Minggu pagi 2 Oktober 2022 kurasakan berbeda dari biasanya. Berawal dari adikku yang menyatakan keheranannya membaca berita tragedi sepak bola di Malang yang menyebabkan lebih dari 100 orang kehilangan nyawa, kami pun kemudian berusaha mencari info lebih jelas.
Sabtu malam sebelumnya kami memang tidak menyimak berita di TV ataupun media online, sehingga baru minggu pagi kami mendengar berita duka tersebut. Makin banyak mengetahui berita itu, makin sedih rasanya. Jumlah korban terus bertambah, dan cerita-cerita sedih pun makin banyak diunggah.
Berita kerusuhan terkait pertandingan sepak bola, sudah bukan hal yang aneh di negeri ini. Terlalu sering kita dengar atau pun baca tentang hal ini, entah itu di pertandingan kelas kampung hingga kelas bergengsi. Terlalu sering hingga memalukan rasanya.
Namun, tragedi Sabtu malam di stadion Kanjuruhan Kepanjen Malang ini, benar-benar membuatku tak habis pikir. Menurut berita-berita yang ada, ini bukan kerusuhan antar suporter sebagaimana yang biasanya terjadi/memicu kerusuhan. Para penonton dan sebagian besar korban berasal dari pihak yang sama : suporter Arema FC.
Lha kok bisa rusuh??
Menurut pihak berwenang, kekecewaan sebagian suporter Arema FC akibat kekalahan tim kesayangan mereka saat bermain di kandang sendiri menyebabkan mereka merangsek ke tengah lapangan untuk melampiaskan kekecewaan mereka secara anarkis dan memicu kerusuhan di Stadion Kanjuruhan tadi malam.
Suasana chaos itu kian parah saat ditembakkannya gas air mata oleh petugas pengamanan yang menyebabkan ribuan penonton panik menyelamatkan diri sementara akses keluar stadion terbatas sehingga terjadi penumpukan massa di gate. Proses penumpukan massa inilah yang menjadi penyebab utama jatuhnya banyak kurban.
Duka mendalam kita rasakan mengetahui berita ini. Namun duka itu mungkin tak ada seujung kuku dibandingkan duka keluarga para kurban. Ditinggalkan secara mendadak dengan sebab yang tidak disangka-sangka, tentulah bukan hal yang ringan. Siapa yang menyangka sebuah aktivitas menikmati hobby yang tampak tak berbahaya seketika berubah menjadi pintu gerbang perpisahan selama-lamanya? 😥
Di antara mereka mungkin ada para orang tua yang kehilangan anak, ada anak-anak kehilangan orang tua ataupun saudara, ada isteri kehilangan suami, dan banyak lagi. Yang jelas, ada duka mendalam yang bukan tak mungkin meninggalkan trauma.
Dan semua duka dan luka batin itu dipicu oleh adanya sebongkah kefanatikan membabi-buta, ketidaksiapan mental menerima kekalahan dan kegagalan mengendalikan emosi. Sungguh suatu tragedi yang tak boleh terulang kembali! 😭
Mungkin sudah saatnya tim-tim sepakbola makin menguatkan upaya mendidik suporternya untuk menjadi lebih baik dan sportif, dan tak kalah pentingnya SOP pengamanan dan penanganan kejadian pada tiap pertandingan untuk ditinjau dan ditingkatkan lagi.
Innalillahi wa innailaihi rajiun. Sahabat Lalang Ungu, melalui tulisan ini aku ingin menyampaikan rasa turut berduka untuk segenap keluarga kurban. Semoga para kurban yang telah berpulang mendapat tempat terbaik di sisi-NYA, dan semoga segenap keluarga yang ditinggalkan bersabar dan mendapat kekuatan untuk bisa mengikhlaskan serta bangkit kembali. Aamiin..
25 Comments
Leave a reply →