Hai Sahabat Lalang Ungu, apa kabar? Semoga selalu sehat dan bahagia ya… Musim liburan sekolah sudah tiba nih, mungkin teman-teman juga sedang bersiap untuk liburan akhir tahun bersama keluarga tercinta ya?
Ohya, sebelum anak-anak sekolah mulai liburan, biasanya kegiatan belajar mengajar ditutup dengan penyampaian rapor / catatan hasil belajar anak didik kepada orang tua ya.. Nah, biasanya siapa nih yang bertugas ambil rapor anak, ayah nya atau ibunya atau anggota keluarga lainnya?
Terkait pengambilan rapor ini, ada gerakan baru yang disosialisasikan pemerintah, yaitu GEMAR. Sahabat Lalang Ungu sudah tahu kah dengan gerakan yang satu ini?
Apa itu GEMAR?
GEMAR adalah kependekan dari “Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak ke Sekolah” sebagaimana tertuang dalam Surat Edaran Menteri Kependudukan dan Keluarga / Ka BKKBN nomor 14 Tahun 2025 yang bertanggal 1 Desember 2025.

Dengan gerakan ini dihimbau kepada seluruh ayah dari anak usia sekolah untuk mengambil rapor anaknya pada waktu pengambilan rapor anak ke sekolah di akhir semester.
Apa pentingnya hal tersebut?
Ternyata, berdasarkan hasil Pemutakhiran Pendataan Keluarga tahun 2025 diperoleh data bahwa 1 dari 4 keluarga (25%) memiliki anak yang fatherless yaitu kondisi anak yang tumbuh tanpa kehadiran atau peran aktif figur ayah. Kondisi ketidakhadiran figur ayah ini bisa karena kematian, perpisahan, atau ayah secara fisik ada tapi tidak terlibat secara emosional dalam keseharian anaknya.
Dalam beberapa artikel sempat kubaca bahwa dampak fatherless ini cukup signifikan dalam perkembangan kepribadian dan emosional anak. Secara emosional dapat mengakibatkan krisis identitas, gangguan psikologis dan kesulitan mengelola emosi. Secara sosial dapat menimbulkan kesulitan membangun interaksi sosial dan masalah perilaku. Secara kognitif dapat memengaruhi perkembangan otak dan kemampuan belajar. Bahkan fatherless ini juga dapat memengaruhi perkembangan seksual seseorang.
Nah..gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak ke Sekolah ini adalah salah satu upaya pemerintah merespon isu fatherless ini yang memang sangat butuh perhatian dan peran dari lintas sektor.
Pelibatan ayah dalam momen pengambilan rapor anak ini diharapkan dapat membangun komunikasi langsung dengan pendidik, memahami perkembangan akademik anak dan menguatkan relasi keluarga. Disamping itu, kehadiran sosok ayah di momen ini juga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar, memperkuat pembentukan karakter anak.
Lalu, bagaimana untuk anak yang memang tidak punya ayah?
Menurutku, gerakan ini memang bagus, namun dalam pelaksanaannya tetap harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing keluarga. Jangan sampai pula gerakan yang bertujuan positif ini meninggalkan ‘luka’ bagi sebagian anak. Ini menjadi salah satu ‘PR’ dalam pelaksanaan GEMAR saat ini dan di masa depan.
Selintas Kenangan Masa Kecil
Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak ke Sekolah (GEMAR) ini sempat trending beberapa hari ini. Ada pro dan kontra tenru saja. Apakah gerakan ini hanya akan berhenti sebagai gaung seremonial belaka, atau memang akan ada dampak positif sebagaimana yang dihadapkan? Mungkin waktu lah yang akan menjawab hal ini.
Namun, izinkan aku kali ini menuliskan kembali kenangan masa kecil terkait kehadiran sosok ayah dalam momen pengambilan rapor di masa sekolah dulu.
Di keluarga kami, sepertinya sudah ada kesepakatan antara ibu dan ayah terkait pembagian tugas ambil rapor ini. Sepanjang kami SD hampir selalu ibu yang hadir mengambil rapor kami, mungkin karena lokasi sekolah lebih dekat lokasinya dengan rumah. Saat SMP, juga ibu yang mengambil rapor masing-masing kami, bukan karena dekat lokasi rumah tapi karena kami semua belajar di SMP tempat ibu mengajar, jadi yaaa..sekalian saja..haha..
Nah, saat SMA, barulah ayah yang hadir pada setiap momen pengambilan rapor. Terus terang, momen itu kutunggu-tunggu dan sangat berkesan bagiku. Masih kuingat, rasa gelisah saat beliau belum terlihat datang, lalu rasa senang melihat beliau berjalan dari parkiran menuju kelasku.
Saat akhirnya beliau keluar kelas dengan senyum lebar ke arahku, mengacak rambutku sebentar sambil bilang ‘rapornya bagus’..aah..bahagia sekali!! Belum lagi rasa banggaku menggandeng lengannya saat bersama berjalan ke parkiran sebelum pulang ke rumah berboncengan vespa hijau kesayangannya.
Ya, kejadian itu sederhana memang, tapi masih selalu menjadi bagian dari kenangan indah hingga saat dewasa. Kurasa, tak hanya terjadi padaku, namun ke-4 saudaraku pun merasakan bahagia dan bangga yang serupa pada momen-momen akhir Semester itu.
Sahabat Lalang Ungu, itulah sekelumit cerita kali ini, tentang GEMAR dan kenangan indah ku bersama ayah di momen pengambilan rapor. Bagaimana di keluarga kalian, siapa yang mengambil rapor anak? Yuk bagi ceritanya di kolom komen ya…
Suamiku sering mengambil rapor anak² waktu SD. Dulu aku masih kerja pabrik yang jam kerjanya cukup kejam heheheee… Suamiku yang jam kerjanya lebih fleksibel bisa lebih mudah untuk datang ke sekolah.
Sepanjang ingatan saya, ayah saya yang lebih banyak mengambilkan rapor .. malah gak ingat pernah diambilkan ibu. Penerapan gerakan ayah mengambil rapor ini bagus sekali mengingat banyaknya orang yang mengalami fatherless. Semoga saja bisa menjembatani ayah dan anak di Indonesia.
Aku setuju sama program ini untuk mengenalkan ayah ke dunia anaknya dan mebiarkan ia terlibat langsung di lapangan. Tapi semoga ini bukan gerakan wajib karena di luaran sana masih ada yang ayahnya tidak bisa hadir karena saatu dan lain hal
Aku dulu pas sekolah ganti-gantian yang ambil rapor. Kadang Ibu, kadang Bapak. Kalau adikku seringnya yang ambil malah aku hahaha. Karena Ibuku gak bisa naik motor, jadi sejak SMP yang ambil rapor adikku kadang Bapak, tapi seringnya aku.
Sebenarnya gerakan ini bagus ya, tapi sayangnya masih kyk sekadar seremonial aja. Di balik pro kontranya, mungkin selain pengambilan raport, sekolah bisa lebih mengadakan kegiatan2 lagi bersama ayah. Jadi bisa dirutinkan. Lalu juga bisa meminta partisipaso aktif ayah untuk berdiskusi mengenai perkembangan anak2nya.
Kalau aku dulu keknya yg ambil raport selalu ibu karena bapak kerja. Tapi bapak tu yang tiap hari anter jemput aku ke sekolah. Jadi yaaa bagi2 peran lha ya.
Apapun itu kalau kegiatan2 baik ya kita dukung aja terlepas dari pro kontranya 😀
Saya setuju bangeeet dan memang selama ini Bapaknya anak – anak yang justru lebih rajin mengambil raport anak – anak karena punya jam kerja lebih fleksibel atau saat saya sedang dinas ke luar kota. Semoga lebih banyak ayah yang hands on on this ya
Sekolahnya anakku belum ambil raport, ka Tanti..
Tapi alhamdulillah.. karena kami pesantren dan lokasinya di luar kota, biasanya memang melibatkan Abu-nya buat hadir membersamai saat ambil raport.
Alhamdulillah..
Semoga GEMAR menjadi motivasi orangtua untuk bisa lebih dekat dengan anak.
Aku mendukung banget GEMAR ini, bagaimana pun kegiatan yang melibatkan ayah akan berkesan buat anak sampe kelak dewasa.
Akuu…Aku..
Waktu sekolah paling banyak yang ambil raport adalah Bapak, senangnya. Nempel sampe sekarang.
Tapi, ketika punya anak, aku yang sering ngambil raport anak, hahahaa. Bapake sebook teros..
Kalau menurut saya, sangat bagus Ayah hadir mengambil raport anaknya ke sekolah, kalau kebetulan keluarga terpisah, momen ambil rapor bisa dimanfaatkan untuk menunjukkan kehadirannya sebagai sosok ayah pada anaknya.
Kalau di keluarga, waktu anak SD, saya yang ngambil rapor, SMP yang ambil alm Bapaknya karena lokasi sekolah lumayan, SMA saya lagi yang ngambil rapornya.
Saya yang ambil raport anak-anak ketika mereka SD. Tapi, begitu SMP dan SMA, ayahnya yang selalu ambil raport. Gak ada alasan khusus, memang berbagi tugas aja. Urusan sekolah pun yang antar anak-anak tuh ayahnya.
Dulu kami LDM. Tapi suami selalu cuti tiap anak2 rapotan. Itu jadi kenangan manis karena habis ambil rapor, kami selalu makan bareng2 di rumah makan. Tapi terus terang kalah bapaknya yang ambil rapor, saya yang nggak puas karena bapaknya nggak tanya apa2 ke walas.