Deretan anak-anak tangga itu seolah mengajakku ke atas … Sepertinya, hanya ada kegelapan di atas sana. Tapi … desakannya cukup kuat terasa. Hm, siapa -atau apa- kah yang menungguku di sana? …
***
Jam menunjukkan pukul 16.30 ketika kami sampai di pelataran Lawang Sewu Semarang. Bangunan tua bersejarah yang terletak di Jl. Pemuda Komplek Tugu Muda Semarang yang dibangun pada tahun 1904 – 1907 M oleh arsitek C. Citroen itu.
Bangunan 3 lantai itu dahulu merupakan kantor NIS ( Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij ) atau Kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) yang juga pernah digunakan untuk Kanwil Kementerian Perhubungan Jateng.
Bangunan yang saat ini difungsikan sebagai museum perkeretaapian ini juga merupakan saksi sejarah Pertempuran 5 Hari di Semarang pada 14-19 Oktober 1945, yang melibatkan Angkatan Muda Kereta Api ( AMKA ) dengan Kempetai & Kidobutai Jepang. Oleh karena itu, melalui SK Walikota No. 650 / 50 / 1992 bangunan ini dinyatakan sebagai salah satu dari 102 bangunan bersejarah di Kota Semarang yang wajib dilestarikan.
Lawang Sewu juga akrab dengan kisah-kisah mistis. Oleh karena itu, sempat agak was-was juga ketika kemarin diajak untuk jalan-jalan ke sana sore hingga jam 18.30 WIB ( jam buka Lawang Sewu adalah jam 07.00 – 22.00 WIB ). Haah, lepas magrib ke sana..? hiii…
Tapi ternyata, sore itu tak ada kejadian ‘aneh-aneh’ ketika kami ke sana. Yaiyalaah… masih sore, Bo 🙂
Dengan didampingi oleh mas pemandu yang berseragam putih-putih, kami pun mulai tour keliling gedung tua yang sebagian sedang dalam renovasi oleh Unit Pelestarian Benda & Bangunan Bersejarah PT KA Persero itu. Dimulai dari penjelasan tentang sejarah perkeretaapian Kota Semarang hingga fungsi-fungsi dari ruangan-ruangan yang ada di sana.
Satu demi satu langkah kami menapaki lorong-lorong yang ada di gedung tua itu … Oya, salah satu lorong di lantai pertama dengan deretan pintu kayu terbuka rupanya menjadi tempat favorit untuk para narsismania berpose di sana.
Di lantai kedua, ada lorong yang tanpa penerangan yang salah satu sisinya ( sebelah kiri ) dulu digunakan sebagai perkantoran dan sisi seberangnya sebagai aula besar / ballroom. Kebayang bila jalan-jalan di lorong iitu lepas magrib… wow… *senter jadi kebutuhan utama pastinya 🙂
Lalu… di ujung lorong lantai ke dua itulah terdapat anak tangga yang menuju ke lantai teratas yg membuat deg2an itu… ( lebay… ) Ada apa di atas sana?
Ternyata hanya sebuah ruangan luas dan kosong yang dulu digunakan sebagai gudang & sekarang dibiarkan kosong begitu saja… Adakah ‘sesuatu’ di sana? Entahlaah…
Turun kembali dari lantai 3 langsung ke lantai pertama dan kami menuju ke pelataran belakang, dimana ada para penjual cendera mata, kami terus berjalan ke arah samping … foto-foto lagi.. ( hihi..) lalu memutar kembali ke arah depan.
Di ujung halaman samping itu dipajang sebuah Loko Uap, yaitu kendaraan rel yang dapat bergerak sendiri dengan mesin uap yang digerakkan oleh ketel uap hasil pembakaran kayu bakar. Loko C 2301 buatan tahun 1908 itu mulai beroperasi tanggal 5 Maret 1908 sampai dengan tahun 1980, yang melayani rute Semarang – Jatirogo dan Semarang – Blora. Tentu saja … Loko Uap ini juga menjadi tempat ber-narsis-ria 🙂
Akhirnya kami tiba kembali di halaman depan Lawang Sewu, duduk-duduk di sana sambil menunggu rombongan lain yang belum selesai keliling. Menikmati semilir angin sore yang mengusir kepenatan setelah seharian mengikuti sesi-sesi materi di hari pertama TravelNBlog 3 di Semarang ini, menikmati lalu lintas di seputar Tugu Muda dan langit senja yang mulai merona, menyiapkan energi untuk hari kedua…
Teman, itulah cerita jalan-jalan kami di Lawang sewu sore kemarin. Nggak ada serem-seremnya, bukan ? Tips untuk yang tidak ingin ‘parno’ di Lawang Sewu.. datang saja saat hari masing terang … 🙂
Yang belum pernah mampir, yuuk rame-rame ke sana…
18 Comments
Leave a reply →