Hai Sahabat Lalang Ungu, apa kabar? Akhir pekan datang lagi nih..apa kegiatan kalian di akhir pekan kali ini? Untuk teman-teman yang hobi baca, kali ini aku akan menuliskan tentang sebuah buku menarik yang kubaca beberapa waktu lalu. Sebuah buku karya seorang sahabat, yang mempunyai judul unik dan mengundang rasa penasaran.
Lauk Daun
Ya, itulah judul buku karya mbak Hartari seorang sahabat blogger dari Semarang. Judul yang unik, bukan? Psst, sempat terlintas tanya di benakku saat membaca judul buku itu, apakah ini buku tentang masakan atau tips kesehatan? Dan ternyata….
Identitas Buku
Oya, sebelum cerita lebih lanjut, ini dia identitas buku yang satu ini:
- Judul buku: LAUK DAUN
- Pengarang: Hartari
- Penerbit: baNANA
- Tanggal Terbit: September 2022
- ISBN: 978-623-98249-5-2
- Tebal halaman: 144 halaman
- Lebar buku: 12 cm
- Panjang buku: 18,5 cm
- Berat buku: 113 gr
- Harga: Rp.80.000,- (P. Jawa)
Blurb Buku
Ada yang menghindar, ada pula yang mengincar: jabatan Ketua RT. Bu As sangat ingin suaminya, Pak As, menjadi Ketua RT Kampung Merdeka karena otomatis jabatan Ketua PKK bakal ia pegang. Dan, begitu berkuasa, mulailah Bu As menindas warga. Kebijakan macam-macam, tetapi yang paling menyiksa warga adalah kewajiban bercocok tanam dan sepekan sekali senam. Perlawanan muncul di sana-sini, termasuk di grup percakapan. Namun, kampung yang awalnya dihuni para purnawirawan ini tidak melulu berisi relasi kuasa. Ada kisah petualangan asmara membara yang melibatkan sekian pemain. Pagebluk datang, tetapi adu muslihat antar warga tak berkurang, bahkan ketika Kampung Merdeka akhirnya menerapkan lockdown — lauk daun.
Kesanku Membaca Lauk Daun
Membaca blurb yang tertulis di bagian belakang buku novel fiksi yang mungil ini, cukup menghalau pertanyaan yang sempat terlintas dibenakku saat membaca judul buku ini: ini samasekali bukan buku tentang resep masakan ataupun tips kesehatan! 😁
Ternyata, novel ini bercerita tentang dinamika kehidupan warga sebuah kampung yang bernama Kampung Merdeka, saat pandemi melanda dan kata ‘lockdown‘ merupakan salah satu kata yang paling sering terdengar di kala itu.
Aku sungguh menikmati membaca kalimat demi kalimat yang dirangkai dalam 22 bab di novel ini. Alur ceritanya mudah dimengerti, tokoh-tokohnya terasa nyata dan konflik-konflik yang tercipta sepanjang alur cerita ini dekat dengan keseharian kita.
Sahabat Lalang Ungu, apakah kalian teringat sesuatu saat membaca kutipan di bawah ini?
…
Kampung Merdeka berubah menjadi kampung lombok, kampung cabai, meski hanya satu pot tanaman cabai di setiap rumah. Tapi, Bu As berkukuh, Kampung Merdeka adalah kampung lombok.
…
(Lauk Daun, Bab 11, hal 73)
Aku sendiri, langsung teringat fenomena berkebun yang sempat viral di masa pandemi lalu. Ada yang menjadikannya sekedar hobi, banyak pula yang menjadikannya sebuah program lingkungan, lalu dilombakan antar lingkungan (dengan segala kehebohan yang mengiringinya)…persis seperti kejadian yang tertuang di novel ini. Penulis Lauk Daun sungguh piawai ‘memotret’ fenomena satu ini, dan dengan bahasa yang ringan diuleni dengan konflik-konflik keseharian (+ kisah asmara), menghasilkan karya fiksi yang jooss..👍
Belum lagi saat membaca interaksi warga Kampung Damai lewat WA grupnya…wis to..sebelas duabelas lah dengan celotehan-celotehan warga WAG sejenis yang sempat kuikuti 🤭
Senorita Hartari, terima kasih sudah menuliskan cerita ini ya… Cerita yang membuatku larut ke dalam suasana Kampung Merdeka dengan aneka permasalahannya. Merasa ikut gemas, setengah anyel dan ada rasa campur-aduk juga mengikuti kiprah Bu As, Yayuk dan tokoh-tokoh lainnya. Belum lagi adanya kejadian-kejadian tak terduga di kampung satu ini. Ternyata yang putih tak selalu putih demikian pula yang hitam tak selamanya hitam. Ada abu-abu diantara beragam warna.
Pantas saja naskah ini menjadi salah satu naskah yang menarik perhatian juri Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2021. Dan catatan kesan dari Dewan Juri Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2021 ini dapat kita baca di lembar pertama novel ini.
Dan aku setuju sekali dengan pendapat tersebut. Bagaimana dengan kalian Sahabat Lalang Ungu yang sudah membaca novel ini, apakah kalian sependapat? Eh…atau ada yang belum membaca dan tertarik untuk membacanya juga? Gampang..cari saja di patjarmerah, demabuku, republikfiksi, postsanta, dll. Atau capcus hubungi mba Hartari deh… Oya untuk tulisanku lainnya tentang buku-buku bisa dibaca di : bacaan
17 Comments
Leave a reply →