Menulis ekspresif, self healing ku saat lelah hati. Hai Sahabat Lalang Ungu, pernah berada di kondisi jiwa yang sangat labil, moody, sering sedih tanpa sebab jelas, marah-marah meski hanya dengan pemicu yang sepele, dll? Aku pernah tuh.. Rasanya suntuk banget, ada beban di hati yang tak tahu bagaimana melampiaskannya. Nah, kali ini aku akan berbagi pengalamanku tentang hal ini ya..
Saat merasakan kondisi itu, biasanya aku lebih memilih untuk menjauh dari keramaian, menyepi, agar tak mudah terpicu emosiku oleh hal-hal sepele dan melakukan hal-hal yang kelak bisa kusesali.
Pada dasarnya aku jarang curhat meski tak kekurangan sahabat, entah kenapa aku lebih nyaman mencari solusi atas masalahku sendiri. Eh, kecuali saat terasa tak sanggup lagi menahan beban, baru deh memilih kakak atau sahabat terdekat untuk cerita. Nah, waktu itu aku mencoba membaca-baca untuk mencari solusi dari masalahku.
Alhamdulillah, kutemukan beberapa artikel yang membahas tentang masalah yang tak jauh dari apa yang sedang kualami saat itu. Salah satunya adalah 5 tanda lelah hati yang bisa berdampak pada kesehatan mental. Hm..apa saja tanda lelah hati itu?
5 Tanda Lelah Hati
Ini lah ke-5 tanda lelah hati, yaitu : (1) Lebih sensitif dan mudah tersinggung meski dengan hal-hal sepele; (2) Sulit tidur, menjurus kepada insomnia; (3) Mudah merasa sedih, meski disebabkan hal-hal sepele / sederhana; (4) Merasa lelah dengan akitifas yang monoton; (5) Membenci situasi yang sedang dihadapi namun tak mampu keluar dari situasi tersebut. (Sumber : artikel Popmama, Februari 2020).
Ok, jadi yang kualami itu adalah lelah hati, yang harus segera kuatasi agar tidak memberikan dampak pada kesehatan mentalku. Lalu bagaimana caraku mengatasinya? Untuk itu, aku kembali mencari info dari beragam artikel kesehatan yang tersebar di dunia maya. Memilah dan memilih yang paling sesuai untuk kuadopsi sebagai langkah-langkah menyembuhkan luka hatiku. Inilah rangkuman beberapa artikel yang kubaca itu.
Lelah Mental
Adapun Lelah Mental (fatigue) adalah kondisi di mana tubuh selalu merasa lelah, letih, kurang tenaga, tak dapat berkonsentrasi, tidak memiliki motivasi dan merasa kekurangan energi. Merubah gaya hidup antara lain memperbaiki pola konsumsi dan pola istirahat adalah salah satu upaya yang disarankan untuk mengatasi kelelahan mental ini. Ada 3 golongan orang yang rentan dengan fatigue ini yaitu : (1) usia 40 th ke atas; (2) wanita; (3) stress. Nah loo..mesti waspada nih. Aku ada di golongan ini.. ☹️
Self Healing
Pengertian Self Healing
Oya, pencarianku di artikel-artikel kesehatan itu membawaku mengenal istilah self healing yaitu suatu proses sederhana membantu penyembuhan luka batin dengan melibatkan kekuatan diri secara penuh agar dapat beranjak / bangkit dari penderitaan (Sumber : pijarpsikologi dot com )
8 Metode Self Healing
Nah dalam salah satu artikel di Liputan 6 dot com (Juli, 2018) kubaca setidaknya ada 8 metode dalam self healing yaitu : (1) Me time; (2) Berdialog dengan diri sendiri; (3) Berdamai dengan keadaan; (4) Mindfulness (berpikir dengan kesadaran penuh); (5) Meningkatkan self compassion (kemampuan memahami kondisi emosi diri sendiri, respon emosi atas penderitaan yang dialami disertai keinginan untuk menolong diri sendiri); (6) Jadikan penyesalan sebagai kekuatan; (7) Tempatkan masa lalu pada tempatnya; (8) Menulis ekspresif.
Menulis Ekspresif
Nah, aku paling tertarik dengan menulis ekspresif yang disebutkan di sana. Menulis ekspresif di sini adalah upaya yang dilakukan untuk mengungkapkan segala emosi yang dilakukan saat stress datang. Menulis untuk mengeluarkan segala perasaan yang dirasakan saat itu tanpa memperhatikan aturan-aturan yang berlaku seperti ejaan, tata bahasa, tanda baca, dll. Ah, ini sih aku sering melakukannya!
Aku ingat, saat suntuk biasanya aku menuliskan /mencorat-coretkan apa yang kurasakan di selembar kertas. Kuisi penuh kertas itu dengan segala yang lewat di benakku saat itu. Tumpang tindih tak beraturan. Kadang tak hanya tulisan, kusertakan pula coretan-coretan gambar tak berbentuk bertumpuk juga di sana. Lalu setelah puas kupenuhi lembaran kertas itu, kusobek kecil-kecil sebelum kubuang. Apa yang kurasakan kemudian? Plong rasanya.
Nah, baru kali ini aku tahu bahwa apa yang kulakukan saat itu adalah bagian dari apa yang disebut menulis ekspresif ini!
Menulis ekspresif itulah yang kemudian kulakukan (kembali) saat ini ketika merasakan kondisi amat sangat suntuk yang ternyata bernama lelah hati itu. Tak selalu menggunakan media lembaran kertas, sekarang aku lebih sering menuliskannya di catatan pada HP atau draft blog. Jika telah puas mengeluarkan uneg-uneg, tinggal hapus saja, tak perlu menyobek-nyobek kertas lagi! Haha.. Ya meskipun aktivitas menulis dengan tangan dan merobek-robek kertas itu kurasakan lebih cepat meredakan emosi. 😁
Tak jarang pula tulisan tak beraturan itu setelah kubaca lagi justru memunculkan suatu ide untuk kutuangkan dalam tulisan lain yang lebih terstruktur, entah itu puisi ataupun fiksi, yang kemudian bisa menjadi konten blog. Alhamdulillah.. Tapi itu tak sering sih, yang lebih sering adalah kuhapus karena tak layak tayang tentu saja..haha..
Sahabat, demikianlah caraku mengatasi lelah hati yang tak kupungkiri kadang datang tanpa diundang (alhamdulillah sekarang tak terlalu sering sih), selain melakukan menulis ekspresif itu, aku juga mencoba menerapkan ke-7 metoda self healing lainnya. Tidak semuanya kulakukan dalam satu waktu (karena keterbatasanku tentunya), tapi beberapa di antaranya yang kurasa paling cocok dengan kondisiku saat itu dan mampu kulakukan. Me time selalu kuupayakan juga.
Bagaimana denganmu, teman? Apakah kalian pernah mengalami lelah hati seperti ini, dan bagaimana cara kalian mengatasinya? Yuk, bagi ceritanya di kolom komen ya.. Terima kasih..
63 Comments
Leave a reply →