Sahabat Lalang Ungu, tak terasa awal Ramadan tinggal sebulan lagi. Sudahkah kalian bersiap menyambutnya? Atau bahkan sudah sangat siap hingga persiapan baju Lebaran bahkan sudah dipikirkan? 🤭
Kalau aku sih untuk Ramadan selain persiapan fisik antara lain mulai lebih memperhatikan kondisi lambung (karena pekan pertama Ramadan biasanya paling berat untukku yang punya sejarah maag ini) biasanya juga persiapan lahir batin agar bisa melakukan amalan-amalan Ramadan dengan sebaik-baiknya, khusus di tahun ini juga bersiap menata hati.
Iya, menata hati juga… Semoga bisa melewati Ramadan kedua tanpa almh ibuk ini dengan sebaik-baiknya. Tahun lalu, Ramadan dan Lebaran pertamaku tanpa ibu terasa amat sangat berat. Dan puncaknya ngungsi malam takbiran ke rumah kakak di Semarang karena tak sanggup berlebaran di rumah sendiri yang menyimpan begitu banyak kenangan Lebaran bersama beliau di tahun-tahun sebelumnya.
Ramadan kemarin itu, boro-boro mikir persiapan lebaran seperti baju, makanan, dll. Bisa lulus sebulan menjalani Ramadan kemarin itu dengan tetap waras bagiku sudah Alhamdulillah bangeeet.. Kehebohan bersama ibu mempersiapkan seragam Lebaran keluarga besar Soeranto dari jauh-jauh hari seperti tahun-tahun sebelumnya tinggal kenangan.
Eh ngomong-ngomong soal baju kembaran saat momen-momen khusus (misalnya Lebaran, kondangan, dll), kalian suka atau tidak sih pakai baju kembaran?
Ah, aku jadi teringat salah satu temanku yang antiiii banget untuk memakai baju seragaman. Boro-boro seragaman sekeluarga, baju kembar sama salah satu saudara/teman saja dia nggak mau banget. Norak, katanya 😬
Sebaliknya, aku sih seneng-seneng saja memakai baju kembaran begini. Menurutku itu sebagai upaya mempererat rasa kebersamaan. Atau mungkin pendapatku ini karena sudah menjadi kebiasaan di keluarga kami yang sejak kecil hampir selalu pakai baju kembaran yang dijahit sendiri oleh ibu, terutama di momen-momen istimewa.
Waktu kecil, saat Lebaran tiba 3 gadis di keluarga kami pakai baju berbahan dan warna sama meski dengan model berbeda sesuai request masing-masing. Ada yang suka model girly ada yang simple bahkan cenderung bergaya tomboy. Bapak dan 2 anak cowok kembaran juga kemejanya, sementara Ibu dan Yangti kembaran kebayanya.
Pernah juga suatu ketika ibu kami membuat baju tidak hanya untuk kami bertiga, tapi juga untuk seorang adik sepupu (anak sulung adik ibu). Nah, saat sudah hampir jadi baju untuk adikku itu ia menangis melihat modelnya berbeda dengan mbak sulungku (meski warna dan motif kain sama). Maunya sama persis dengan mbakku itu! Maka ibu pun merombak kembali dan menyesuaikan keinginan adik yang mau kembaran dengan kakak kesayangannya 😊
Itu tadi cerita kenangan lama tentang kembaran baju di masa kami kanak-kanak hingga awal remaja. Setelah kami mulai beranjak dewasa, tak selalu memakai baju kembaran, adakalanya hanya memakai baju yang sama warna atau motif saja. Satu tema tapi model sesuai pilihan masing-masing. Tapi, aku sendiri tetap sering kembaran dengan ibu, karena kebetulan selera kami hampir sama.
Kembali pada kenangan Ramadan dan persiapan Lebaran, dulu biasanya pada pekan pertama Ramadan aku dan ibu sudah selesai memilih-milih kain, lalu mengirimkan ke masing-masing keluarga kakak untuk dijahit sesuai selera masing-masing, tak lupa kain-kain itu dikirim bersama dengan kue-kue kering penyemarak meja di hari Lebaran. Ibu kami memang selalu seperhatian itu ke semua anak cucunya meski kami tinggal berjauhan.
Baju kembaran itu kemudian dipakai sesuai kesepakatan. Kadang-kadang kami sepakat untuk memakainya pada hari pertama Lebaran (yang tidak selalu kumpul bersama tapi lalu saling kirim foto keluarga di rumah masing-masing dengan baju kembaran itu) atau kadang sepakat untuk dipakai pada acara silaturahmi keluarga besar kakek (biasanya pada hari ke-2 atau ke-3 Lebaran).
Oya, salah satu keuntungan memakai baju kembaran keluarga begini saat kumpul keluarga besar adalah bisa mengenali dengan mudah Mbak A itu anggota keluarga Pakdhe X yang tema out fit-nya kali itu Biru langit, sementara Dik B itu bagian dari keluarga Tante Y yang kali itu seragaman batik sogan, dst. Mudah, bukan? 😁
Eh, yang hobi pakai baju kembaran ternyata bukan aku saja. Ndilalah kok dapat rekan-rekan kerja yang hobi juga begini. Selain seragam kantor yang sudah ditentukan, kami -aku dan staf-stafku yang cewek– sering juga janjian beli atasan/bawahan kembaran lalu janjian dipakai bareng di hari tertentu. Nggak ada gengsi-gengsian, murah meriah pun hayuuk saja 😊
Nah, pakai baju kembaran saat jalan bareng-bareng dengan rombongan/teman-teman juga asyik lho, selain terlihat makin kompak juga memudahkan saat harus mencari teman serombongan di tengah keramaian..hehe..
Jadi begitulah Sahabat Lalang Ungu, aku sih senang-senang saja untuk pakai baju kembaran. Bagaimana denganmu, suka atau tidak? Yuk bagi cerita pilihan/ pendapatmu di kolom komentar yaa.. Terimakasih…
9 Comments
Leave a reply →