Hai Sahabat Lalang Ungu, semoga senantiasa sehat dan bahagia ya.. Sahabat, dalam tulisanku kali ini kembali akan kulanjutkan cerita pengalaman kami saat menjalani umrah plus Turki beberapa waktu lalu, khususnya saat mengunjungi beberapa lokawisata di sekitar Lapangan Sultanahmet/ Sultanahmet Square di Istanbul. Cerita sebelumnya yang ini.
Apa saja yang kami lihat di area Sultanahmet Square dan sekitarnya? Berikut catatanku tentang hal ini.
Hippodrome Konstantinopel
Setelah mampir makan siang di Warung Ibu Dedeh dan belanja suvenir di Bazar Indonesia, kami kemudian berjalan kaki menuju pusat area bersejarah Hippodrome Konstantinopel yang saat ini lebih dikenal sebagai area Sultanahmet Meydani ataupun Sultanahmet Square.
Konon, pada zaman Kekaisaran Bizantium terdapat sebuah pusat sosial, olahraga dan juga arena pacuan kuda di Konstantinopel yang disebut Hippodrome.
Hippodrome ini dibangun pada awal abad 2 Masehi oleh Septimius Severus dan saat ini masih ada sisa-sisa dinding Hippodrome tersebut di beberapa lokasi dan salah satunya di sisi jalan / seberang tempat kami makan siang itu
Setelah beberapa menit berjalan kami pun sampai ke sebuah area terbuka berlantaikan paving blok yang terlihat memanjang bersih dan rapih dengan deretan pepohonan di samping kanan-kirinya dan yang paling menarik perhatian adalah dua tugu batu yang menjulang tinggi di tengah area lapangan tersebut.
Lho…itu kok ada lukisan khas Mesir di dinding tugu batunya?
Ahmed -guide kami- kemudian menjelaskan bahwa apa yang kami lihat tersebut memang sebuah Obelisk Mesir yang disebut sebagai Obelisk Theodosius. Sebuah Obelisk milik Fir’aun Tutmoses III yang didirikan kembali di area Hippodrome Konstantinopel tersebut oleh Theodosius I pada abad ke-4 Masehi.
Terdapat pula Obelisk lainnya di area ini yang disebut Obelisk Konstantinus dan berada di sisi Selatan lapangan Sultanahmet ini. Obelisk setinggi 32 m ini dibangun oleh Konstantinus I pada abad ke-7 Masehi dengan menggunakan material batu kasar dan tanpa lukisan khas Mesir seperti yang ada pada Obelisk Theodosius.
Kalau sisi Selatan lapangan ini dihiasi dengan obelisk-obelisk tersebut, maka di sisi Utara lapangan Sultanahmet ini dapat kita jumpai pula bangunan bersejarah lainnya.
German Fountain atau Air Mancur Jerman ini merupakan sebuah air mancur bergaya gazebo yang dibangun untuk memperingati ulang tahun kedua kunjungan Kaisar Wilhelm dari Jerman ke Istanbul pada 1898 M.
Terus berjalan melewati gazebo air mancur ini, melewati taman-taman tempat orang-orang beristirahat atau berpose ria, terlihat di ujung sana terlihat kubah dan tiang-tiang menara sebuah Masjid cantik, itulah Masjid Biru.
Masjid Biru
Masjid Biru ( Blue Mosque ) adalah julukan untuk Masjid Sultan Ahmed, salah satu dari 2 masjid besar di area Sultanahmet Square ini yang menjadi tujuan para wisatawan.
Masjid dengan 6 menara berbentuk khas semacam pensil itu dibangun sejak 1609-1616 M pada masa pemerintahan Ahmed I, terkenal karena lantainya yang menggunakan marmer Iznik berwarna biru dan bagian dalamnya berornamen cantik.
Memasuki pintu gerbang ini kami sampai ke halaman luas Masjid Biru yang siang itu dipenuhi oleh cukup banyak orang. Karena satu dan lain hal, kami tidak bisa memasuki area sholat pada masjid dan harus puas menikmati keindahannya dari luar saja. Semoga suatu saat nanti bisa datang kembali dan sholat di dalamnya. Aamiin..
Hagia Sophia
Di area Sultanahmet Square ini, Masjid Biru letaknya berseberangan dengan masjid besar lainnya yang juga sangat terkenal dan menjadi tujuan wisatawan : Hagia Sophia atau Ayasofya Camii.
Area Hagia Sophia ini sangatlah luas, sore itu memasuki waktu Sholat Ashar, pengunjung antri dengan rapi memasuki area masjid melalui 1 pintu gerbang dengan pemeriksaan petugas.
Hagia Sophia (Bhs Yunani yang artinya ‘Kebijaksanaan Suci) ini mempunyai jejak sejarah yang panjang. Dibangun pada 537-1453 M sebagai Katedral Ortodoks, pada Masa Kekaisaran Konstantinopel oleh Pasukan Salib Keempat sempat diubah menjadi Katedral Katolik Roma, lalu pada Masa Kesultanan Ustmaniyah tahun 1453 M digunakan sebagai masjid hingga tahun 1931 M sebelum kemudian ditutup untuk umum oleh Republik Turki lalu dibuka kembali sebagai museum dan pada akhirnya difungsikan lagi sebagai masjid sejak Juli 2020 lalu.
Setelah agak berdesakan di pintu masuk, kami sampai di lorong dan diarahkan ke tempat sholat melalui pintu terpisah antara laki-laki dan perempuan. Setelah menyimpan alas kaki di loker-loker yang disediakan kami pun memasuki area sholat wanita yang terasa sangat lega dengan atap yang tinggi dan dinding serta pilar-pilar marmer serta hamparan karpet hijau menutup lantainya.
Usai sholat, sempat mengabadikan beberapa bagian dalam masjid yang dapat terlihat dari ruang sholat perempuan ini, meski tak seleluasa adik yang mengabadikan dari bagian sholat laki-laki.
Setelah puas di dalam masjid kami pun kembali berjalan kaki keluar area masjid pulang menuju parkiran bus kami melewati area Sultanahmet Square sebagaimana waktu kedatangan kami ke sana.
Sahabat Lalang Ungu, itulah cerita pengalaman kami mengunjungi area Hippodrome Konstantinopel yang sekarang dikenal sebagai Sultanahmet Square dan menikmati pemandangan serta jejak sejarah di sana. Sampai jumpa pada cerita perjalanan berikutnya ya…
Pingback: Terpesona Bunga-Bunga Cantik di Turkiye |