Lalang Ungu. Ketika Melon dan Maaf dipertukarkan, sepadankah? Mentari di siang itu sedang senang-senangnya membagikan sinar teriknya, sementara aku dan rekan-rekan sedang rehat sejenak di antara kesibukan kami mempersiapkan acara esok harinya.
“Bu, ada yang ingin ketemu…” suara salah seorang rekan dari ambang pintu. Kulihat ada dua orang remaja berseragam SMP berdiriΒ bersamanya, maka aku pun mempersilakan mereka berdua masuk. Kebetulan tak ada kursi lain di ruangan itu, sehingga mereka berdua berdiri di depan meja yang sedang kutempati.
“Ada yang bisa saya bantu, dik?” tanyaku kepada mereka. Sempat terlintas di benakku, mungkin mereka ingin mencari info tentang sesuatu dari kantor kami.
“Kami ingin minta maaf, Bu..” jawaban salah seorang dari mereka mengejutkanku.
“Lho..kenapa? Kesalahan apa yang sudah kalian perbuat?“
Penuturan mereka kemudian membuatku teringat pada kekecewaan besar yang kami rasakan beberapa hari sebelumnya.
Ya.. Pada suatu pagi beberapa hari sebelumnya, rekan yang bertugas merawat kebun memberi laporan yang mengejutkan buatku.
“Bu, rencana kita panen Melon bersama Pak Wali di peringatan HPS nanti tampaknya gagal, Bu..” lapor mereka dengan sedih.
“Kenapa, pak? Perkiraan kita melon-melon itu siap petik pada Jumat nanti, bukan?“
“Ya Bu…tapi yang bagus-bagus hilang..tinggal beberapa namun kurang baik“
Dan begitulah, ketika kami ke kebun di belakang, memang tak banyak lagi buah berwarna keemasan yang sudah siap petik. Menurut penjaga, buah-buah itu tidak hilang bersamaan, tapi beberapa kali. Masih ada beberapa, dan kuminta untuk dipetik dan diperam saja, lumayan masih bisa dipotong-potong dan disajikan nantinya. Kami pun merencanakan acara lain pengganti panen Melon. Hm, panen kangkung & bayam menjadi salah satu alternatifnya.
Kekecewaan terbesar yang kami rasakan adalah karena tidak berhasil menampilkan hasil kerja keras teman-teman pada kegiatan HPS yang akan dihadiri oleh Walikota. Alhamdulillah masih ada tanaman sayuran yang bisa dipanen bersama, namun kehilangan ‘primadona’ yang digadang-gadang selama ini -hanya beberapa hari sebelum Hari H- memang cukup mengesalkan. Siapa yang sudah duluan memanen hasil kerja kami??

Melon-melon dalam kenangan…
“Bu..kami sungguh minta maaf Bu.. ” suara pelan dua remaja itu membawaku kembali dari ingatan tentang kehilangan itu. Jadi, rupanya benar dugaan beberapa rekan sebelumnya bahwa sebagian tersangkanya adalah murid dari sekolah sebelah kantor kami. 😔
Kutatap mereka berdua. Ada setumpuk kesal di hatiku, tapi juga ada secuil rasa kagum karena mereka berani mengakui kesalahan mereka : makan hasil curian! Ya, menurut mereka, bukan mereka berdua yang melakukan pencurian. Mereka hanya ikut makan buah Melon yang sudah dipotong-potong di kelas. Lalu ketika kemudian mereka tahu asal dari buah itu, mereka menyesal dan takut. Setelah menimbang-nimbang, mereka memberanikan diri datang untuk minta maaf dan minta diikhlaskan bagian Melon yang sudah mereka makan.
Aku menghela nafas. Aku kesal sekali…tapi entah kenapa aku tak sanggup menghukum mereka.Β Kurasa, keberanian mereka perlu dihargai. Seingatku, aku hanya ‘menguliahi’ mereka tentang adab yang mestinya juga telah mereka dapatkan dari guru / pembimbing mereka. Pada akhirnya menyatakan bahwa kami memaafkan mereka setelah mereka berjanji tak akan mengulangi perbuatannya,Β namun juga menyatakan bahwa dosa atas perbuatan mereka adalah urusan mereka dengan Tuhan. Aku menghargai keberanian mereka meminta maaf namun juga meminta bantuan mereka untuk menyadarkan teman-teman mereka yang telah berbuat salah.
Mungkin ada rekan-rekanku yang merasa tak puas karena aku merasa cukup sampai di situ saja penyelesaiannya, tidak mau melaporkannya ke sekolah mereka. Ya, mungkin memang aku terlalu lemah. Kepada rekan-rekanku aku berjanji, bila setelah ini ada lagi masalah kehilangan yang mengindikasikan keterlibatan anak-anak sekolah sebelah, maka kupastikan pihak sekolah akan menerima laporannya.

Sebagian kemeriahan acara Peringatan HPS ke-38 Tk Kota Pekalongan
Itu terjadi beberapa hari lalu. Alhamdulillah, acara peringatan Hari Pangan Sedunia ke-38 yang diselenggarakan kantor kami telah berjalan lancar. Insiden kecil itu tidak berpengaruh besar. Dan hari ini, ketika menengok kebun Melon itu…aku teringat akan kejadian itu.
Menurut teman-teman, salahkah keputusanku memaafkan mereka dan tidak memperpanjang masalah itu? Atau, kalau itu terjadi pada kalian..langkah apa yang akan kalian ambil terhadap kedua remaja itu? Silakan share pendapat kalian di kolom komen ya… Terima kasih…
October 30, 2018 at 04:43
Baik yg meminta maaf dan yg memaafkan, sama2 berjiwa besar. π tp menurutku, baiknya sampaikan masalah itu ke guru wali kelas atau kepala sekolahnya mba
October 30, 2018 at 12:20
Trmksh masukannya mba.. akan kami pertimbangkan..
October 30, 2018 at 07:03
Salut dengan keberanian mereka untuk datang dan meminta maaf. Sebetulnya teman2 mereka yang mencuri harusnya datang meminta maaf. Mungkin perlu juga dilaporkan ke guru wali kelas agar kejadian seperti ini tak terulang lagi.
October 30, 2018 at 12:21
Terima kasih masukannya mba..akan kami pertimbangkan..
October 30, 2018 at 12:22
Semoga ya mbak…
October 30, 2018 at 12:47
Aku salut dengan keberanian mereka meski sebenarnya itu bukan tanggung jawab keduanya ya mbak. Dan misal aku jadi mba Tanti, sama kayaknya, nggak tega lapor ke sekolah. Apalagi bukan keduanya yang mencuri
November 1, 2018 at 00:46
Semoga saja tidak terulang masalah yang sama mba…
October 30, 2018 at 13:36
Semoga mereka benar2 menyesal ya Mbak, dan untuk yg pelaku sesungguhnya pun bisa sadar dan segera meminta maaf.
Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi.
Mbak kerenn, bisa memaafkan mereka.
November 1, 2018 at 00:45
Aamiin..semoga ini menjadi pelajaran bagi mereka, juga bagi kami untuk lebih berhati-hati..
October 30, 2018 at 14:44
Terbayang gimana perasaan teman-teman Mbak Tanti kehilangan melon-melon yang ranum gara-gara ulah anak-anak yang tak berpikir panjang. Semoga mereka tahu akibatnya akibat tindakan mereka itu ya Mbak. Semoga ini jadi pelajaran berharga juga untuk mereka
November 1, 2018 at 00:45
Aamiin..semoga demikian, mba Evi..
October 30, 2018 at 15:41
Kalau mereka minta maaf, sebaiknya dimaafkan saja. Apalagi alhamdulillah semua juga telah berjalan baik kan ya mba. Smoga mereka sungguh menyesal ya mba. Terima kasih telah berbagi π
November 1, 2018 at 00:44
Terima kasih juga masukannya mba..
October 31, 2018 at 08:24
Memaafkan itu perbuatan mulia lho.Jadi jangan ragu untuk melakukannya.
November 1, 2018 at 00:43
Siap, Bunda…
October 31, 2018 at 08:42
Kalau saya pribadi yang mengalami hal itu pasti kesal tapi melihat keberanian mereka meminta maaf membuat saya memaafkan, dan saya pikir memaafkan lebih baik daripada kesal berkepanjangan hingga akhirnya tidak bisa fokus pada perencaan berikutnya yang lebih baik
November 1, 2018 at 00:43
Terima kasih masukannya mba..
October 31, 2018 at 10:17
Kebayang sih bagaimana sedih dan kesalnya. Tapi, saya rasa tindakan Mbak Tanti sudah tepat. Semoga dengan dimaafkan seperti ini sudah benar-benar membuat mereka jera. Kalau belum, baru ambil tindakan yang lebih besar lagi
November 1, 2018 at 00:43
Terima kasih, mudah2an tidak terulang lagi..
October 31, 2018 at 15:17
Kesel pastilah ya, secara ranum gitu ilang.
Tapi karena ada itikad baik, ya bagaimana agar mereka sadar minta maaf.
Semoga ada hikmah yang bisa dijadikan pelajaran dari kisah ini.
November 1, 2018 at 00:42
Betul Nyi.. Hikmah bagi kami agar lebih meningkatkan penjagaan untuk meminimalkan kesempatan bagi yg berniat buruk ya..
October 31, 2018 at 15:36
Ya Allah.. sedih banget.. kok bisa hilang ya melon-melonnya? Kalo bener anak2 yg mencuri, harus dikuatkan lagi pendidikannya.
November 1, 2018 at 00:41
Terima kasih masukannya, mba..
October 31, 2018 at 16:36
Bagaimanapun dia sudah minta maaf, kita harus memaafkan. Tapi kalau itu anaknya yang mencuri, ttp harus ada tindak lanjut yang mendidik agar si anak tau bahwa perbuatannya bukan perbuatan yang baik.
November 1, 2018 at 00:40
Terima kasih masukannya, Mba..
November 1, 2018 at 00:59
Seandainya mereka tahu sebelum makan, mungkin mereka juga tidak akan mau makan. Benar keputusan Mbak untuk memaafkan, tapi mungkin perlu dibisik2kan ke wali kelasnya bahwa kemarin ada yg datang meminta maaf untuk kejadian ini, siapa tahu dari sini pelaku-pelaku asli yang mengambil melon segera bertaubat.
November 1, 2018 at 11:28
Terima kasih masukannya mba.. akan kami pertimbangkan π
November 1, 2018 at 02:19
Mba, tidak semua orang mampu memaafkan dengan tulus. So those who can actually do it are the BRAVE ones!
November 1, 2018 at 11:29
Begitu ya mba… π
November 1, 2018 at 08:26
Entah kenapa baca ini aku jadi ingat jaman SD suka metik belimbing dan jambu biji di pekarangan orang. Nggak ijin tentu saja, karena entah itu pekarangan punya siapa, huhuu. Semoga pemiliknya ikhlas. Ya Allah, aku jadi gelisah gini Mba T_T
November 1, 2018 at 11:31
Semoga pemiliknya ikhlas ya mba.. dan Allah Maha Tahu, penyesalan dan taubat hamba-NYA pastilah tak sia-sia…
November 1, 2018 at 10:46
Karena mereka sudah berani mengakui perbuatannya dan minta maaf, memang sebaiknya kita memaafkan mereka. Tetapi memang tetap harus dinasehati dan dibina karakter mereka, supaya tidak mengulang perbuatan buruk lagi.
Sebaiknya sih, guru mereka tahu, jadi bisa dibimbing pembinaan karakternya
November 1, 2018 at 11:31
Terima kasih masukannya, mba… akan kami pertimbangkan…
November 1, 2018 at 14:32
Anak-anak itu sudah berjiwa besar untuk meminta maaf, dan itu pasti berat. Kalo menurut cerita mereka juga tidak tau kalo itu melon curian, jadi gak sepenuhnya itu kesalahan mereka sih. Menurut aku mereka sebaiknya dimaafkan. Tapi mungkin sebaiknya memanggil anak-anak yang sudah memetik (mencuri) melon itu, dan menasehati mereka tak ada salahnya juga, agar kemudian hari nggak diulangi lagi π
November 1, 2018 at 14:52
Terima kasih masukannya, mba… akan kami pertimbangkan…
November 1, 2018 at 21:25
Hmm.. Mba berjiwa besar karena sudah memaafkan. Kalau aku ga akan memperpanjang masalah. Toh di akhirat masih ada sistem kehakimanNya
November 1, 2018 at 21:50
Awalnya pasti menjengkelkan ya, Mbak. Tapi, kalau semua sudah bisa teratasi apalagi yang bersangkutan beritikad baik untuk meminta maaf, kenapa tidak dimaafkan? Tentu kejadian ini memberikan pelajaran berharga bagi ‘pelakunya’.
November 1, 2018 at 23:42
Meminta maaf dan memaafkan itu sesuatu yg luar biasa. Bikin hati tenang. Tapi memberi hukuman itu akan menerbitkan keadilan. Sebaiknya dilaporkan sih ke wali kelasnya.
November 2, 2018 at 01:21
Mungkin karena saking kepinginnya ya nyobain melon, di satu sisi kasian di sisi lain mereka nggak boleh seperti itu khawatir terbiasa.
November 2, 2018 at 01:52
Mencuri perbuatan yang salah, tapi mau mengakui itu hebat. Kalau saya pasti tetep dihukum ringan. Hebat mba bisa memaafkan, tapi yang terpenting acara bisa tetap berjalan ya.
November 2, 2018 at 02:04
salut sama anak-anak itu yang mau mengakui kesalahannya. Lebih salut lagi sama Mba Metcha yang mau memaafkan anak-anak itu *jempol*
Tapi memang harus dilaporin ke wali kelasnya, Mba. Agar mereka sadar dan gak mengulangi kesalahan serupa di masa yang akan datang
November 2, 2018 at 02:08
Di satu sisi salut sama mereka yang minta maaf karena berani mengakui kesalahannya tapi di sisi lain mungkin diperketat lagi kayak nya ya biar ga ada yang mencuri lagi .
November 2, 2018 at 02:27
Sungguh memang perlu keberanian untuk mengakui kesalahan sekaligus mohon pengampunan.
Aku setuju sama tindakan mba.
Allah SWT yang memiliki segalanya saja Maha Pengampun, apalagi kita ya, mba.
Tugas kita memang memberi peringatan agar tak mengulang lagi kesalahan.
Tapi… mungkin bisa ditelusuri apakah akses ke kebun memang begitu ‘menggoda?’
Karena eh karena Bang Napi bilang, kejahatan bisa timbul karena memang ada kesempatan.
November 2, 2018 at 02:30
Aku juga mengalami hal serupa, mba..
Mendadak ada tangan jahil yang membuka sheet mask koleksi ku.
Sediih laa..
Kan aku ngumpulin buat dipake sesekali…
Alhamdulillah,
Pelakunya mengaku.
Dan aku tetap bersyukur bahwa ia mengaku.
Masalah berikutnya adalah mengajari tanggung jawab.
Karena kalau hanya mengaku, mereka ga akan paham konsekuensi.
Kira-kira gitu yaa..
November 2, 2018 at 02:34
Udah bener sih mba, langsung dimaafkan dan diberitahu. Selanjutnya bisa disampaikan ke pihak sekolah tanpa harus menyebutkan nama anak yang berjiwa besar sudah minta maaf tadi. Biar pihak sekolah memperingatkan seluruh anak muridnya tanpa terkecuali.
November 2, 2018 at 11:11
Mbak udah baik nggak menghukum mereka macam2. Mereka juga udah baik mau meminta maaf. Tapi emang lebih baik lagi diomongi baik2 dengan pihak sekolah, supaya pihak sekolah juga bisa menjaga anak2nya yang lain, jangan sampai ada kejadian serupa menimpa lagi. π
November 2, 2018 at 14:19
Salut sama mbak dan dua anak itu. Pertama mbak mau memaafkan mereka padahal mangkel banget. Kedua dua anak itu hebat, merasa bersalah karrna memakan sesuatu yang ga halal cara mendapatkannya. Ini anak2 aset bangsa mbak. Didikan orang tua yg luar biasa. Padahal yg mencuri kan bikan mereka berdua tapi mereka berdua datang minta dihalalkan melon yg mereka makan. Kok aku terharu ya. Hari gini ada anak seperti ini.
November 3, 2018 at 12:05
Ya mba..semoga masih banyak anak2 yg bersifat jujur seperti ini..
November 3, 2018 at 10:53
Aku rasa keputusan mbak udah benar. Jarang lo kejujuran diapresiasi. Anak-anak tersebut pasti mengingat Hal ini hingga besar.. bahwa kejujuran itu penting. Sering Kan Kita lihat anak jujur malah dimarahi n dilaporkan, diomeli.. anak2 akhrnya jadi takut utk berbicara jujur. Di pikiran mereka pasti ah jujur nggak jujur sama dimarahin.. mending nggak jujur sekalian.
Salut sama mbak. Semoga semakin banyak anak2 yg berani jujur π
November 3, 2018 at 12:03
Ya mba..rencana kami tetap akan sounding kejadian ini ke sekolah itu, bukan semata urusan materi namun lebih kepada pembelajaran kepada anak2 bahwa ada konsekwensi atas setiap perbuatan..
November 5, 2018 at 07:05
org bilang masa remaja masa nakal2nya…mungkin mrk iseng atau gimana, tp yg penting mrk mau mengakui kesalahannya ya.meski mmg dongkol dan itu butuh jiwa yang besar