Hai Sahabat Lalang Ungu… Selamat Idulfitri 1440 H bagi sahabat yang merayakannya…dan mohon maaf lahir batin untuk semua sahabat, atas segala khilaf kata maupun lakuku dalam silaturahmi kita selama ini ya… Masih dalam suasana Lebaran, maka izinkanku kali ini menuliskan tentang suasana lebaran di keluarga kami pada tahun ini ya…
Seperti telah kutuliskan beberapa waktu lalu, sejak 3 tahun terakhir ini aku tidak mudik namun mendampingi ibu kami menerima kakak-kakak yang mudik. Ya, meskipun kedua keluarga kakakku itu tahun ini tidak bisa mudik dalam waktu bersamaan, sehingga suasana rumah memang terlihat relatif lebih sepi dibanding suasana Lebaran di tahun-tahun lalu.
Karena hanya akan ada kami berempat (Ibu, aku, adik & iparku) pada Hari H Lebaran tahun ini, maka persiapannya pun santai-santai saja. Untuk persiapan kue-kue kering tidak pernah menjadi masalah karena adikku menerima pesanan kue kering menjelang Lebaran, jadi bisa sekaligus membuat untuk keperluan keluarga sendiri ..hehe..
Jenisnya pun tak jauh berbeda dengan persediaan kuker Lebaran di keluarga lainnya, berkisar antara Kastengel, Nastar, Lidah Kucing, Dahlia/Kue Semprit, Puteri Salju…dan tentu saja tak ketinggalan kue kesukaan cucu-cucu Ibuku yaitu Cochochips alias Kue Dua Mata Bola.. 😋
Baca Juga tentang Sepasang Mata Bola
Begitupun dengan menu Lebaran kami, sangat biasa-biasa saja : Ketupat – Opor Ayam – Gudeg – Sambal Goreng Hati-Kentang. Sangat mainstream, bukan? Hehe.. Itu memang menu Lebaran yang selalu terhidang di meja makan keluarga kami sejak masa kecil kami…herannya, kami tak pernah bosan! Dan demi bisa terhidangnya menu itu saat Lebaran, aku niat banget belajar membuat sendiri 3 menu wajib itu sejak ibu tidak bisa lagi memasakkannya untuk kami.
Oh ya, menjelang Sidang Isbat tahun ini yaitu di hari ke-29 Ramadan yang baru lalu, aku sempat khawatir juga karena ada beberapa teman yang memperkirakan Ramadan kali ini hanya 29 hari alias Lebaran akan jatuh di tanggal 4 Juni, sementara masakan belum siap, baru Gudeg saja yang sudah jadi! Apakah kelakon kami Lebaran dengan menu Nasi-Gudeg-Telur Ceplok saja??? 🤔
Haha…untunglah itu tak perlu terjadi. Tanggal 1 Syawal 1440 H diputuskan jatuh pada Hari Rabu 5 Juni 2019… Jadi masih ada waktu 1 hari untuk ngebut masak ketupat, Opor dan Sambal Goreng. Menu wajib Lebaran kami pun amaaan… 😃
Subuh 1 Syawal 1440 pun kami sambut dengan sukacita. Waktu menunjukkan pukul 6 pagi ketika beriringan kami menuju ke Masjid Al Bina di dekat rumah, dengan berjalan kaki dan perlahan mendorong kursi roda ibu. Bertukar senyum dan salam dengan tetangga kanan-kiri yang sama-sama menuju masjid untuk Sholat Idulfitri berjamaah.
Sepulang dari masjid, kami pun sungkem kepada ibu dan bersalaman saling memaafkan dengan adik-adikku. Setelah itu, menunggu rombongan ‘ujung-ujung’ sampai ke rumah kami. Ya, di lingkungan tempat tinggal kami ada tradisi ‘ujung-ujung‘ yaitu saling mengunjungi rumah tetangga sebelah-menyebelah, untuk bersalam-salaman mengucapkan Selamat Lebaran dan mohon maaf lahir dan batin. Diawali dari keluarga yang paling ujung dekat masjid, mengunjungi tetangga di sebelahnya..lalu bersama-sama kedua keluarga itu mengunjungi tetangga di sebelah lagi..lalu ke sebelahnya lagi… Demikian seterusnya hingga pada keluarga yang paling ujung dekat pertigaan perbatasan lingkungan kami. Seru dan guyub…
Biasanya, setelah ‘ujung-ujung‘ itu selesai dan masing-masing keluarga kembali ke rumah, barulah mereka melakukan aktifitas keluarga masing-masing. Ada yang bersiap silaturahmi ke kerabat di daerah lain, atau wisata, atau di rumah saja… Bebas sesuai rencana masing-masing.
Demikian pula di keluarga kami, setelah ‘ujung-ujung‘ itu, kami menikmati menu wajib Lebaran, lalu adikku dan isterinya nyekar ke makam ayah mertuanya dan bersilaturahmi ke keluarga mereka di daerah Panjang, sementara ibu istirahat dan aku menyiapkan keperluan perjalanan kami nyekar ke Semarang & Salatiga siang harinya.
Sekitar jam 11 siang di hari Lebaran kemarin, kami berempat memulai perjalanan ziarah ke makam alm Bapak dan Kakek-Nenek. Alhamdulillah perjalanan siang itu lancar -sedikit tersendat di tol menuju Salatiga- hingga kami bisa melaksanakan semua acara sesuai rencana.
Yang pertama adalah menuju makam Mbah Buyut (kakek-nenek Ibu) di Makam Jati Salatiga (Pasar Sapi Lawas), lalu menuju rumah keluarga di Semarang, beristirahat sebelum sorenya ke makam alm Bapak di Makam Cantung Tegalsari dan ziarah ke makam alm/almh Simbah Kakung-Puteri di Makam Gunung Brintik Semarang, dan menempuh perjalanan kembali ke Pekalongan hari itu juga.
Hari kedua kami istirahat di rumah paginya, sebelum siangnya mulai kerja bakti bertiga, mempersiapkan rumah untuk acara Halalbihalal Bani Kasijo di rumah kami pada H+3, keesokan harinya.
Wuuiih…lumayan juga persiapan untuk menyelenggarakan acara HBH di rumah begini. Mulai dari bersih-bersih hingga menata ruangan dan persiapan peralatan makan-minum, kita lakukan sendiri. Khusus makanannya kami tidak masak sendiri…disamping tidak sanggup masak untuk orang banyak, peralatan masak ukuran besar tidak ada! Haha… Alhamdulillah ada tetangga dan kenalan yang bisa kami mintai tolong untuk menyiapkan masakan, kami tinggal menata penyajiannya saja 😉
Oh ya, kali ini aku bertekad untuk berpartisipasi mengurangi sampah plastik dengan tidak menyediakan air minum dalam kemasan sebagaimana biasanya. Tahu sendiri kan, biasanya orang tidak menghabiskan minuman kemasannya, sebelum mengambil yang baru, walhasil sampahnya akan makin menumpuk!
Pada awalnya keluargaku agak keberatan, merasa akan lebih banyak memerlukan gelas dan tentu saja lebih banyak yang harus dicuci nantinya. Alhamdulillah aku berhasil meyakinkan keluargaku bahwa itu bukan masalah, dan memang betul…tidak terlalu masalah banyaknya gelas kotor yang harus dicuci setelah acara itu selesai. Toh kami bisa bergotong-royong mengerjakannya.
Alhamdulillah acara HBH Bani Kasijo (keluarga dari pihak ibu) dapat berjalan dengan lancar. Dari dua orang kakak-beradik (ibu dan adik lelakinya) telah berkembang menjadi 11 cabang keluarga dengan keseluruhan anggota keluarga sekitar 37 orang. Kami berkumpul tiap tahun di awal Syawal, bergantian di rumah Ibu atau di rumah Oom di Tegal, menautkan silaturahmi agar tidak tercerai-berai meskipun kami tinggal di kota-kota (bahkan pulau) yang berbeda. Memang tidak semua bisa hadir setiap pertemuan, dan Alhamdulillah tahun ini sekitar separuh dari anggota bisa hadir.
Setelah acara selesai, maka kegiatan bersih-bersih dimulai lagi. Oh ya, cucian peralatan makan-minum menumpuk yang dikhawatirkan semula ternyata bukan masalah besar. Kami memutuskan untuk mencuci di halaman dengan menggunakan dua ember besar dan selesai dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sedikit becek di halaman pada akhir pencucian bukanlah masalah besar. Hanya mungkin tetangga / orang lewat yang agak heran melihat kami beramai-ramai mencuci piring gelas di halaman depan! Hahaha…
Demikianlah, setelah 3 hari pertama di Bulan Syawal tahun ini kami lalui dengan cukup heboh, 2 hari berikutnya (sekaligus 2 hari akhir cuti Lebaran) kami lalui dengan bersantai di rumah, ngluruske boyok alias memulihkan tenaga..sebelum kembali bekerja esok hari dan juga bersiap menyelenggarakan HBH Keluarga PATRAP ( Paguyuban Trah Pontjowigati ) yaitu keluarga dari pihak ayah kami, yang direncanakan pada Minggu 16 Juni y.a.d di Semarang.
Nah..itulah cerita Lebaran kami kali ini, bagaimana dengan cerita lebaranmu, teman-teman? Yuk, bagi kisahnya di kolom komen yaaa…
34 Comments
Leave a reply →