“Senangnya, bisa ke sini lagi…”
“Iya, Nda… Syukurlah, akhirnya Mama mengizinkan kita merayakan ultah di sini lagi..”
Memang, menyenangkan sekali bisa kembali bersama menikmati indahnya sore di villa, apalagi di hari istimewa kami ini. Rasanya sudah lamaaa sekali kami tak duduk bertiga begini.
“Eh, Kak Win… Lihat itu mawar kesukaan Kak Ndy sedang bermekaran…” seru Winda tiba-tiba.
Rumpun mawar itu berseri seolah menyambut kebersamaan kami kembali…
“Ya, cantik dan lembut seperti Windy kita..” sahut Kak Wina lalu tersenyum sendu.
Ah, Kak Wina menyanjungku. Sebenarnya dialah yang paling lembut diantara kita bertiga. Winda manja sedangkan aku sedikit tomboy.
“Winaaa… Windaaa… Ayo pulang, hampir maghriiib..” teriakan Mama dari teras mengusik kebersamaan kami.
“Yaah…, Mama benar-benar belum mau menginap di sini lagi..” keluh Winda.
“Masih butuh waktu bagi beliau untuk kembali ke sini tanpa Windy..” jawab Kak Wina perlahan.
Mereka pun segera beranjak menuju teras…
Meninggalkanku kembali sendiri, di kesunyian villa ini.
***
150 kata untuk MFF Prompt #62 : Hey Girls!
September 16, 2014 at 21:36
Windy meninggal ya mbak
ceritanya sih begitu, mbak.. hehe…
September 16, 2014 at 23:37
sedihnyaa Mba Mechtaa.. 🙁
*puk-puk Dani sambil nyodorin tisu 🙂
September 17, 2014 at 03:03
Nicely written. Sedih tapi manis.
trims apresiasinya, Tika 🙂
September 17, 2014 at 08:39
semoga Windy bahagia di sana
aamiin.. 🙂
September 17, 2014 at 08:49
manis sekali mbak. Tempat yang penuh kenangan bersama Windy
Terima kasih apresiasinya, Mas…
September 17, 2014 at 10:25
Sepupuku ada loh adik kakak namanya mirip seperti tokoh-tokoh di atas. Windi, Wanda, Wine 🙂
Iya kah? kebetulan yaa…tapi semua masih lengkap kan? hehe…
September 17, 2014 at 19:18
Windy sayang, mama minta waktu ya menata hati tanpa kehadiranmu secara nyata.
Tulisan Diajeng selalu enak dinikmati. Salam
aah…komen Ibu juga selalu menyemangati saya… Suwun sanget, Bu Prih 🙂
September 18, 2014 at 07:42
Sampai butuh baca berulang kali untuk bisa menangkap twist cerita ini. Cerita yang mengena, Mba… ^_^
naah..msh hrs banyak belajar nih agar pembaca langsung bs menangkap twist FF ini hehe… Terima kasih Mas / Mbak…
September 18, 2014 at 16:06
wina itu gue, winda adik gue, windy juga adik gue. nah? bs klop! tp syang windy udah … ;(
Huwaat….sjk kapan lo jd Wina?? hehe.. Iya urutannya: Wina-Windy-Winda, dan iya.. Windy hadir tak kasat mata 🙁
September 26, 2014 at 07:24
nama belakang gue kan Winarso? hehehe
oh I see… 😛
September 18, 2014 at 22:45
huhuhuhu…
hiks…
September 19, 2014 at 12:07
Kasian Windy, arwahnya gentayangan. Blom menemukan cahaya :p
iyaa… semoga segera damai di alam sana yaa.. 😉
September 19, 2014 at 14:59
singgah kemari sambil menyimak saja, habis bingung mau komen apa hehehe, salam perkenalan ya bu, ditunggu loh kunjuingan baliknya ^_^
terima kasih sudah mampir dan salam kembali, Ayu.. 🙂
September 20, 2014 at 07:34
melihat keluarga dari alam yang berbeda, sedih ceritanya mbak. 🙁
hanya melihat…tak bisa dilihat 🙁
Trims sudah mampir yaa..
September 22, 2014 at 16:05
Wah, ‘flash’-nya bagus sekali. Utuh, tidak tergesa. 🙂
Terima kasih apresiasinya… 🙂
September 22, 2014 at 16:35
sedihnya kurang terasa.. 🙂
Begitu ya… trims masukannya… 🙂
September 26, 2014 at 01:16
Ahelah. Bacanya pas malam Jumat -__-”
qiqiqi… ga papa mbak Carra… ga suka ngegangguin kok 🙂