Guru adalah orang-orang yang mempunyai andil besar dalam kesuksesan kita. Kita pasti sepakat dengan hal ini. Ya, guru kita merupakan bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup kita.
Hari ini, 25 Nopember adalah Hari Guru Nasional. Selamat kepada semua Bapak-Ibu Guru, dan terima kasih tak terhingga khususnya bagi semua guru-guruku. Di hari istimewa ini, izinkan aku untuk mengenang kembali guru-guru istimewaku.
Guru pertama yang kukenal adalah orangtuaku sendiri. Bukan saja karena merekalah pendidik pertamaku, namun juga karena keduanya berprofesi pendidik / guru.
Alm Bapak mengawali karirnya sebagai guru olahraga SMA sebelum akhirnya berkarir di jabatan struktural. Selain menerapkan disiplin dan nilai-nilai sportifitas, beliau juga mewajibkan putra-putrinya menekuni salah satu jenis olahraga sesuai minat. Yah, setidaknya pada masa kecil hingga masa remaja kami, masing-masing mempunyai olahraga pilihan, karena setelah dewasa tak diwajibkan lagi, sebagian besar kami memilih jadi penonton saja..hihi..
Sedangkan ibu kami adalah guru Biologi -eh, duluuuu… Ilmu Hayat namanya- SMP sampai beberapa tahun sebelum beliau purna tugas sebagai Kepala Sekolah. Kami selalu suka bila ibu sedang mempersiapkan bahan-bahan praktikum, eh kecuali dalam hal bedah-membedah, itu aku tidak suka..hehe..
Meskipun bapak-ibu kami guru mata pelajaran tertentu, tapi sebagaimana orangtua pada umumnya, beliau berdua menjadi guru segala bidang studi di rumah. Hehe.. Ah, aku ingat, ada papan tulis besar di rumah kami yang selalu berganti isi tulisan dengan cepat, tergantung siapa yang sedang belajar saat itu, tapi sering juga hanya berisi gambar dengan kapur warna-warni hasil ‘seni’ salah seorang dari kami.
Menginjak masa SD, guru favoritku adalah Wali kelas sejak kelas 1 – 6. Ya, jaman SD-ku masih sistem guru kelas, bukan guru bidang studi seperti saat ini 🙂
Bu Warti, itulah nama guruku itu. Beliau selalu sabar dan tidak pilih kasih, meskipun salah seorang dari kami adalah putri beliau. Aku mulai merasa dekat dengan beliau sejak aku merasa nyaman di saat-saat pertamaku menjadi murid baru di kelas 3. Sebagai murid pindahan dari kota kecil ke Ibu kota Provinsi itu, tentu saja aku sempat merasa kecil hati, minder dan takut tidak diterima. Namun alhamdulillah, beliau bisa membesarkan hatiku dan membuatku merasa nyaman hingga mampu beradaptasi dengan baik. Sejak itu beliau menjadi guru kesayanganku! 🙂
Guru spesial lainnya adalah salah seorang guru di SMA. Â Pak Sus, itu nama guru Fisika ku saat itu. Â Beliau sudah sepuh, dan sebagai guru salah satu mata pelajaran yang ditakuti murid, pada awalnya kami pun merasa takut pada beliau. Apalagi ditunjang penampilan fisik beliau yang pendiam. Bisa dimengerti bila saat pertama beliau mengajar, kelas menjadi sepiiii…
Kemudian beliau memulai perkenalan dengan menanyakan nama dan cita-cita masing-masing kami. Lalu bertanya, menurut kami, apa cita-cita beliau saat kecil? Kami mulai melontarkan jawaban seputar guru dan ahli fisika, dan ternyata semua itu salah! Apa cita-cita kecil beliau yang ketika beliau sebutkan membuat kami semua tertawa??
Pensiunan.
Ya betul, itu kata beliau. Gara-gara selalu melihat kakek beliau yang nyaman dengan kehidupannya sebagai pensiunan, Pak Sus kecil pun ingin menjadi pensiunan : enak sekali, tinggal ongkang-ongkang kaki, dapat duit tiap bulan! Haha… Suasana agak tegang, langsung cair saat itu 🙂
Rupanya, Pak Sus bukan guru galak. Beliau suka bercanda, mengajar dengan kalimat-kalimat yang mudah dimengerti, memberi contoh dengan jelas dan mau menjawab apapun pertanyaan kami, sehingga kami tidak merasa takut dengan pelajaran fisika. Yang paling berkesan bagiku, beliau mempunyai pendekatan yang khusus dengan murid-murid tertentu.
Adalah Dede -sebut saja begitu- salah seorang kawanku yang terkenal bandel. Â Dia suka jahil, tidak hanya kepada sesama murid namun juga ke guru-guru. Membolos adalah hobinya, hehe.. Dan beberapa guru bahkan sering menganggap dia seolah tak ada, karena sudah super jengkel dengannya. Namun tidak dengan Pak Sus.
Beliau lebih perhatian kepada Dede, melibatkannya dalam proses belajar mengajar, beberapa kali memberi kesempatan untuk tampil, dll.  Dan ternyata, si Dede ini memang menjadi lulut bila dengan Pak Sus. Tidak pernah membolos, mengerjakan tugas-tugas dengan baik dan karena sebenarnya memang dia bukan anak yang bodoh, dia bahkan tampak ‘bersinar’ di pelajaran ini! Cara mengajar dan pendekatan terhadap murid yang dilakukan oleh Pak Sus inilah yang membuat beliau menjadi guru spesial bagi sebagian besar kami.
Ya, itulah sedikit kenangan atas beberapa guru istimewaku. Sekali lagi, terima kasih untuk semua guru-guruku… Tanpamu, tak akan aku jadi seperti apa adanya aku saat ini. Tiada dapat terbalas semua jasamu, semoga Allah SWT yang akan memberikan balasan terbaik bagimu.. Aamiin..
Bagaimana denganmu, teman.. Adakah guru favorit yang memberikan kenangan tersendiri bagimu? Yuuk, bagi ceritanya di sini yaa…
14 Comments
Leave a reply →