LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

S.a.b.a.r….

| 5 Comments

” Assalamualaikum… Boy! Kok ngerem aja sih, di kamar! Ayo dong, ikut kita demo! “
Suara keras Dika mengusik ketenangan kamarku, disusul dengan hempasan tubuh gempalnya di kasur tipis tempat tidurku.  Hah… hawa panas seakan terkumpul di kamar kost sempit ku itu..
“Waalaikumsalam… Demo apaan?” jawabku sekenanya, sambil menutup buku tebal yang sedang kubaca.
“Hah? Demo apaan? Aduh Boy…ketinggalan berita amat sih, kau ini!  Tak terusikkah hatimu dengan film yg melecehkan junjungan kita itu? ” sambil geleng-geleng kepala, raut wajahnya jadi semakin tak enak dipandang mata.
“Ooh.. tentang film itu…”
“Ya ampun, Boy… Cuma begitu reaksimu?? Hah…muslim apaan!” semakin tak sabar dia tampaknya, sambil membelalakkan mata memandangku.
“Eh… jangan mudah menghakimi seseorang, sobat !  Demi Allah hatiku juga sakit merasakan penghinaan pada junjungan kita itu.. ” agak meningkat rupanya nada suaraku, membuat dia mengerutkan keningnya.
“Lalu, kenapa kau menolak ikut demo? Kenapa kau malah diam-diam saja di sini, tak menyatakan sikap apapun? “
Aku menghela nafas panjang,  ” Dik, kau yakin demo yang akan kau ikuti tak akan mengarah ke anarkisme? Kau yakin kalian tak akan terpancing untuk terlibat kerusuhan ? “
” Mungkin saja tidak, tapi.. itu satu-satunya cara kita menyatakan sikap bukan ? ” kata Dika masih tak mau kalah.
” Ada  banyak cara untuk menyatakan kecaman terhadap hal itu, sobat… Tidak harus melalui demo-demo yang bisa jadi malah akan memperkeruh suasana..”
Kuraih kembali buku tebal yang sedang kubaca tadi, menyusuri beberapa halamannya, dan membuka halaman 209 lalu menyodorkan ke hadapan Dika, ” Coba baca ini..”
Wawasan Al-Qur’an terhadap pelecehan terhadap nabi Muhammad SAW ? “
Aku mengangguk, lalu memberi waktu pada Dika untuk membaca Bab 16 dari buku ” Membumikan Al-Qur’an ” buah karya M. Quraish Shihab itu.  Aku yakin, penjelasan beliau dalam bab itu, akan membuka wawasan sahabatku itu, tentang tuntunan Kitab Suci kita dalam mensikapi upaya-upaya pelecehan terhadap junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Paling tidak, ada 2 hal pokok yang menyebabkan terjadinya pelecehan itu :
  1. Keangkuhan yang dilahirkan oleh keterpedayaan akan kemewahan duniawi, sebagaimana Firman-NYA dalam QS. Al-Jatsiyah [45]: 35 .
  2. Ketidaktahuan, baik karena informasi yang keliru maupun karena tidak diterimanya informasi sama sekali.  Surat-surat dalam Al-Qur’an yang menegaskan bahwa sikap buruk kaum musyrik adalah akibat mereka tidak tahu, antara lain : QS. Al-Maidah [5]: 104, Al- An’am [6]: 37, Al-A’raf [7]: 131, Al-Anfal [8]: 34, At-Taubah [9]: 9 dan masih banyak yg lainnya.
Pada intinya, tuntunan umum dari Al-Qur’an menyangkut sikap menghadapi pelecehan tersebut adalah :
  1. Meningkatkan informasi yang benar
  2. Terus berdakwah menjelaskan ajaran Islam -dalam bentuk lisan, tulisan dan tingkah laku- yang penuh toleransi tanpa mengorbankan akidah dan nilai-nilai Islam
  3. Berpaling / menampakkan tanda-tanda tak menyetujui sikap lawan-lawan Islam yang melecehkan itu.
  4. Menahan emosi agar tidak bertindak yang dapat merugikan citra umat Islam dan jalannya dakwah
  5. Memutuskan hubungan dengan mereka sambil melanjutkan dakwah
Yang tidak kurang pentingnya adalah bahwa siapapun yang tidak terlibat dalam pelecehan itu harus tetap dihormati dan tidak boleh diganggu atau dilecehkan tanpa sebab, bahkan Al-Qur’an berpesan untuk berlaku adil terhadap siapapun, walau terhadap kelompok yang dibenci.
Keheningan kamarku kembali pecah dengan suara deheman Dika sambil menutup buku itu, namun tetap dipegangnya.
‘Boy, maafkan aku yang sudah melemparkan tuduhan padamu ya? ” katanya setelah sejurus terdiam menatapku.
Aku hanya mengangguk, sambil mengulas senyum.
“Aku masih ingin mempelajarinya lebih jauh, Boy… Boleh kubawa pulang?” pintanya.
Aku kembali mengangguk, ” Ya, bawalah..  Setidaknya, kau akan tahu ada banyak cara kita mensikapi segala sesuatu, tak hanya dengan mengumbar emosi semata..”
Dika membalas senyumku… dan hawa panas tak lagi begitu terasa di kamar kost ku yang sempit, berganti kesejukan di hati kami…
Perintah bersabar bukan berarti menerima penghinaan dan berlagak memaafkanSabar adalah menahan gejolak demi mencapai yang baik atau lebih baik.  Ia tidak dapat dilakukan kecuali oleh orang-orang yang kuat mentalnya.  Sabar bukanlah kelemahan, sebab jika anda tidak mengambil tindakan yang tepat karena khawatir dari siapa yang lebih kuat daripada anda, maka itu bukanlah kesabaran.
***
Ini hanya sebuah fiksi tentang opiniku pribadi,  bersumber dari pemikiran M. Quraish Shihab. Mohon maaf bila ada yg tak berkenan di hati.  Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mengenai  hal ini,   silahkan membaca “Membumikan Al-Quran – Jilid 2” , Penulis : M. Quraih Shihab, Penerbit Lentera Hati, Januari 2011.

5 Comments

Leave a Reply

Required fields are marked *.