LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Pengalaman offroad pagi di lereng Merapi (2)

| 15 Comments

Meninggalkan Kaliadem, menuju lokasi Batu Alien

Meninggalkan Kaliadem, menuju lokasi Batu Alien

Yuhuuu….kita lanjutkan cerita offroad kemarin yaa…

Batu Alien

Dari Kaliadem, mas sopir membawa kami menuju lokasi berikutnya. Perjalanan semakin menyenangkan karena mentari telah muncul sehingga kami tak lagi berkendara melewati medan yang ‘wow’ dalam keremangan subuh yang bikin deg-degan itu…

Pemandangan menuju Dusun Jambu di lereng Merapi

Pemandangan menuju Dusun Jambu di lereng Merapi

Kanan-kiri jalan terlihat sudah ditumbuhi pepohonan nan menghijau, tak lagi tampak kegersangan bekas erupsi Merapi tahun 2010 lalu, kecuali puing-puing rumah atau bangunan yang dibiarkan mangkrak begitu saja.

Beberapa kali jeep berhenti di lokasi bekas pemukiman, yang tinggal reruntuhan bangunan-bangunan diantara semak belukar, pengingat tragedi yang membawa rasa haru dan duka…

Sisa Kampung

Reruntuhan di antara sesemakan…

Lalu akhirnya kami sampai di Dusun Jambu, Desa Kepuharjo, Kec Cangkringan, Sleman. Eks dusun, tepatnya…karena di lokasi itu tak ada lagi pemukiman, hanya sebidang ara-ara / tanah lapang di tepi Kali Gendol – sungai utama yang menjadi jalur material erupsi Merapi.

Naah...kita sampai di Dusun Jambu...lokasi batu Alien itu...

Naah…kita sampai di Dusun Jambu…

Ada apa di Dusun Jambu ini?

Di sanalah lokasi Batu Alien, demikian penuturan pemandu kami.

Hah? Alien? Batu dari antariksa kah? Pertanyaan itu yang muncul di benak kami mendengar nama batu itu. Namun ternyata, nama itu hanya sebutan plesetan dari kata alihan (bhs Jawa yg artinya berpindah) saja. Penduduk sekitar menggunakannya untuk menyebut sebuah bongkahan batu super besar hasil perpindahan akibat erupsi Merapi, dan -kebetulan- mempunyai guratan yang unik di permukaannya.

Pemandu sedang menunjukkan guratan2 di Batu Alien

Pemandu sedang menunjukkan guratan2 di Batu Alien

Pada pandangan pertama, hanya tampak batu besar teronggok beberapa meter dari tepian jurang Kali Gendol. Ah, itu dia batu yang sudah ‘terlontar’ sangat jauh dari kawah Merapi ( sekitar 7 km dari dusun itu ).

Baru setelah diperhatikan betul, memang batu itu seperti penampakan wajah seseorang (dari arah samping) : ada tonjolan telinga, cekungan mata, tonjolan hidung dan bibir / mulut. Seolah wajah seseorang yang sedang mengernyit penuh duka 🙁

Inilah Batu Alien / Batu Alihan yang unik itu...

Inilah Batu Alien / Batu Alihan yang unik itu…

Pagi itu, di sekitar Dusun Jambu cuaca cerah, kabut telah tersibak dan puncak Merapi dikejauhan menampakkan kegagahannya, sehingga tentu saja rame-rame narsis berjamaah terjadi lagii..hihi…

Penampilan Merapi dari lokasi Batu Alien

Penampilan Merapi dari lokasi Batu Alien, membuat pengunjung bergegas untuk menjadikannya background untuk berfoto-ria 🙂

Gak kuaaat ada background cantik... futu2 lgi kitaa...

Gak kuaaat ada background cantik tersedia… futu2 lagi kitaa… 🙂

Setelah berfoto-ria, kami pun menikmati pemandangan sekitar, termasuk pemandangan kegiatan penambangan pasir di Kali Gendol itu. Dari kejauhan tampak segerombol orang / penambang sedang bekerja, sementara ada sebuah truk yang menunggu untuk diisi pasir. Aah…, melihat kondisi sungai itu, kami sempat was-was…bagaimana bila tepian itu longsor atau tiba-tiba ada banjir besar dari daerah atas? Aduuh..berbahaya sekali yaa.. Semoga Allah senantiasa menjaga mereka semua…

Hm...penambangan pasir itu legal gak ya?

Hm…penambangan pasir itu legal gak ya?

Puas mengamati Batu Alien, menikmati pemandangan di sekitarnya dan narsis berjamaah di sana, kami pun bergegas kembali menaiki jeep-jeep itu, meneruskan perjalanan menyusuri daerah-daerah yang terdampak erupsi Merapi itu, menuju persinggahan terakhir : Museum Sisa Hartaku

Jeep wisata siap mengantar pengunjung melanjutkan offroad..

Jeep wisata siap mengantar pengunjung melanjutkan offroad..

Yuuk..mareee…  bersambung lagee 🙂

15 Comments

  1. Pingback: Pengalaman offroad pagi di lereng Merapi (3) |

  2. Pingback: Pengalaman offroad pagi di lereng Merapi (1) |

Leave a Reply

Required fields are marked *.