“Niaaar…, sdh jadi beluuum?” suara centil Tia menyambutku pagi itu.
Kelas masih sepi, tumben dia datang pagi-pagi begini.
“Apanya?” sahutku pura-pura tak tahu.
“Halaaah…, suka gitu deh..” dengan lincah dia duduk di sebelahku, lalu meletakkan sebatang coklat kegemaranku di atas meja, ” niih.. sudah kubawakan untukmu.”
Aku pun tertawa, memasukkan coklat itu ke dalam tas dan segera mengangsurkan selembar kertas padanya.
Sekilas dia membacanya, lalu senyum manis terulas di bibirnya, ” Makasih, Niar. Kau memang jago merangkai kata. Aku yakin Ardi akan klepek-klepek membaca puisi ini.”
Aku hanya tersenyum mendengar pujian yang sudah sering kudengar, khususnya dari teman-teman sekelas yang memintaku menuliskan puisi untuk dikirimkan pada cowok / cewek gebetan mereka. Sudah cukup banyak coklat atau kue-kue yang kubawa pulang sebagai barter puisi-puisi pesanan itu. Lumayaan.. hehe..
Sebenarnya, aku geli dengan kelakuan teman-temanku itu. Belum lagi lulus SD sudah naksir-naksiran dengan teman sekelas ataupun tetangga kelas. Mendingan juga belajar dengan rajin agar bisa mengerjakan ujian nanti dengan baik, begitu pikirku kala itu.
Tapi, ternyata aku terlalu sombong. Tuhan tidak suka dengan kesombongan dan langsung memberi pelajaran padaku siang itu juga.
Pelajaran itu berwujud sesosok ciptaan-NYA yang elok, dengan pandangan mata yang lembut dan senyum menawan!
“Selamat siang anak-anak… Kenalkan, ini Pak Iwan, yang akan menggantikan Pak Tedi yang pindah ke Surabaya…bla..bla..bla”
Ya Tuhan… aku jatuh cinta!
Penjelasan Pak Santoso -kepala sekolah kami- siang itu di depan kelas hanya selintas mampir di telingaku dan entah apa kelanjutannya. Aku terlanjur terpesona pada pria tampan yang berdiri santun di sebelahnya. Hatiku berdegub kencang, kurasa ia khusus memandang dan tersenyum padaku! 🙂
Lalu hari-hari pun berlalu dengan lebih risau bagiku. Menyadari bahwa akhirnya aku merasakan apa yang teman-temanku pernah rasakan. Semakin galau ketika sadar bahwa ketertarikan itu bukan hanya milikku. Meta, Tia, Nuning, dan gadis-gadis lain di kelasku pun merasakan hal yang sama. Arrgh… Tak akan kubagi lagi kalimat-kalimat indahku pada mereka, semua kan kutuliskan khusus untuk dia seorang!
Hingga suatu hari…
Sejak pagi mama sudah sibuk memasak dan menyuruhku bersih-bersih rumah. Huh, padahal hari minggu kan enaknya buat santai di kamar (sambil merangkai kata buat si ganteng) hehe…
Mbak Aning akan pulang, begitu kata Mama.
Horee… Aku tentu saja senang. Kakak sulungku itu selama ini kuliah di luar kota dan hanya pulang setiap libur semesteran. Meski jarang bertemu, kami cukup dekat, dan kepulangannya selalu menjadi saat-saat yang menyenangkan bagiku. Tumben, saat tidak libur panjang begini dia pulang. Hm, sudah kangen aku mungkin… GRku dalam hati. Oya, aku nanti dapat menceritakan padanya tentang si ganteng itu…
Suara bel pintu berdering dan aku pun bergegas membuka pintu.
“Halo cantiiik… Mbak kangen deh sama kamu,” kakakku langsung membungkuk memelukku sayang. Lalu ketika gantian ia memeluk mama, aku bergeser dan terkejut melihat seseorang yang berdiri di belakangnya. Mbak Aning tidak pulang sendirian.
“Mama, Niar, kenalkan ini Mas Iwan…” kata mbak Aning kemudian sambil menarik tangan lelaki itu ke hadapan mama.
“Aah, ini calon mantu mama rupanya…” seru mama dengan ceria sambil menyambut uluran tangan Pak eh Mas Iwan – si gantengku itu.
Dan…serenade pilu pun mengalun di telingaku!
***
FF ini untuk meramaikan Kuis Flashfiction Cinta Pertama Bareng Novel Everlasting
11 Comments
Leave a reply →