LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Novel Lauk Daun

Lauk Daun : Beragam Kisah Dari Sebuah Kampung Di Masa Pandemi

| 14 Comments

Hai Sahabat Lalang Ungu, apa kabar? Akhir pekan datang lagi nih..apa kegiatan kalian di akhir pekan kali ini?  Untuk teman-teman yang hobi baca, kali ini aku akan menuliskan tentang sebuah buku menarik yang kubaca beberapa waktu lalu. Sebuah buku karya seorang sahabat, yang mempunyai judul unik dan mengundang rasa penasaran.

Lauk Daun

Novel Lauk Daun

Lauk Daun by Hartari

Ya, itulah judul buku karya mbak Hartari seorang sahabat blogger dari Semarang. Judul yang unik, bukan? Psst, sempat terlintas tanya di benakku saat membaca judul buku itu, apakah ini buku tentang masakan atau tips kesehatan? Dan ternyata….

Identitas Buku

Oya, sebelum cerita lebih lanjut, ini dia identitas buku yang satu ini:

  • Judul buku: LAUK DAUN
  • Pengarang: Hartari
  • Penerbit: baNANA
  • Tanggal Terbit: September 2022
  • ISBN: 978-623-98249-5-2
  • Tebal halaman: 144 halaman
  • Lebar buku: 12 cm
  • Panjang buku: 18,5 cm
  • Berat buku: 113 gr
  • Harga: Rp.80.000,- (P. Jawa)

Blurb Buku

Blurb Novel Lauk Daun

Sampul belakang novel Lauk Daun

Ada yang menghindar, ada pula yang mengincar: jabatan Ketua RT. Bu As sangat ingin suaminya, Pak As, menjadi Ketua RT Kampung Merdeka karena otomatis jabatan Ketua PKK bakal ia pegang. Dan, begitu berkuasa, mulailah Bu As menindas warga. Kebijakan macam-macam, tetapi yang paling menyiksa warga adalah kewajiban bercocok tanam dan sepekan sekali senam. Perlawanan muncul di sana-sini, termasuk di grup percakapan. Namun, kampung yang awalnya dihuni para purnawirawan ini tidak melulu berisi relasi kuasa. Ada kisah petualangan asmara membara yang melibatkan sekian pemain. Pagebluk datang, tetapi adu muslihat antar warga tak berkurang, bahkan ketika Kampung Merdeka akhirnya menerapkan lockdown — lauk daun.

Kesanku Membaca Lauk Daun

Membaca blurb yang tertulis di bagian belakang buku novel fiksi yang mungil ini, cukup menghalau pertanyaan yang sempat terlintas dibenakku saat membaca judul buku ini: ini samasekali bukan buku tentang resep masakan ataupun tips kesehatan! 😁

Ternyata, novel ini bercerita tentang dinamika kehidupan warga sebuah kampung yang bernama Kampung Merdeka, saat pandemi melanda dan kata ‘lockdown‘ merupakan salah satu kata yang paling sering terdengar di kala itu.

Aku sungguh menikmati membaca kalimat demi kalimat yang dirangkai dalam 22 bab di novel ini. Alur ceritanya mudah dimengerti, tokoh-tokohnya terasa nyata dan konflik-konflik yang tercipta sepanjang alur cerita ini dekat dengan keseharian kita.

Sahabat Lalang Ungu, apakah kalian teringat sesuatu saat membaca kutipan di bawah ini?

Kampung Merdeka berubah menjadi kampung lombok, kampung cabai, meski hanya satu pot tanaman cabai di setiap rumah. Tapi, Bu As berkukuh, Kampung Merdeka adalah kampung lombok.

(Lauk Daun, Bab 11, hal 73)

Aku sendiri, langsung teringat fenomena berkebun yang sempat viral di masa pandemi lalu. Ada yang menjadikannya sekedar hobi, banyak pula yang menjadikannya sebuah program lingkungan, lalu dilombakan antar lingkungan (dengan segala kehebohan yang mengiringinya)…persis seperti kejadian yang tertuang di novel ini. Penulis Lauk Daun sungguh piawai ‘memotret’ fenomena satu ini, dan dengan bahasa yang ringan diuleni dengan konflik-konflik keseharian (+ kisah asmara), menghasilkan karya fiksi yang jooss..👍

Belum lagi saat membaca interaksi warga Kampung Damai lewat WA grupnya…wis to..sebelas duabelas lah dengan celotehan-celotehan warga WAG sejenis yang sempat kuikuti 🤭

Senorita Hartari, terima kasih sudah menuliskan cerita ini ya… Cerita yang membuatku larut ke dalam suasana Kampung Merdeka dengan aneka permasalahannya. Merasa ikut gemas, setengah anyel dan ada rasa campur-aduk juga mengikuti kiprah Bu As, Yayuk dan tokoh-tokoh lainnya. Belum lagi adanya kejadian-kejadian tak terduga di kampung satu ini. Ternyata yang putih tak selalu putih demikian pula yang hitam tak selamanya hitam. Ada abu-abu diantara beragam warna.

Pantas saja naskah ini menjadi salah satu naskah yang menarik perhatian juri Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2021. Dan catatan kesan dari Dewan Juri Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2021 ini dapat kita baca di lembar pertama novel ini.

Catatan Dewan Juri Sayembara Novel DKJ 2021

Dan aku setuju sekali dengan pendapat tersebut. Bagaimana dengan kalian Sahabat Lalang Ungu yang sudah membaca novel ini, apakah kalian sependapat? Eh…atau ada yang belum membaca dan tertarik untuk membacanya juga? Gampang..cari saja di patjarmerah, demabuku, republikfiksi, postsanta, dll. Atau capcus hubungi mba Hartari deh…  Oya untuk tulisanku lainnya tentang buku-buku bisa dibaca di : bacaan

14 Comments

  1. Jadi penasaran ingin baca full novel ini. Btw terimakasih lho reviewnya

  2. bakal seru kalau baca langsung versi full-nya karena sepertinya cerita yang ditulis sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari jadi bisa relate

  3. Wah keren sekali nih. Pasti seru kalau baca bukunya langsung. Membaca novel itu merupakan hiburan dan cocok untuk meningkatkan keterampilan menulis bagi seorang blogger seperti saya juga.

  4. Awalnya saya kira ini buku resep juga. Haha… Ternyata salah ya
    Bener saya juga jadi membayangkan masa pandemi dimana semua sibuk berkebun dan bercocok tanam. Ah dasar ikut-ikutan saat pandemi berakhir, yg berkebun pun bubar
    Bagus nih ada “dokumentasinya” lewat novel ini hehehe

  5. Lauk Daun seperti setitik catatan sejarah masa pandemi, ya. Bisa untuk pengingat di masa mendatang.

  6. Buku yang menarik, kata2nya juga cerdas. Wajib baca nih, suka dengan tema2 unik kaya gini

  7. Kupikir awalnya Lauk Daun ini sejenis lauk dari daun seperti rolade singkong itu, ternyata istilah untuk menyebut pembatasan jarak ya mba. Hmmm.. sepertinya isinya menarik nih, mengupas hal-hal yang kita alami selama pandemi. Jadi pengen ikutan baca

  8. sempat terkecoh kalau baca judulnya, ternyata lauk daun itu istilah plesetan dari kata lock down pas pandemi kemarin ya hehehe. menarik juga nih ikut penasaran pengen tau isi bukunya

  9. Buku yg menarik untuk di baca, teryata lauk daun sebuah plesetan dari kata lockdown.

  10. Secara keseluruhan, Lauk Daun adalah novel yang menghibur dan sarat makna. Novel ini cocok dibaca oleh siapa saja, terutama bagi mereka yang ingin mengenal kehidupan masyarakat Indonesia di masa pandemi.

  11. Di masa Pandemi pasti ada aja kisah uniknya, yang bisa dibilang mah mirip² terjadi di mana aja. Unik ini isi bukunya

  12. Judulnya menggelitik yaa, ka Tanti.
    Aku pikir “Lauk Daun” itu dilemanya gak punya uang sehingga terpaksa makan sayur, huhuuh.. ternyata jauh yaa..

    Aku juga kayanya tim protes sii kalo tinggal di Kampung Merdeka.
    Secara kewajibannya baik, tapi jadi sedikit punya waktu di rumah, hehhee… tapi apakah ada kaitannya dengan ketahanan pangan sehingga kudu bercocok tanam sendiri seperti ini?

  13. waah menarik juga yaaa kayanya buku ini. Jadi pengen tau lebih tentang isi lengkapnya..

  14. Penuh dengan belantika kehidupan bertetangga ya Kak novelnya hehe. Saya jadi terbayang dengan sosok-sosok yang mungkin terkesan akrab di masing-masing lingkungan kita. Tapi memang, di masa pandemi lalu, hobi berkebun jadi salah satu hal yang sangat diminati orang sih.

Leave a Reply

Required fields are marked *.