Lalang Ungu. [Fiksi] Bunda sedang memotong-motong cake pisang di meja makan ketika sebuah bayangan tertangkap di ujung pandangnya, memasuki ruang mungil itu. Senyumnya pun terkembang menyambut putri tersayang yang kemudian menarik kursi dan duduk di depannya, dengan muka cemberut…
“Kenapa, Sayang..?” tanya Bunda sambil memindahkan potongan-potongan cake ke sebuah piring.
“Bun, PR ku hari ini sulit deh..” keluh Mayang sambil bersungut-sungut.
“Iya kah? Nah.., bantu Bunda membawa piring ini ke teras, nanti kita bahas PRmu di sana ya..” kata Bunda sambil menyodorkan piring berisi kue itu.
Sigap Mayang menyambut dan berlalu menuju teras, sementara Sang Bunda mengisi cangkir-cangkir dengan teh manis hangat dan menyusul putrinya ke teras.
“Nah… PR nya tentang apa, Yang?”
“Itu lho Bun, tentang Zero Waste” sahut Mayang setelah menelan potongan cake pisang di mulutnya dan menyeruput nikmat teh hangat buatan Bundanya.
“Oh.., tentang pengertian Zero Waste?”
“Bukaan… Kalau pengertiannya sudah dijelaskan oleh Bu Guru kemarin..”
“Oya…, apa sebenarnya pengertian zero waste itu, Sayang?”
“Kata Bu Guru… Zero Waste itu kondisi bebas sampah di lingkungan kita, Bun.. Nah, PR nya adalah diminta menuliskan apa upaya-upaya yang telah kita lakukan untuk mewujudkannya…”
Bunda mengangguk-angguk sambil menikmati sepotong cake pisang.
“Menurutmu?”tanyanya sejurus kemudian.
Sejenak hening menggantung.
“Dengan mengurangi timbulnya sampah, ya Bun?” tanya Mayang kemudian, dengan wajah kurang yakin.
“Iya.. Itu salah satu caranya. Nah, bagaimana cara kita mengurangi timbulnya sampah?“
Mayang terlihat mengerutkan keningnya. Sejurus kemudian seulas senyum menghiasi wajahnya.
“Melakukan daur ulang ya Bun? Hasilnya seperti kertas-kertas daur ulang yang kemarin kita beli untuk sampul kado?“
“Ya.., itu salah satunya, yang dilakukan oleh pabrik. Kita juga bisa melakukan pengurangan sampah, meski tidak harus mengolahnya menjadi barang lain, bukan?“
“Dengan menggunakan barang berulang-ulang sebelum benar-benar harus dibuang, ya Bun?“
Sang Bunda tersenyum sebelum balik bertanya kepada Mayang, “Contohnya gimana tuh, Yang?”
“Itu Bun… Kemarin kan Bunda motong-motong T-shirt bekas kita, kata Bunda masih bisa dipakai untuk lap dapur dan keset kaki.. Seperti itu kan, Bunda?“
Senyum Bunda makin lebar. Diacungkannya jempol kanan, yang membuat senyum Mayang pun ikut melebar.
“Aah…aku tahu penggunaan barang bekas lainnya, Bunda..” kata Mayang sambil matanya berbinar-binar ceria.
“Oya? Barang bekas apa yang masih bisa kita gunakan kembali?“
“Itu Bunda…. Waktu itu, aku kan bantu Bunda menanam bunga dengan menggunakan pot bekas sabun cuci ituuu…” jawab Mayang sambil menunjuk antusias pada hasil karya mereka beberapa Minggu lalu, di sudut halaman. Di sudut yang lain ada deretan bunga yang cantik dengan menggunakan kaleng-kaleng bekas susu sebagai pengganti pot. Dan ada pula sebuah kotak bekas kemasan buah yang beralih fungsi sebagai pot sayuran hidroponik di atas tembok pagar mereka.
“Betul nak…kita masih dapat memanfaatkan kaleng-kaleng dan kemasan bekas itu, untuk hal-hal yang berguna. Tidak langsung dibuang dan menumpuk memenuhi tempat sampah..“
Mayang mengangguk-angguk dengan gembira. Bunda telah membantunya menemukan hal-hal yang dapat ditulisnya untuk menyelesaikan PR dari gurunya.
“Ohya Bunda.. aku jadi ingat. Kita juga pernah membuat prakarya hiasan tirai jendela dari kemasan minuman gelas, bukan?“
“Ah iya.. Itu materi yang Bunda dapat dari pertemuan PKK RT waktu itu. Bunda malah sudah lupa. Kamu masih ingat cara buatnya, Sayang?“
“Masih, Bunda… Nih..gini nih caranya..” Mayang pun kemudian menceritakan lagi tahapan-tahapan pembuatan prakarya waktu itu, dengan kedua tangannya yang bergerak-gerak penuh semangat untuk memberikan penekanan-penekanan pada kata-katanya. “Kapan-kapan kita buat lagi yang banyak ya..” pintanya mengakhiri penjelasan panjang-lebar ya.
“Boleh…, nanti kita kumpulkan dulu bahan-bahannya” jawab Bunda sambil tersenyum menikmati antusias putri kecilnya. Ia merasa senang dapat menularkan ketrampilan yang didapatnya dari pertemuan PKK di lingkungannya.
Adzan Maghrib sayup-sayup terdengar menyela obrolan seru Mayang dan Bundanya di sore itu.
“Nah…sudah Maghrib. Yuk, kita jamaah dulu. Nanti, sambil Bunda siapkan makan malam, Mayang bisa mulai mengerjakan PRnya. Sudah tahu kan, mau menulis apa?“
“Siap Bun. Sudah banyak cerita yang ingin kutuliskan nih.. Tidak hanya pemanfaatan barang bekas, aku juga mau cerita tentang tas belanja dari kain yang selalu Bunda bawa kemana-mana sehingga tidak perlu tas kresek saat belanja, juga bekal makanan & minuman dari Bunda agar tak harus jajan.. Aah, banyak lagi yang lainnya deh. Terimakasih, Bunda sayaaang,” sebuah kecupan singkat pun mampir di pipi Sang Bunda sebelum Mayang melesat ke dalam rumah, meninggalkan Bundanya dengan senyum lebar dan wajah berseri-seri…
Dan, sebuah sore yang hangat dan indah pun berlalu..
***
#roadto4thGandjelRel #blogchallengeGandjelRel Pekan 2 : Fiksi tentang Zero Waste
Pingback: Lana, Kau Tidak Sendiri… |