Bagi masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya, taman yang satu ini mungkin sudah tak asing lagi.Β Ya, Taman Menteri Supeno atau yang lebih populer dengan sebutan Taman KB.
Entah kenapa, taman yang terletak di ujung Jalan Menteri Supeno Semarang ini lebih dikenal dengan sebutan Taman KB.Β Apakah karena adanya patung besar -seorang ibu yang berdiri di sebelah seorang anak perempuan dan menggendong seorang anak laki-laki- yang menjadi pusat perhatian di tengah Ruang Terbuka Hijau yang asri itu ?
Hm… entahlah… mungkin patung itu mengingatkan orang kepada slogan Keluarga Berencana yaitu ‘Dua Anak Cukup’ meskipun patung itu sendiri tak secara pasti menggambarkan sebuah keluarga karena tak ada sosok ayah di situ.
Ah, sudahlah… tak perlu berpanjang lebar membahas kenapa taman yang dibangun pada tahun 1973 – 1975 oleh Pemerintah Kota Semarang itu lebih dikenal sebagai Taman KB. Kenapa pula aku tiba-tiba membahas tentang taman ini?
Tak lain dan tak bukan karena beberapa hari lalu aku menghadiri rapat di Gedung Dharma Wanita yang terletak di Jl. Menteri Supeno 2, dan ketika siang itu seusai rapat aku memandang taman yang letaknya tepat di depan gedung DW itu….tiba-tiba saja aku terseret ke masa lalu! *lebaaay… π
Ya, tentu saja karena taman seluas sekitar 5000 meter persegi ini terletak persis berseberangan dengan SMA Negeri I Semarang… almamater kebanggaanku itu lhooo… hehe…
Maka akupun mengurungkan niat untuk langsung memanggil taksi dan menuju ke rumah keluarga di Tegalsari, sebaliknya malah berjalan kaki menyeberangi jalan Menteri Supeno itu dan langsung masuk ke areal asri yang menawarkan keteduhan di siang yang cukup terik kemarin.
Perlahan aku mengayunkan langkah menyusuri jalur pedestrian di taman itu, beberapa kali berhenti untuk mengambil gambar ( cuek dengan beberapa pengunjung yang melirik … turis kesasar, mungkin begitu pikir mereka..haha.. ).
Dan ternyata … taman itu memang sudah jauh berubah dari jaman aku dulu sering menghabiskan waktu di sana (Yaiyalaah… sudah lebih dua dasa warsa berlalu… π ) Taman terlihat semakin asri.
Yang tidak berubah bentuknya hanyalah patung Ibu & anak tersebut, yang masih berdiri kokoh di tengah kolam air mancur di pusat taman.Β Sayang air mancurnya tak ‘meriah’ di siang itu … sehingga kolam besar itu tampak sepi π
Dulu, kami sering ngadem di pinggiran kolam besar itu. Menikmati percikan air mancur sambil ngobrol ngalor-ngidul bersama teman-teman sepulang sekolah.Β Atau di sore hari sambil menunggu waktu kegiatan ekstra kulikuler dimulai …
Sekarang, di sekitar kolam besar itu dibangun jalur-jalur pedestrian ( sebagian diantaranya untuk pijat refleksi telapak kaki) yang mengelilingi dan menghubungkan beberapa area yang tampaknya diperuntukkan sebagai tempat berkegiatan kelompok, dimana masing-masing area itu dikelilingi oleh tempat duduk berundak.

Jalur pedestrian yg dikhususkan untuk pijat refleksi telapak kaki. Pola tatanan batunya indah dipandang juga.. π
Taman ini juga sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang menjadikannya tak hanya sebagai RTH saja namun sekaligus tempat rekreasi.Β Ada area bermain anak-anak, Tempat Display Surat Kabar untuk Umum, bahkan ada juga bagian taman yang sengaja dikeraskan sebagai skatepark yaitu arena bermain skateboard.
Ah, memang taman ini telah banyak difungsikan sebagai tempat kegiatan masyarakat, misalnya sebagai lokasi pameran, pentas seni, kegiatan Pertunjukan Kesenian Rakyat Jawa Tengah ( PKRJT ) yang digelar 2 minggu sekali, sebagaimana yang pernah kukunjungi beberapa waktu lalu.
Tak terasa waktu berlalu. Rasanya masih ingin menikmati keteduhan pepohonan rindang itu, namun karena sore itu aku harus langsung pulang maka aku pun memutuskan meninggalkan oase nyaman itu, berjalan menyusuri trotoar di teriknya Semarang yang cukup menggigit, menuju bunderan air mancur tempat aku dulu menyeberang dan menunggu kendaraan umum setiap pulang sekolah.
Eh… iya … bentuk air mancurnya sudah berganti.Β Lebih kontemporer nampaknya, meskipun aku pribadi lebih senang dengan bentuk air mancur konvensional yang jadul ituu..hehe…
Lalu lintas di seputaran air mancur siang itu cukup ramai, sehingga aku mengurungkan niat berjalan menyeberang dan memilih duduk di buk pembatas saluran air di pinggir jalan itu. Sambil menunggu taksi, kulihat gedung besar menjulang di seberang jalan, Gedung Pramuka, yang dulu kami kenal sebagai Kantor Kwarda Jateng dan sanggar pramuka …
Dalam taksi yang kemudian kutumpangi menuju rumah kakak, kunikmati pemandangan sepanjang jalan Pahlawan – Sriwijaya – Tegalsari … masih mengenali tempat-tempat yang penuh kenangan … tersenyum menyadari begitu banyak perubahan yang menandai begitu jauh waktu telah berlari dari saat aku masih memakai seragam putih-abu dan menempuh perjalanan itu dengan menumpangΒ angkot oranye …
Alhamdulillah, undangan rapat mendadak beberapa waktu lalu membuatku mendapat sedikit waktu mengenang sepenggal masa remaja nan penuh kenangan yang tak kan terlupakan … Bahagia itu sederhana memang …Β π
March 15, 2015 at 08:58
Mengunjungi tempat-tempat yang penuh kenangan seperti ini menarik kembali pengalaman yang sempat kita lupakan ya Mbak π
betul mba Evi … Dan kadang2 membuat kita melihat suatu mslh dg perspektuf baru..hehe..
March 15, 2015 at 15:25
saya belum pernah mbak ke taman KB. Banyak tempat di Semarang yang belum saya kunjungi.
kapan2 klo mudik lebaran bs mampir ya mbak…dekat simpang5 tuh..hehe
March 16, 2015 at 09:21
Lahir dan besar di jawa tengah, tapi saya belum pernah ke ibu kota propinsi alias semarang
Mangga lho mbakyu… Semarang menantimu π
March 16, 2015 at 13:16
Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Mechta…
terasa diri sudah “tua” ya, mbak…hehe. Banyak sekali perubahan zaman muda (sekolah) dahulu dengan yang ada sekarang. sepertinya tidak ingin hilang apa yang jadul pernah dinikmati. Rasa kehilangan dan tinggal kenangan. Iya, itulah zaman sentiasa berubah sesuai dengan usia kita ini.
Salam manis dari Sarikei, Sarawak. π
hihi…mungkin bawaan umur ya Kak Fatimah..senangnya mengenang π
March 16, 2015 at 13:31
Subhanallah indahnya … ingin rasanya main ke sana…
marii..silakan mampir ke Semarang π
March 17, 2015 at 14:40
“sebagian area taman yang dikeraskan….” ta kira dikerskan digimanakan gettu. Ternyata sptnya dikeraskan maksudnya di bikin keras semacam di batako atau paving ya Mbak
huwaa…maafkaaan…bahasanya ngaco yak? hihi… iya, maksudnya dibuat keras dengan cara diplester / disemen .. bukan volumenya yg dikeraskan..hihi…
March 18, 2015 at 07:10
cuma sering lewaat..belum pernah nongkrong hihi..iya, salah tuh yak kalau dibilang KB…ngga ada ayahnya
hehe…buat kopdar lesehan boleh juga tuuh mbak Dedew.. π
March 18, 2015 at 12:16
Mengenang kembali masa remaja ya, Mbak, duh… bahagia tak harus mihil π
leres, Pak AMA… bahagia tak harus mihil π
March 20, 2015 at 08:39
kunjungan perdana π
salam kenal π
Terima kasih kunjungannya… salam kembali dari Kota Batik π
March 25, 2015 at 19:55
Perlu di investigasi tuh mbak. Kenapa di sebut taman KB. Munkin diambil dari bahasa Jawa, “kabe” artinya semua. Berarti taman semua, untuk semua.
Itu pendapat aku aja
Pingback: Ngadem Sejenak di Taman Indonesia Kaya |