LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Perjalanan ‘ngeri2 sedap’ ke Curug Muncar

| 17 Comments

Ketika beberapa waktu lalu melalui instagram mendapati foto-foto keren dari air terjun bernama Curug Muncar yang disebutkan ada di Kab Pekalongan, aku sungguh merasa penasaran. Kab. Pekalongan? Lhaah… itu kan tetangga sebelah… kok ya aku baru dengar tentang Curug ituu? Therlhalhuu… (kalau kata si Bung ituuh..hehe..)

Hasil cari-cari info di dunia maya menyatakan bahwa Curug Muncar berada di lereng Gunung Ragajembangan, tepatnya di Desa Curugmuncar Kec. Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, pada ketinggian 1.249 m di atas permukaan laut dan berjarak sekitar 30 km dari Kajen.

Foto-foto yang ditemukan hasil browsing Curug Muncar juga membuatku semakin ingin melihat langsung, namun ternyata tak mudah menemukan informasi mengenai rute dan kondisi jalan yang harus ditempuh ke sana 🙁

Meskipun begitu, kami nekat saja memutuskan untuk mengunjungi lokasi wisata itu pada liburan Jumat 1 Mei 2015 kemarin, bersama 3 orang keponakan -yang langsung heboh mengiyakan ajakan jalan-jalan ini- berbekal sedikit informasi dari internet dan aplikasi maps yang ada.

Eng..ing..eeng… 

Petualangan ke Curug Muncar dimulai, start dari Kota Pekalongan sekitar jam 8 pagi dengan cuaca yang cukup menjanjikan alias tak ada mendung… Perjalanan lancar dengan menempuh rute Medono – Jenggot – Karangdadap – Kutosari – Doro – Petungkriyono.

Sempat agak bingung di Pasar Doro, karena tak ada petunjuk yang jelas di sekitar pasar itu, sehingga harus 2 kali menggunakan GPS -Gunakan Penduduk Sekitar- alias nanya-nanya…. 🙂

Beberapa petunjuk jalan yang ditemukan

Beberapa petunjuk jalan yang ditemukan

Pemandangan hijau menyegarkan sepanjang perjalanan

Pemandangan hijau menyegarkan sepanjang perjalanan

Setelah perjalanan ditempuh sekitar 2 jam kemudian, akhirnya kami sampai di sebuah gerbang yang bertandakan Ekowisata Petungkriyono. Anak-anak bersorak, dan sempat berhenti dulu untuk meluruskan kaki -sambil pose-pose tentunyaaa…haha.. mengira perjalanan sudah akan berakhir dan Si Curug Muncar sudah di depan mata.

Narsis setelah masuk wilayah Ekowisata Petungkriyono

Narsis setelah masuk wilayah Ekowisata Petungkriyono

Tapi ternyataaa….. perkiraan kami salah, saudara-saudara!

Perjalanan masih harus berlanjut, dengan kondisi jalan yang lebih ajib lagiTak hanya kelokan tajam, jalan relatif sempit -dengan lereng tajam di tepinya- dan tanjakan + turunan yang masih harus kami lewati, bahkan ada beberapa ruas jalan yang rusak parah yang cukup membuat deg-deg seeer… saat melewatinya.

Kondisi jalan yang memaksa pengemudi ekstra hati-hati ...

Kondisi jalan yang memaksa pengemudi ekstra hati-hati …

Untungnya, pemandangan cantik di kanan-kiri jalan masih memanjakan mata kami, sehingga tak terlalu stress dengan kondisi jalan yang cukup mengerikan. Selain pepohonan rindang, hutan bambu, tanaman pakis hutan dll, banyak grojogan-grojogan kecil yang kami temui di kanan-kiri jalan dan juga sungai-sungai khas pegunungan dengan air yang jernih dan bebatuan besar berserakan …

Sungai-sungai dan curug / grojogan kecil yang menghiasi kanan-kiri jalan

Sungai-sungai dan curug / grojogan kecil yang menghiasi kanan-kiri jalan

Sekitar 1 jam perjalanan dari gerbang Ekowisata Petungkriyono kami baru menemukan gapura kecil sederhana ber-cat biru dengan penunjuk arah ke Curug Muncar. Akhirnyaaa …. 🙂

Gerbang pertama, jangan masuk melalui gerbang yang ini !!

Gerbang pertama, jangan masuk melalui gerbang yang ini !! Tanjakannya, GILAA…

Kamipun langsung berbelok memasuki gang menanjak -dengan ukuran paas 1 mobil saja- itu … daaaan… mobil tak kuat menanjak pada pertengahan pendakian!!

Haduuuh…. dengan ketar-ketir aku dan adik iparku turun, sementara anak-anak tetap ada di dalam mobil dan adikku yang mengemudi berusaha keras untuk melanjutkan perjalanan, diiringi doa kami berdua yang turun. Ndremimil muji slamet sambil hati dag-dig-dug tak karuan…

Ketika akhirnya mobil berhasil naik sampai di bagian yang agak landai, kami menghela nafas lega. Sambil berjalan kaki ke sana, kami berbincang dengan penduduk sekitar yang juga berjalan kaki ke atas. Ternyata, kata ibu itu, ada jalan masuk lain yang ‘lebih ramah’ karena memang jalan masuk yang ini terlalu terjal. Ketika kami agak komplain kenapa tak ada petunjuk di bawah, ibu itu berkata biasanya saat ramai kunjungan ada yang bertugas menjaga di mulut gang itu, mengarahkan ke gang yang satu lagi beberapa meter dari jalan masuk yang itu. Aah…memang sudah nasib kami rupanya harus masuk dari jalan yang mengerikan itu…

Akhirnya setelah episode deg-degan satu itu, kami berhasil sampai di tempat parkir lokawisata Curug Muncar. Tak ada tempat parkir khusus rupanya. Hanya sepetak lahan di jalan/gang depan rumah-rumah penduduk yang cukup menjadi tempat parkir 1-2 mobil saja. Hm.. Setelah membeli tiket masuk ( Rp. 3.000,- / orang dewasa) dan Rp. 5.000,- untuk parkir, kami pun lanjut berjalan kaki menuju Curug Muncar. Ini gambaran jalan masuk ke lokasi Curug Muncar yang bisa ditempuh dengan jalan kaki (sekitar 300 m) atau motor ( yang berani ) …

Parkir di dekat Mushola, beli tiket dan lanjut jalan kaki ...

Parkir di dekat Mushola, beli tiket dan lanjut jalan kaki …

Jalan nail turun dan berliku menuju Curug Muncar

Jalan naik turun dan berliku menuju Curug Muncar

Setelah perjalanan berliku.. akhirnya.. tadaaaa…. inilah dia penampakan Sang Curug yang ditunggu-tunggu itu …

CURUG MUNCAR

CURUG MUNCAR, keindahan yang tersembunyi …

Eeh, ternyata sudah cukup panjang tulisan ini yaa…. Cerita asyiknya ciblon di Curug Muncar dan peristiwa mendebarkan yang mengikutinya, ada di tulisan berikutnya yaa …

Tulisan selanjutnya : Tips berwisata ke Curug Muncar

17 Comments

  1. Pingback: Melepas Rindu ke Petungkriyono |

  2. Pingback: Wisata Bersama Blogger Pekalongan ke Ekowisata Petungkriyono (2) |

  3. Pingback: Suatu siang di Umbul Sidomukti |

  4. Pingback: Tips berwisata ke Curug Muncar |

Leave a Reply

Required fields are marked *.