terlambat makan dengan bermacam alasan.

Sekali dua kali, tak ada masalah yang berarti. Namun ketika hal itu berulang kali dalam waktu yang relatif lama, masalah mulai unjuk gigi. Pada akhirnya aku mulai berkenalan dengan masalah lambung. Sakit maag menjadi langganan. Berbagai obat maag mulai kuakrabi dari yang tablet, tablet kunyah, hingga yang berbentuk cair, dengan beragam merk.

Kombinasi pola makan & kebiasaan makan yang buruk serta pola hidup yang kurang sehat lainnya, pada akhirnya semakin membuatku drop dan puncaknya pada awal tahun lalu saat tubuhku melakukan ‘demo’ dan dokter menyatakan tak hanya lambungku yang bermasalah, namun hati dan empedu juga bermasalah 🙁

Saat itulah aku benar-benar merasa menyesal karena selama ini mengabaikan dan meninggalkan kebiasaan baik yang diajarkan nenek dan ibu, juga melupakan pengetahuan tentang Gizi Seimbang yang kugeluti selama belajar dulu. Menyesal dan maluuu…pada diri sendiri!

Tapi, menyesal saja tak ada gunanya. Aku bertekad, harus bisa berubah untuk menjalani pola hidup yang lebih sehat, termasuk memperbaiki pola dan kebiasaan makanku selama ini.

Untunglah, aku masih berkomunikasi dengan teman-teman kuliah dulu (meski hanya melalui sosmed) salah satunya adalah mencermati FB Wied Harry -pakar gizi yang kebetulan kakak kelas itu- mencari informasi mengenai pola makan sehat menjadi lebih mudah. Hingga kemudian aku mulai tertarik dengan Food Combining, salah satu pengaturan pola makan dengan berdasarkan pada siklus alami tubuh ( fase pencernaan, penyerapan & pembuangan ).

Setelah membaca dan tanya-tanya tentang FC ini aku menjadi semakin tertarik dan berniat untuk menerapkannya.  Namun perubahan itu memang tidak mudah. Butuh keberanian untuk konsisten. Oya, aku memilih untuk bertahap dan membiasakan tubuhku menerima perubahan ini, tidak secara drastis sebagaimana saran beberapa orang.

Walhasil, sampai sekarang memang belum melakukan FC secara penuh, namun alhamdulillah, tubuh sudah tak terlalu kaget lagi.  Misalnya saat memulai hari dengan segelas air putih hangat + perasan jeruk nipis.  Awalnya sempat takut lambungku tak kuat ( meskipun bacaan maupun saran teman-teman menyatakan hal yang sebaliknya ) dan ketika aku berhasil mengalahkan ketakutanku itu, memberanikan diri meminumnya … ternyata … aman kok!

Tak hanya diri sendiri yang mempengaruhi berhasil tidaknya perubahan itu, lingkungan juga mempunyai pengaruhnya sendiri. Misalnya ketika aku sarapan hanya dengan buah-buahan. Haduuuh … banyak yang komentar bernada mengkhawatirkan, pandangan heran, dll yang kadang-kadang melemahkan niat. Tapi ternyata alhamdulillah, selama ini terbukti tak terjadi hal-hal yang dikhawatirkan, dan mudah-mudahan lama kelamaan mereka akan terbiasa dan hal itu tak dianggap ‘aneh’ lagi… 🙂

Banyak hal positif yang sudah kurasakan dengan belajar melakukan FC ini. Badan terasa lebih enteng ( BB turun, tapi nggak banyak, hehe… ), sudah cukup lama putus hubungan dengan obat-obat maag ( semoga selamanya, Aamiin.. ), hasil kontrol kesehatan terakhir juga lebih baik.

Jadi, sekarang masalahnya ada pada disiplin diri.  Ya, BERUBAH SUNGGUH TAK MUDAH.. tapi bukan suatu hal mustahal eh mustahil. Insya Allah, demi badan yang lebih sehat aku akan lebih memperhatikan pola & kebiasaan makanku, juga pola hidup sehat lainnya.  Bismillah, semoga ke depan, lebih baik!

Bagaimana denganmu, teman? Adakah perubahan besar yang sedang kau lakukan? Yuk, bagi kisahnya di kolom komen ya…

70 Comments

Leave a Reply

Required fields are marked *.