Hai Sahabat Lalang Ungu.. apa kabar? Semoga selalu sehat dan bahagia ya.. Oya di hari pertama Bulan Ramadan ini, izinkan aku mohon maaf lahir dan batin yaa..dan untuk sahabat yang akan melaksanakan ibadah Ramadan semoga diberi kemudahan dan kesehatan untuk menjalankannya wajib maupun sunah-sunahnya hingga akhir nanti. Aamiin ..
Sahabat, kali ini aku akan ceritakan pengalaman kami menikmati makan bersama di 3 kota yang berbeda saat sarapan, makan siang dan makan malam. Suatu kesempatan yang jarang terjadi bisa makan bersama lengkap dengan kakak dan adikku.
Alhamdulillah kesempatan ‘langka’ itu tiba beberapa waktu lalu saat kami menyengaja ketemu untuk ruwahan dan nyadran bareng, tradisi jelang Ramadan yang biasa kami lakukan setiap tahunnya. Baca juga : Pembuatan Kue Apem dan Pasung untuk Ruwahan
Dimulai dari acara ruwahan yaitu menyiapkan hantaran ruwahan -berupa apem, pasung, ketan dan pisang raja- lalu doa bersama dan membagikan hantaran ruwahan itu ke tetangga, lalu nyekar ke makam alm& Almh Mbah Putri, Mbah Kakung, bapak dan ibuk yang semuanya di Semarang.
Keesokan harinya kami berangkat pagi hari untuk nyekar ke makam-makam leluhur di kota kelahiran kami Salatiga lalu lanjut ke Jogja tempat makam almh Mbak sulung kami. Alhamdulillah perjalanan Semarang-Salatiga-Jogja PP aman dan lancar. Nah saat perjalanan itulah kami sempat kulineran 3 waktu di 3 Kota.
Sarapan di Salatiga
Tujuan pertama nyadran kali ini adalah ke makam Andong Salatiga di mana sebagian leluhur kami dimakamkan. Diawali dengan bersih-bersih makam Mbah-mbah buyut dan adik ibu, kirim doa untuk beliau semua dan diakhiri dengan tabur bunga mawar putih di masing-masing makam beliau.
Sebelum lanjut ke Jogja kita cari sarapan dulu agar perut aman sentosa..haha.. Awalnya pengen kulineran di alun-alun Salatiga tapi tidak jadi, diputuskan untuk lanjut perjalanan sambil nyari-nyari tempat sarapan yang searah ke jalan tol.
Kedai Sop Ayam & Sop Iga Mbok Mampir yang berlokasi di daerah Suruh Kota Salatiga akhirnya menjadi tempat persinggahan kami pagi itu. Saat kami datang tampak masih sepi sehingga sempat mengira belum buka, untunglah ketika masuk menanyakan ternyata sudah buka sejak jam 6 pagi 🙂
Tempat makannya tak terlalu luas sih, tapi relatif bersih, tampak terang dan juga silir karena model sebagian dindingnya yang unik. Mungkin karena saat kami datang itu masih pagi, tak ramai pengunjung jadi cukup nyaman bagi kami berenam untuk makan di sana.
Ternyata ada aneka Sop yang ditawarkan di kedai ini, dan yang direkomendasikan adalah Sop Matahari, Sop Iga Sapi dan Sop Bakso Rambutan. Nama-nama yang unik ya.. Hm, membaca nama menu Sop Matahari jadi ingat menu yang menggunakan kata matahari juga yaitu Surya Ndadari di salah saru rumah makan di Kartasura deh..sama enaknya nggak ya? Karena penasaran maka aku pun pesan menu itu, sementara yang lain pesan Sop Iga dan Sop Campur.
Sop Matahari di sini sebenarnya adalah sayur sop biasa dengan isian wortel, makaroni, sosis dan kentang namun dengan penyajian yang berbeda yaitu adanya semacam buntalan dadar di tengah kuah bening dengan taburan irisan daun bawang. Nah, saat ‘buntalan’ itu dirobek maka tampaklah isinya yaitu irisan wortel, kentang sosis dan makaroni. Sop di sajikan terpisah dengan nasi putih bertabur bawang goreng.
Untuk rasa menurutku enak / sesuai seleraku yaitu tidak bikin neg, terasa merica tapi tidak terlalu tajam, dan tingkat kematangan sayurannya cukup, tidak lembek namun juga tidak keras. Pas 😋 Tapi untuk penampilan menurutku masih bisa dipercantik lagi, hehe..
Untuk Sop Iga dan Sop Campur nya kata kakak adikku enak juga. Dan terusterang kami masih penasaran dengan Sop Bakso Rambutan yang sayangnya saat itu tidak tersedia. Overall sarapan bersama kami pagi itu alhamdulillah nikmat dan relatif ramah di kantong, hehe.. Lain kali saat lewat di sekitar sana bisa mampir lagi nih…
Makan Siang di Jogja
Setelah sarapan lanjut menuju Jogjakarta, tepatnya ke daerah Bantul tempat almh Mbak sulung kami di makamkan. Di makam kakak kami janjian bertemu juga dengan putera almh mbakku – si cucu mbarep keluarga kami- dengan istrinya yang sedang mbobot. Setelah selesai mendoakan dan nyekar almh Mbak Anik, kami ditraktir makan oleh keponakan kami itu. Maturnuwun lho Aiz n Dian 🙏
Waroeng Tedoeh yang berlokasi di Sambikerep Kasihan Bantul adalah nama resto tempat kami makan siang bersama waktu itu. Tempatnya benar-benar teduh di antara pepohonan dengan spot-spot tempat makan terpisah yang masing-masing didesain a la retro nan cantik.
Area rumah makan ini cukup luas dan terasa menyatu dengan alam. Perbedaan kontur / tinggi-rendah lahan disiasati dengan baik menjadi tempat-tempat makan yang unik. Tidak hanya material dinding dan atap yang cantik, furnitur dan interior yang digunakan pun sangat mendukung konsep retro dari resto ini. Suasana dan interior resto ini mengingatkanku pada salah satu resto di Pekalongan dengan konsep yang hampir sama.
Sayangnya, menurutku area resto ini kurang ramah Lansia / anak. Harus ekstra waspada karena banyak anak tangga di area resto ini, meski terlihat kokoh dan apik karena menggunakan material batu dan cukup lebar tapi saat / setelah hujan tetap harus hati-hati agar tidak terpeleset.
Oya, tak ketinggalan ada cukup banyak spot-spot cantik tersebar di area resto ini, mengundang pengunjung untuk pepotoan sembari menunggu pesanan makanan datang atau saat rehat setelah usai menyantap hidangan.
Bagaimana dengan makanannya?
Alhamdulillah..ada beragam menu yang ditawarkan di sini, dan dari beberapa menu yang kami cicip kemarin menurut kami enak, citarasa nya masuk / sesuai di lidah ndeso kami.. 😋
Kesempatan menikmati menu enak saat makan siang bareng di tempat yang nyaman sambil ngobrol ngalor-ngidul melepas kangen dengan keponakan kami yang lama tak berjumpa kala itu, adalah sesuatu yang patut kami syukuri.
Makan Malam di Semarang
Setelah sarapan di Salatiga lalu makan siang di Jogja, saat waktu makan malam tiba Alhamdulillah kami telah sampai lagi di Kota Semarang. Meskipun telah diisi fulltank saat makan siang dan juga cemilan-cemilan sepanjang perjalanan Jogja-Semarang, rupanya perut-perut kami tipe yang setia dengan jam makan sehingga sudah kruyuk-kruyuk saat waktu makan tiba 🤭
Rumah kami di daerah Tegalsari jadi kami pun cari makan di dekat-dekat sana. Awalnya menuju warung langganan yaitu Nasi Gandul di Sriwijaya, eh tutup… Ya sudah mlipir lagi sedikit ke warung langganan lainnya yaitu S3 yang juga berlokasi di Jl Sriwijaya itu.
Duluuu…pertama kali mengenal Sate Suruh di Salatiga yang warungnya dekat pasar itu. Antara Sate Suruh dan Bakso Gigi, itulah 2 kuliner langganan kalau lagi mudik ke Salatiga. Nah, jadinya saat tahu ada penjual Sate Suruh di Semarang, ya hepi banget…apalagi relatif dekat dari rumah Tegalsari. Mantaaab wis..
Oya, S3 ini kependekan dari Sate Sapi Suruh. Jadi yang utama di sini sate sapi ya teman-teman.. Meskipun ada juga menu sate ayam di sana, tapi tetep yang sate sapi lebih jadi pilihan buat kami. Khas nya sate sapi itu menurut ku adalah rasanya yang cenderung manis, dengan bumbu satenya menggunakan bumbu kacang yang medhok dan ada rasa sedikit pedas merica. Nyam-nyaaam lah pokokmen..
Jenis sate sapi yang ditawarkan di sini ada 2 macam : Sate Daging yang seporsi nya terdiri dari 10 tusuk daging polos dan Sate Campur yang seporsinya 10 tusuk daging polos + sandunglamur. Nah selain sate sapi dan juga sate ayam, di sini ada juga bakso. Untuk pilihan pendamping sate, ada nasi ataupun ketupat. Aku sih seperti biasa memilih sate dengan ketupat. Nyamleng…
Nah Sahabat Lalang Ungu, itulah cerita ku tentang kuliner yang kami cicipi sejak sarapan hingga makan malam dalam sehari di 3 kota. Apakah kalian juga pernah kulineran ke 3 tempat yang kuceritakan ini? Yuk bagi kisahnya di kolom komen ya.. Terima kasih..
28 Comments
Leave a reply →